Mengapa Resolusi Sehat Awal Tahun Sering Gagal Terealisasi

Kunta Bayu Waskita

Editor: Kunta Bayu Waskita

Bagi Skorer yang memiliki resolusi sehat pada awal tahun 2025, tekadkanlah untuk konsisten menjaga kesehatan agar resolusi tercapai (Yusuf/Skor.id).
Bagi Skorer yang memiliki resolusi sehat pada awal tahun 2025, tekadkanlah untuk konsisten menjaga kesehatan agar resolusi tercapai (Yusuf/Skor.id).

SKOR.id – Menyambut Tahun Baru 2025, apa resolusi kalian, Skorer? Pastinya salah satunya adalah soal kesehatan. 

Misalnya ingin menurunkan berat badan, lebih rajin berolahraga, mulai menjaga makanan, sembuh dari penyakit, dan lain-lain.

Bisa jadi semua resolusi kesehatan semacam itu sebenarnya sudah dicanangkan dari tahun ke tahun, namun terlupakan begitu saja seiring berjalannya waktu.

Penyebabnya bisa macam-macam. Dari tidak tahan godaan untuk makan enak, lingkungan tidak mendukung, hilang motivasi, dan lain-lain.

Alhasil, program kesehatan yang sudah disusun sejak awal tahun menjadi berantakan, dan lucunya, diulangi lagi tahun berikutnya.

Jadi, mengapa resolusi sehat awal tahun sering gagal? Apa saja penyebabnya? Bagaimana cara agar resolusi kesehatan bisa terealisasi?

Itulah yang akan dibahas dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id).

Secara singkat, beberapa faktor penyebab kegagalan resolusi sehat awal tahun terangkum dalam poin-poin pada infografis berikut ini:

Beberapa penyebab gagalnya resolusi kesehatan di awal tahun (Yusuf/Skor.id).
Beberapa contoh penyebab gagalnya resolusi kesehatan di awal tahun (Yusuf/Skor.id).

Untuk lebih jelasnya, simak penjabaran poin-poin tersebut dalam artikel di bawah ini:

1. Ekspektasi yang Tidak Realistis

Salah satu alasan terbesar kegagalan resolusi adalah menetapkan tujuan yang tidak realistis atau terlalu ambisius. 

Misalnya, menargetkan penurunan berat badan 20 kilogram dalam sebulan atau berolahraga enam hari seminggu bisa jadi sangat membebani dan tidak dapat dicapai. 

Ketika tujuan terasa mustahil, mudah untuk menyerah sebelum melihat kemajuan apa pun.

2. Resolusi Kurang Spesifik

Sasaran yang tidak jelas seperti "menjadi lebih sehat" atau "menjadi lebih bahagia" sulit untuk ditindaklanjuti karena tidak memberikan arahan yang jelas. 

Tanpa langkah-langkah yang spesifik dan dapat ditindaklanjuti, sulit untuk mengukur kemajuan atau tetap termotivasi.

3. Mentalitas dan Pola Pikir

Banyak orang menetapkan parameter ketat untuk diri mereka sendiri, seperti berolahraga beberapa hari dalam seminggu atau hanya mengonsumsi makanan "bersih". 

Jika mereka “terpeleset” dan melewatkan latihan atau menikmati makanan ringan, mereka dapat merasa telah gagal total dan menyerah sepenuhnya. 

Pola pikir seperti ini dapat menggagalkan kemajuan dan membuat mereka mudah menyerah. Apalagi jika memiliki mentalitas yang lemah.

4. Kelelahan

Ketika orang terlalu memaksakan diri terlalu cepat mencapai target, menurunkan berat badan misalnya, mereka sering mengalami kelelahan.

Mencoba mengubah terlalu banyak kebiasaan sekaligus, atau menetapkan terlalu banyak harapan tinggi, dapat menyebabkan kelelahan, frustrasi, dan akhirnya, mengabaikan resolusi.

5. Tekanan Eksternal

Resolusi sehat yang dipengaruhi oleh ekspektasi atau tren masyarakat dapat membuat Anda lebih sulit untuk tetap termotivasi karena Anda hanya ikut-ikutan saat menjalaninya.

6. Kurang Dukungan

Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat membuat Anda lebih sulit untuk tetap pada jalur yang benar untuk mencapai target kesehatan tertentu. 

