Legenda Piala Eropa: Dino Zoff, Tembok Kokoh Italia

Pradipta Indra Kumara

Editor: Pradipta Indra Kumara

Legenda Timnas Italia, Dino Zoff. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id).
Legenda Timnas Italia, Dino Zoff. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id).

SKOR.id - Menyambut Euro 2024 (Piala Eropa 2024) Skor.id menampilkan artikel mengenai para legenda yang tampil dan berprestasi di turnamen tersebut.

Artikel legenda Piala Eropa kali ini akan membahas Dino Zoff, seorang penjaga gawang legendaris yang menjadi andalan Italia selama dua dekade.

Tidak hanya menjadi andalan Timnas Italia, di level klub, Dino Zoff juga mencapai puncak karier ketika ia berseragam Juventus.

Selama aktif bermain, Dino Zoff dikenal dengan refleks, dan kemampuan menghentikan bola di atas rata-rata.

Reaksinya yang cepat dan terkadang disertai penyelamatan akrobatik, menjadi faktor penting dalam kesuksesan kariernya.

Ketenangannya di lapangan saat situasi penting juga membuat rekan setimnya menaruh kepercayaan penuh selama pertandingan.

Berikut ini ulasan selengkapnya mengenai Dino Zoff, penjaga gawang legendaris Italia.

Awal Karier Tak Mudah

Dino Zoff lahir di komune Gorizia Mariano del Friuli, wilayah timur laut Italia pada 28 Februari 1942, atau 82 tahun yang lalu.

Pada saat berusia 14 tahun, Dino Zoff mendapat penolakan dari Inter Milan, selanjutnya Juventus juga tak menerima dirinya.

Dilansir dari laman resmi FIFA, Dino Zoff ditolak karena memiliki tubuh yang terlalu kecil, sehingga dinilai tidak cocok menjadi penjaga gawang.

Sang ayah kemudian memintanya untuk fokus menjadi mekanik, daripada melanjutkan karier menjadi pesepak bola.

Namun, sang nenek punya pandangan berbeda, ia memiliki solusi lain untuk cucunya yang sedang dilanda kekecewaan.

Setiap hari Dino Zoff diberikan delapan butir telur mentah yang diambil dari peternakannya, sebagai upaya peningkatan tinggi badan.

Cara diet yang tidak biasa itu tampaknya berhasil, Dino Zoff menikmati lonjakan pertumbuhan, hingga akhirnya Udinese memberikan kesempatan menjadi bintang di Serie A (Liga Italia).

Karier di Klub

Dino Zoff berkarier bersama Udinese, dan mendapat kesempatan tampil di tim utama, ketika usianya belum genap 20 tahun di musim 1961-1962.

Hanya dua musim ia bermain bersama Udinese, kariernya kemudian berlanjut ke Mantova pada 1963-1967.

Selanjutnya Zoff bermain bersama Napoli, pada periode 1967-1972. Meski begitu ia sama sekali belum meraih gelar di tiga tim berbeda tersebut.

Ketika usianya telah menginjak 30 tahun, Juventus yang dulu pernah menolaknya akhirnya mendatangkan Zoff dari Napoli di tahun 1972.

Bersama Juventus Zoff justru menikmati puncak karier dengan berbagai gelar di level klub.

Selama menjadi bagian Si Nyonya Tua, Zoff meraih enam gelar Liga Italia, 2 Coppa Italia, dan 1 Piala UEFA.

Karier di Timnas Italia

Dino Zoff baru merasakan debut bersama Timnas Italia pada saat berusia 26 tahun, tetapi justru menjadi awal kejayaannya bersama Gli Azzurri.

Tampil pada babak playoff Euro 1968 (Piala Eropa 1968), Zoff tampil solid dan berhasil mempersembahkan kemenangan 2-0 untuk Italia.

Italia kemudian melaju ke semifinal, format turnamen tersebut belum seperti saat ini. Pada babak empat besar tersebut mereka berhadapan dengan Uni Soviet.

Hasil 0-0 bertahan hingga laga berakhir, penentuan pemenang tidak dilakukan dengan adu penalti, tetapi Italia melaju ke final setelah menang dalam lemparan koin.

Pada babak final, mereka berhadapan dengan Yugoslavia, laga berakhir imbang 1-1, dan pada pertandinagan ulang, Gol Pietro Anastasi dan Luigi Riva membawa Italia menang 2-1. Piala Eropa 1968 menjadi gelar pertama Zoff bersama Gli Azzurri.

