MANCHESTER – Tidak ada yang meragukan kehebatan menyerang Manchester City FC sejak ditangani pelatih Josep Guardiola. Kendati begitu, mereka bisa terjebak oleh teknik permainan Manchester United FC (MU) yang akan datang ke Stadion Etihad untuk pertandingan pekan ke-16 Liga Primer, Sabtu (7/12) malam.
Tiga hari lalu, Setan Merah diluar dugaan mampu meredam Tottenham Hotspur (2-1) yang datang ke Old Trafford. Tiga poin dari Spurs membuktikan musim ini MU memang menjadi momok klub-klub elite Liga Primer.
Setan Merah tidak kalah dalam empat pertandingan liga—dua menang dan dua imbang—masing-masing melawan Chelsea FC (4-0), Arsenal FC (1-1), Liverpool FC (1-1), dan Tottenham (2-1) yang merupakan anggota The Big Six (dua lainnya MU sendiri dan Man. City). Dengan begitu, Setan Merah sudah menuai delapan poin dari The Big Six.
Dari tiga pertandingan melawan The Big Six di Liga Primer musim ini, City hanya mampu merebut empat poin. Pasalnya, The Citizens hanya mampu imbang dari Tottenham (2-2), kalah dari Liverpool (1-3), dan menang atas Chelsea (2-1).
Kunci kemenangan MU atas Spurs adalah menonjolnya performa para pemain seperti Scott McTominay, Fred, Jesse Lingard, dan Marcus Rashford. Kepiawaian McTominay dan Fred sebagai gelandang bertahan dalam melapis melapis pertahanan tidak hanya membuat para bek tenang. Lingard di posisi gelandang serang pun menjadi lebih leluasa melepas operan ke depan, utamanya ke arah Rashford.
Malam nanti, The Citizens diperkirakan bakal bermain seperti biasa, menekan dengan penguasaan bola lebih daripada lawan. Pendeknya, City akan mencoba mengontrol tempo. Pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer kemungkinan akan menginstruksikan agar pemainnya sabar menunggu kesepatan untuk melakukan serangan balik kilat mengandalkan kecepatan kedua sayap, Rashford dan Daniel James.
City selama ini mampu membuat para pemain bertahan mereka ikut agresif dan menekan. Hasilnya, sebagian besar lawan City tidak mampu mengembangkan serangan atau membuat peluang di sepertiga akhir lapangan. Dari lima liga top Eropa, City menjadi tim yang menerima tembakan lawan paling sedikit, hanya 98.
Meskipun begitu, City ternyata sudah kemasukan 17 kali dalam 15 pertandingan Liga Primer musim ini. Angka itu 11 lebih banyak ketimbang periode yang sama musim lalu.
Belakangan terungkap, City memang sedikit menerima tembakan lawan. Tetapi, statistik menunjukkan, bila gagal diantisipasi pemain City, tembakan-tembakan itu banyak yang langsung mengarah ke gawang. Hal tersebut kian jelas terlihat bila melihat rata-rata angka kemungkinan gol (Expected Goal/xG) di setiap tembakan yang diterima The Citizens. Angka xG itu mencapai 0,13 per tembakan dan menjadi yang keenam tertinggi di Liga Primer musim ini.
Satu lagi kelemahan dalam pertahanan City adalah gaya bertahan mereka. Selama ini, The Citizens cenderung melindungi area pertahanan mereka dalam sebuah unit. Tetapi, saat tim lawan mampu membongkar unit tersebut, mereka bisa langsung melepas operan yang sangat berbahaya ke kotak penalti atau bahkan tembakan ke gawang. Itulah yang berhasil dilakukan Chelsea, dua pekan lalu.
MU mungkin tidak memiliki gelandang dengan karakter seperti Mateo Kovacic dan Jorginho di Chelsea. Tetapi, gelandang seperti Fred mampu dengan cepat melepas operan ke pemain sayap. Di sinilah kedua full-back City, Kyle Walker (kanan) dan Benjamin Mendy (kiri), dituntut mengeluarkan skill terbaik. Di tengah, gelandang City yang sedang menanjak, Rodri, bisa membantu memotong bola atau mengganggu konsentrasi Fred maupun McTominay.
“Derbi Manchester selalu fantastis. Kami tahu sudah mengalahkan beberapa tim kuat di liga musim ini. Tetapi, yang paling utama kami perlukan saat ini (setelah mengalahkan Spurs) adalah konsistensi,” ucap Solskjaer, kemarin.***TRI CAHYO NUGROHO DARI BERBAGAI SUMBER