SKOR.id - Komite Olimpiade Indonesia atau NOC Indonesia melakukan proses pengajuan pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade Remaja 2030.
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari mengungkapkan keterlibatan Indonesia dalam pencalonan tuan rumah Olimpiade Remaja (YOG) 2030, dalam konfrensi pers yang digelar di kantor KOI, Jakarta, pada Senin (7/7/2024).
Meski begitu, KOI masih menantikan dukungan anggaran dari pemerintah. Adapun, nantinya penyelenggaraan YOG 2030 akan di pusatkan di Jakarta.
"Kalau sudah mendapatkan endorsement terhadap anggaran yang sedang kita susun berbareng ini, dan ada kesepakatan, Insyaallah yang lain-lainnya sudah siap," kata Raja Sapta Oktohari.
Pencalonan sebagai tuan rumah memerlukan kelengkapan administratif, termasuk surat kesanggupan dari pemerintah.
Raja Sapta Oktohari juga mengutarakan bahwa Indonesia bersaing dengan Qatar, India, dan satu negara lain untuk hak menjadi tuan rumah.

"Keputusan ini bukan hanya dari NOC Indonesia saja, tapi juga melibatkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah," ujar Raja Sapta Oktohari.
Kesuksesan menggelar multievent internasional seperti Asian Games 2018 dan Asian Paragames 2018, Okto sapaannya percaya diri Indonesia dapat terpilih sebagai tuan rumah YOG 2030.
"Saya sangat optimistis Indonesia pasti mampu dipercaya menjadi tuan rumah YOG 2030, dengan catatan anggarannya disetujui oleh pemerintah," ucap Okto.
Ia menargetkan seluruh proses administratif pencalonan tuan rumah Olimpiade Remaja 2030 rampung pada Agustus 2025.
"Secara administratif, semuanya mesti selesai tahun ini, tepatnya Agustus. Kalau pemerintah bilang ‘go’, ya Insyaallah kita bakal jadi tuan rumah," jelasnya.
Wakil Sekretaris Jenderal II KOI, Desra Firza Ghazfan mengatakan Indonesia saat ini berada dalam fase awal perbincangan IOC, di mana mereka bakal memberikan pendampingan, juga menilai kesiapan Indonesia.
"Karena ini sifatnya dialog, bukan bidding, maka di setiap tahapan mereka bakal melakukan coaching kepada kami, sekaligus menilai kesiapan Indonesia. Bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga warisan (legacy) dan kesinambungan," ujar Desra.
Sebagai informasi, YOG menyerupai Olimpiade tetapi berfokus pada kelompok demografi lebih muda, yang bertujuan untuk menginspirasi dan mendidik melalui olahraga dan pertukaran budaya.
Terlebih, YOG diadakan setiap empat tahun, bergantian antara edisi musim panas dan musim dingin, di tahun yang sama dengan Olimpiade di musim yang berlawanan.