Pada Piala Dunia 1970, Italia berhasil melaju ke final, tetapi itu turnamen yang mengecewakan untuk Zoff, ia hanya duduk di bangku cadangan karena posisinya direbut oleh Enrico Albertosi. Italia kalah 1-4 dari Brasil di final.

Italia tidak berpartisipasi di Piala Eropa 1972, mereka kembali bermain di turnamen internasional pada Piala Dunia 1974, Zoff kembali mendapatkan tempatnya.

Antara tahun 1972 hingga 1974, Zoff mencatatkan rekor internasional yaitu tidak pernah kebobolan dalam 1.142 menit bersama Italia, rekor yang akan sulit untuk dipecahkan.

Gawang Zoff baru jebol di ajang Piala Dunia 1974 oleh pemain Haiti, Emmanuel Sanon, meski akhirnya Italia menang 3-1. Gli Azzurri kemudian imbang 1-1 melawan Argentina, dan kalah 1-2 dari Polandia, sehingga harus tersingkir.

Gli Azzurri kembali tak berpartisipasi di Euro 1976, turnamen besar Zoff selanjutnya adalah Piala Dunia 1978.

Pada awal turnamen Italia tampil menjanjikan dengan meraih kemenangan atas Prancis (2-1), Hungaria (3-1), dan Argentina (1-0), pada fase selanjutnya mereka imbang 0-0 melawan Jerman, lalu menang 1-0 atas Austria.

Italia butuh kemenangan saat melawan Belanda agar melaju ke final, tetapi Zoff gagal menyelamatkan timnya dari kekalahan 1-2, gol kedua Tim Oranje yang dicetak Arie Haan, disebabkan karena Zoff gagal mengantisipasi sepakan jarak jauhnya.

Kekecewaan kembali berlanjut di Euro 1980 di mana Italia menjadi tuan rumah. Difavoritkan menjadi juara, Gli Azzurri kekurangan daya gedor di lini depan.

Mereka bermain imbang 0-0 melawan Spanyol, menang 1-0 atas Inggris, dan kembali imbang 0-0 saat berhadapan dengan Belanda. Gagal tampil di final, Italia juga kalah di perebutan tempat ketiga melawan Cekoslovakia.

Pada pengujung kariernya, Dino Zoff masih menjadi sosok yang dihormati dan diakui ketangguhannya di lapangan, bahkan di usia 40 tahun.

Zoff masih menjadi penjaga gawang utama Italia di Piala Dunia 1982. Ia berhasil membawa pulang trofi Piala Dunia 1982 setelah Italia mengalahkan Jerman 3-1 di laga final.

Kemenangan tersebut membuat Dino Zoff menjadi pemain tertua yang pernah memenangkan trofi Piala Dunia. Dino Zoff kemudian pensiun pada usia 41 tahun, mengakhiri kecemerlangan kariernya selama lebih dari dua dekade.

Zoff juga menjadi satu-satunya pemain Italia yang pernah memenangkan gelar Piala Eropa dan Piala Dunia.

Karier Kepelatihan

Zoff mendapat kepercayaan sebagai pelatih kiper Juventus dari tahun 1985-1986, sebelum akhirnya menjadi pelatih I Bianconeri pada periode 1988-1990.

Selepas menangani Juventus, Zoff menjadi pelatih Lazio (1990-1994), kemudian ia menjabat sebagai presiden klub, tetapi di musim 1996-1997 ia sempat melatih Lazio dalam 16 laga.

Pada periode 1998-2000, Zoff sempat melatih Timnas Italia, ia sempat membawa timnya melaju ke final Euro, tetapi akhirnya kalah 1-2 dari Prancis.

Zoff sempat menangani Lazio pada tahun 2001, dan Fiorentina di musim 2004-2005, tetapi kemudian memutuskan pensiun.

Selama menjadi pelatih ia meraih gelar Coppa Italia musim 1989-1990 dan Piala UEFA musim 1989-1990.

 

 

RELATED STORIES

Euro 2024: Semua Hal yang Harus Kamu Tahu tentang Turnamen Ini

Euro 2024: Semua Hal yang Harus Kamu Tahu tentang Turnamen Ini

Berikut ini adalah semua hal tentang Euro 2024 (Piala Eropa 2024), dari daftar tim hingga stadion digelarnya turnamen ini.

