- CAW Laboratory membandingkan tiga grup pelajar, yakni pelajar competitive gamer, pelajar casual gamer, dan pelajar non-gamer.
- Hasilnya didapati kecenderungan bahwa bermain game kompetitif lebih baik dari pada bermain game kasual dan non-gamer.
- Hasil riset turut menunjukkan esports dapat melatih daya juang atau grit para pelajar.
SKOR.id - Studi terbaru menyebutkan bahwasanya gamer mempunyai kelebihan untuk bisa menahan emosi daripada orang yang tidak bermain game.
Pernyataan tersebut merupakan hasil riset dari tim Cognition, Affect, and Well-Being (CAW) Laboratory, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan mabar.com pada tahun 2022 silam.
Dimana dari penelitian yang dilakukan dari CAW Laboratory tersebut membandingkan tiga grup pelajar, yakni pelajar competitive gamer, pelajar casual gamer, dan pelajar non-gamer.
Competitive gamer adalah orang yang bermain game dengan mempunyai tujuan objektif dan bersifat kompetitif, serta bisa berlaku sebagai profesi.
Kemudian Casual Gamer adalah orang yang hanya bermain game karena mempunyai waktu luang dan sifatnya sebagai hiburan atau hobi.
Sedangkan Non-gamer adalah orang yang tidak bisa melihat game sebagai hiburan dan lebih memilih hal lain sebagai kegiatan di sela waktu luang.
Ketiga grup itu mendapatkan tugas-tugas yang sama untuk mengukur kemampuan kognitif dan psikologisnya dan hasilnya didapati kecenderungan bahwa bermain game kompetitif lebih baik dari pada bermain game kasual.
"Setidaknya ada empat aspek kognitif dan psikologis utama dimana pelajar competitive gamer lebih unggul dibandingkan grup lainnya. Pertama, pada aspek kontrol respons yang membuat orang lebih fokus. Kedua, akurasi yang jauh lebih tinggi. Ketiga, kemampuan regulasi emosi yang lebih baik. Dan, keempat adalah kepribadian yang tidak impulsif dan tidak rentan stres,” ujar Psikolog Dr. Dyah T. Indirasari, M.A.
Lebih lanjut lagi, Ketua CAW Laboratory yaitu Agnes Nauli S.W. Sianipar, M.Sc., Ph.D., menyebutkan aspek-aspek tersebut merupakan bekal yang kuat dalam mengembangkan kepribadian yang baik bagi individu.
Hasil riset turut menunjukkan esports dapat melatih daya juang atau grit para pelajar.
"Terdapat sejumlah anggapan bahwa generasi muda saat ini merupakan generasi stroberi atau lembek. Kami menemukan bahwa esports justru dapat meningkatkan grit pelajar," tutur Agnes.
"Dalam psikologi, grit dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat. Ketiga aspek tersebut terdapat di esports. Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui esports,” ungkap Agnes.
Sehingga menurut penelitian tersebut competitive gamer mempunyai pengendalian emosi yang lebih bagus daripada kedua variabel lainnya.