Memiliki teman atau keluarga yang mendukung dapat membantu Anda untuk tetap bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kebugaran.

7. Keraguan dari Diri Sendiri

Jangan biarkan kegagalan masa lalu, misalnya dalam hal diet, membuat Skorer merasa ragu menentukan masa depan kesehatan. 

Rayakan tiap kemenangan kecil untuk memotivasi diri Anda agar berupaya lebih keras.

8. Berpikir Terlalu Jauh ke Depan

Menetapkan tenggat waktu yang lebih pendek untuk mencapai target kesehatan tertentu dapat meningkatkan kemungkinan Anda untuk mencapai tujuan.

9. Motivasi Menurun

Motivasi dapat menjadi hal yang membuat Skorer memulai untuk menjalani diet misalnya, tetapi akan memudar seiring berjalannya waktu. 

Anda dapat mencoba menggunakan motivasi awal tersebut untuk menciptakan kebiasaan yang akan membantu Anda terus berupaya keras untuk mencapai tujuan.

10. Tidak Tahan Godaan

Apa pun target kesehatan Anda, akan ada godaan untuk melanggarnya. Berbagai makanan enak dan tidak sehat untuk mereka yang menjalani diet tersedia di mana-mana.

Rasa malas berolahraga kerap menghantui. Mereka yang kesehatannya sedang terganggu juga kerap melanggar pantangan, sehingga malah memperlambat kesembuhan.

Alasannya kalau makan enak sedikit saja tidak apa-apa. Padahal lama kelamaan itu akan menjadi kebiasaan. 

Jika tidak tahan terhadap berbagai godaan tersebut, ucapkan selamat tinggal terhadap resolusi kesehatan Anda.

Cara Menerapkan Resolusi Kesehatan 

Sekarang setelah kita tahu mengapa resolusi sering gagal, mari kita lihat kiat-kiat praktis untuk membuat perubahan positif, sehingga resolusi bisa terealisasi:

1. Tetapkan Sasaran yang Lebih Kecil dan Dapat Dicapai

Daripada berfokus pada satu sasaran yang besar dan membebani, bagilah menjadi tonggak-tonggak yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. 

Misalnya, daripada bertekad untuk berolahraga lima hari seminggu, mulailah dengan dua atau tiga hari. Setelah Anda membangun kebiasaan, tingkatkan frekuensinya secara bertahap. 

Dengan cara ini, Anda menyiapkan diri untuk meraih kesuksesan, dan tiap kemenangan kecil memberi Anda motivasi untuk terus maju.

Mengapa Sasaran yang Lebih Pendek Berhasil?

Berfokus pada sasaran jangka pendek memberi Anda umpan balik langsung tentang kemajuan Anda. 

Sasaran yang lebih kecil ini lebih mudah dilacak, dirayakan, dan dibangun momentumnya.

Anda dapat merasa bangga dengan tiap langkah maju, daripada merasa putus asa dengan jarak antara posisi Anda saat ini dan sasaran besar Anda. 

Merasa bangga terhadap diri sendiri sangat memotivasi, jadi tetapkan kemenangan-kemenangan kecil di sepanjang jalan untuk meningkatkan kepercayaan diri Anda.

2. Hindari Angka-angka yang Dapat Menyebabkan Kelelahan

Menetapkan angka yang pasti untuk hal-hal seperti latihan, kalori, atau jam yang dihabiskan dapat menjadi kontraproduktif. 

Misalnya, jika Anda berencana untuk bermeditasi lima kali seminggu tetapi hanya berhasil melakukannya tiga kali, hal itu mungkin terasa seperti kegagalan.

Meskipun, tiga sesi masih merupakan pencapaian yang signifikan dibandingkan dengan tidak melakukan sesi sama sekali.

Pendekatan yang Lebih Baik:

Daripada hanya berfokus pada angka, cobalah berfokus pada konsistensi. Misalnya, usahakan untuk "menggerakkan tubuh" tiga kali seminggu, dengan fleksibilitas tentang cara melakukannya. 

Ini dapat mencakup berjalan, yoga, menari, atau aktivitas apa pun yang Anda sukai.