Legenda Piala Eropa: Gigi Riva, Gol-gol Penting dalam Kariernya

Riva mencetak 35 gol untuk Gli Azzurri, yang hingga kini masih menjadi rekor di Timnas Italia.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

vidio fest

Culture

Vidio Sports Festival Hadirkan Trofi Premier League, Serie A, dan La Liga ke Indonesia

Vidio kembali menggebrak dengan menggelar festival olahraga terbesar dan terlengkap di tanah air.

Teguh Kurniawan | 15 Oct, 11:44

Timnas futsal Indonesia. (Foto: Media FFI/Grafis: Yusuf/Skor.id)

Futsal

Timnas Futsal Indonesia Lawan Australia pada November 2025, Ada 18 Pemain yang Dipanggil

Harga tiket Timnas futsal Indonesia vs Australia di Indonesia Arena, Jakarta, pada FIFA Matchday Futsal mencapai Rp20 juta.

Taufani Rahmanda | 15 Oct, 11:14

Dewa United FC vs Madura United dalam pembuka pekan kesembilan Super League 2025-2026 pada 16 Oktober 2025. (Kevin Bagus Prinusa/Skor.id)

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming Dewa United vs Madura United di Super League 2025-2026

Duel pembuka pekan kesembilan, Kamis (16/10/2025) malam, jadi kesempatan Dewa United FC kembali ke jalur kemenangan.

Taufani Rahmanda | 15 Oct, 09:48

Ketum The Jakmania, Diky Soemarno. (Foto: Instagram @dikysoemarno/Grafis: Deni Sulaeman/Skor.id)

Timnas Indonesia

Ketum The Jakmania: Kegagalan Timnas Indonesia Bukan Akhir, tapi Bagian dari Proses Panjang

Diky Soemarno menuturkan PSSI perlu memperkuat fondasi pembinaan dan membangun filosofi bermain yang jelas.

Rais Adnan | 15 Oct, 09:09

Timnas Indonesia

Timnas Indonesia

Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia: Timnas Indonesia Raja Gol Penalti, Terbanyak Kartu Merah

Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia telah menuntaskan putaran keempat. Berikut statistik Timnas Indonesia.

Rais Adnan | 15 Oct, 08:19

Mauricio Souza sebagai pelatih kepala Persija Jakarta, Juni 2025. (Foto: Taufani Rahmanda/Grafis: Deni Sulaeman/Skor.id)

Liga 1

Mauricio Souza Minta Para Pemain Timnas Indonesia Lupakan Kegagalan dan Fokus Persija

Pelatih Persija Jakarta, Mauricio Souza, memastikan Rizky Ridho dan Jordi Amat tetap tabah usai membela Timnas Indonesia.

Taufani Rahmanda | 15 Oct, 07:04

Identitas baru dari kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia atau Liga 1 di musim ini, Super League 2025-2026. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Liga 1

Super League 2025-2026: Jadwal, Hasil, Klasemen dan Profil Klub Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Super League 2025-2026 yang terus diperbarui seiring bergulirnya kompetisi, plus profil tim peserta.

Taufani Rahmanda | 15 Oct, 06:00

Kompetisi sepak bola kasta kedua di Indonesia atau identitas baru dari Liga 2 musim terbaru, Championship 2025-2026. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Liga 2

Championship 2025-2026: Jadwal, Hasil dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Liga 2 atau Championship 2025-2026 yang terus diperbarui seiring bergulirnya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 15 Oct, 05:59

Kompetisi futsal kasta tertinggi di Indonesia, Pro Futsal League 2025-2026. (Kevin Bagus Prinusa/Skor.id)

Futsal

Pro Futsal League 2025-2026: Jadwal, Hasil dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Pro Futsal League 2025-2026 yang terus diperbaharui seiring berjalannya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 15 Oct, 05:59

PON Bela Diri 2025. (Skor.id)

Other Sports

PON Bela Diri 2025 Jadi Momentum Kudus Gerakkan Perekonomian Lewat Sports Tourism

Presiden Direktur Djarum Foundation, Victor Hartono, memaparkan dalam kunjungannya ke PON Bela Diri 2025.

Taufani Rahmanda | 15 Oct, 05:53

Load More Articles