Pendekatan ini membantu menghindari perangkap "semua atau tidak sama sekali", di mana kesalahan kecil terasa seperti kegagalan yang menentukan keberhasilan atau kegagalan.

3. Fokus pada Kesehatan Mental

Ketika fokus pada peningkatan kesehatan mental, kita menciptakan landasan yang kokoh untuk pertumbuhan di semua bidang kehidupan. 

Kesehatan mental sering kali menjadi kunci yang membuka potensi kita untuk membuat perubahan positif yang langgeng.

Mulai dari mengembangkan kebiasaan yang lebih sehat hingga mengejar tujuan jangka panjang. 

Ketika kita memprioritaskan kesehatan mental, baik melalui terapi, kesadaran, atau praktik perawatan diri lainnya, kita membangun ketahanan, kejernihan emosi, dan rasa kekuatan batin. 

Kualitas-kualitas ini memudahkan kita untuk mengadopsi kebiasaan baru, seperti berolahraga, makan dengan baik, atau memperbaiki hubungan.

Kita lebih siap untuk menghadapi tantangan dan kemunduran dengan pola pikir yang positif. 

Fondasi mental yang kuat tidak hanya meningkatkan motivasi dan fokus, tetapi juga memungkinkan kita mencapai tujuan dengan lebih banyak belas kasih dan kesabaran terhadap diri sendiri. 

Ketika kesehatan mental dipelihara, secara alami hal itu meningkatkan kemampuan untuk membuat perubahan berkelanjutan, menciptakan efek berantai yang meningkatkan berbagai aspek kehidupan. 

Dengan menjaga diri sendiri secara mental, kita tidak hanya meningkatkan satu area. Melainkan membuka jalan menuju pertumbuhan, kesuksesan, dan kepuasan dalam segala hal yang kita lakukan.

4. Ciptakan Rutinitas yang Mendukung Keberhasilan

Daripada hanya mengandalkan kemauan keras, buatlah rutinitas yang mendorong keberhasilan. 

Konsistensi, bukan kesempurnaan, adalah kuncinya. Jika Anda ingin makan lebih sehat, persiapkan makanan di awal minggu. 

Jika Anda ingin lebih banyak berolahraga, siapkan pakaian olahraga Anda malam sebelumnya. 

Menciptakan isyarat yang mendukung tujuan Anda dapat mempermudah Anda untuk menindaklanjutinya, bahkan pada hari-hari ketika motivasi sedang rendah.

5. Sayangilah Diri Sendiri

Sangat penting untuk bersikap baik kepada diri sendiri saat Anda melakukan kesalahan. Kritik diri sendiri sering kali dapat menyebabkan perasaan gagal, sehingga Anda cenderung menyerah. 

Sebaliknya, anggap kemunduran sebagai peluang untuk berkembang. Jika Anda melewatkan latihan atau makan berlebihan, akui hal itu tanpa menghakimi, lalu lanjutkan hidup, dan fokuskan kembali pada langkah berikutnya.

Cobalah untuk memperlakukan diri sendiri dengan belas kasih yang sama seperti yang Anda berikan kepada orang-orang yang Anda sayangi. 

Strategi di atas bisa membantu mencapai resolusi sehat pada 2025 (Yusuf/Skor.id).
Tiga srategi di atas bisa membantu mencapai resolusi sehat pada 2025 (Yusuf/Skor.id).

RELATED STORIES

Alasan Olahraga Musim Dingin Cenderung Mahal

Alasan Olahraga Musim Dingin Cenderung Mahal

Banyak faktor yang membuat olahraga musim dingin menjadi sangat mahal.

Kapan Harus Ganti Sepatu Lari dan Mengapa Perlu Diganti?

Kapan Harus Ganti Sepatu Lari dan Mengapa Perlu Diganti?

Jika Anda berlari rata-rata 25 km per minggu, Anda perlu ganti sepatu tiap 5-8 bulan.

Mengapa Wasit Rugbi Dianggap sebagai Wasit Paling Fit

Mengapa Wasit Rugbi Dianggap sebagai Wasit Paling Fit

Studi World Rugby mengukur tuntutan fisik yang diberikan kepada wasit dalam 360 pertandingan.

Mengapa J.League Ganti Periode Kompetisi Per 2026?

Mulai tahun 2026 mendatang, Liga Jepang alias J.League akan mengganti periode kompetisi mereka jadi dimulai di musim panas.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Piala Dunia U-17 2025 di Qatar atau FIFA U-17 World Cup Qatar 2025. (Kevin Bagus Prinusa/Skor.id)

Timnas Indonesia

Piala Dunia U-17 2025: Jadwal, Hasil dan Klasemen Timnas U-17 Indonesia

Jadwal, hasil, dan klasemen Timnas U-17 Indonesia di Piala Dunia U-17 2025 akan terus diperbarui seiring berjalannya turnamen.

Taufani Rahmanda | 04 Nov, 17:44

Kompetisi usia muda Elite Pro Academy atau EPA kasta tertinggi untuk usia 20 musim baru, EPA Super League U-20 2025-2026. (Deni Sulaeman/Skor.id)

National

EPA Super League U-20 2025-2026: Jadwal, Hasil dan Klasemen

Jadwal, hasil, dan klasemen EPA Super League U-20 2025-2026 yang terus diperbarui seiring bergulirnya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 04 Nov, 16:58

Kompetisi usia muda Elite Pro Academy atau EPA kasta tertinggi untuk usia 18 musim baru, EPA Super League U-18 2025-2026. (Deni Sulaeman/Skor.id)

National

EPA Super League U-18 2025-2026: Jadwal, Hasil dan Klasemen

Jadwal, hasil, dan klasemen EPA Super League U-18 2025-2026 yang terus diperbarui seiring bergulirnya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 04 Nov, 15:30

Kompetisi usia muda Elite Pro Academy atau EPA kasta tertinggi untuk usia 16 musim baru, EPA Super League U-16 2025-2026. (Deni Sulaeman/Skor.id)

National

EPA Super League U-16 2025-2026: Jadwal, Hasil dan Klasemen

Jadwal, hasil, dan klasemen EPA Super League U-16 2025-2026 yang terus diperbarui seiring bergulirnya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 04 Nov, 15:18

Pro Futsal League 2 atau PFL 2. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Futsal

Mengenal PFL 2, Kompetisi Resmi Baru FFI untuk Ekosistem Futsal Indonesia

PFL 2 berstatus resmi di bawah struktur Pro Futsal League yang merupakan kompetisi futsal kasta tertinggi di Indonesia garapan FFI.

Taufani Rahmanda | 04 Nov, 14:45

Ilustrasi olahraga lari. (Hendy AS/Skor.id)

Other Sports

Kompetisi Lari Capital Market Run 2025 Hadirkan Pasar Modal Lebih Dekat dengan Masyarakat

Rayakan HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia, Capital Market Run 2025 jadi simbol sinergi olahraga-ekonomi, sehat fisik-finansial.

Taufani Rahmanda | 04 Nov, 13:03

FIFPro merupakan organisasi yang menaungi sekitar 65.000 pemain sepak bola profesional di seluruh dunia (Jovi Arnanda/Skor.id).

World

Paris Saint-Germain Dominasi FIFPRO Men’s World 11 2025

FIFPro telah resmi merilis siapa saja pemain yang masuk daftar FIFPro World 11 2025.

Rais Adnan | 04 Nov, 12:53

RRQ lolos ke KIC 2025. (Honor of Kings)

Esports

RRQ Jadi Tim Terakhir yang Lolos, Ini Jadwal KIC 2025 di Filipina

Honor of Kings International Championship (KIC) 2025, akan digelar di Filipina pada 14–30 November 2025.

Gangga Basudewa | 04 Nov, 12:40

M7 World Championship, Jakarta. (Moonton)

Esports

Alasan M7 Batal Gunakan Venue Indonesia Arena

Sempat beredar kabar jika M7 World Championship bakal berlangsung di Indonesia Arena.

Gangga Basudewa | 04 Nov, 12:17

Borneo FC vs Dewa United FC di pekan ke-11 Super League 2025-2026 pada 5 November 2025. (Kevin Bagus Prinusa/Skor.id)

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming Borneo FC vs Dewa United di Super League 2025-2026

Penutup pekan 11, Rabu (5/11/2025) malam, Borneo FC dan Dewa United FC sama-sama punya modal bagus.

Taufani Rahmanda | 04 Nov, 10:55

Load More Articles