SKOR.id – Dalam dunia yang serbacepat saat ini, kita bisa dengan mudah lupa waktu antara mengurus pekerjaan, keluarga, keperluan sehari-hari, dan segala sesuatu yang ada di antaranya.&nbsp;Dengan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, orang jadi lebih stres dan terganggu daripada sebelumnya, sehingga sulit untuk menemukan saat-saat tenang dan pikiran.Namun dengan bimbingan dan sedikit latihan, meditasi dapat membantu Anda untuk rileks, fokus, dan pada akhirnya, menjalani hidup yang lebih bahagia.Apa Itu Meditasi?Latihan meditasi merupakan cara sederhana untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan emosional.&nbsp;Sejak ribuan tahun yang lalu, meditasi mindfulness&nbsp;adalah praktik melatih pikiran Anda dengan lembut.Sehingga, bisa memusatkan perhatian Anda pada momen saat ini menggunakan titik fokus, seperti pernapasan atau sensasi tubuh Anda.Latihan ini membantu menenangkan kekacauan pikiran yang terus-menerus melihat ke masa depan.Atau, memikirkan masa lalu dan bertujuan menumbuhkan kesadaran, mengurangi stres, serta meningkatkan rasa tenang dan membuat pikiran jernih.Manfaat MeditasiMeditasi mindfulness dapat memberikan banyak dampak positif pada kesehatan fisik dan mental Anda.“Ada begitu banyak manfaat positif dari berlatih meditasi mindfulness,” kata Dr. Hui Qi Tong, direktur Program Mindfulness di Stanford Center for Integrative Medicine Palo Alto, California.&nbsp;“Misalnya, meningkatkan kemampuan Anda untuk berkonsentrasi, menenangkan pikiran, dan secara alami meningkatkan rasa kasih sayang.&nbsp;“Kita bisa merasa lebih terpusat dan tidak terpencar,” Tong menambahkan. Beberapa manfaat utama meditasi, dijelaskan Tong, meliputi:<ul style="list-style-type:disc;"><li>Meningkatkan keseimbangan emosional dan kesehatan mental</li><li>Meningkatkan kesejahteraan emosional</li><li>Mengurangi stres</li><li>Menenangkan kecemasan</li><li>Menurunkan tekanan darah</li><li>Menurunkan detak jantung</li><li>Meningkatkan fokus mental</li><li>Meningkatkan kualitas tidur</li></ul>Cara BermeditasiMeditasi sangat individual. Tiap orang berbeda-beda, sehingga latihan meditasi tiap orang juga unik bagi masing-masing individu.&nbsp;Trial and error akan terjadi saat Anda menemukan apa yang terbaik bagi Anda, namun kunci kesuksesan meditasi adalah komitmen dan pikiran terbuka.Berikut langkah-langkah untuk membantu Anda memulai:Langkah 1: Temukan Tempat ZenPenting untuk menemukan tempat yang tenang dan nyaman yang cocok untuk Anda. Baik itu sudut khusus di kamar tidur Anda, atau tempat yang damai di taman.Lingkungan yang tenang memudahkan Anda menghilangkan gangguan eksternal dan menumbuhkan pikiran yang lebih jernih.Keduanya merupakan kunci untuk menidurkan diri Anda ke dalam kondisi meditasi.Langkah 2: Tentukan Batas Waktu AndaJika Anda baru dalam bermeditasi, mungkin sulit untuk menenangkan pikiran dalam jangka waktu yang lama.&nbsp;Dengan semua stres dan obrolan mental sepanjang hari, perlu waktu dan latihan untuk memperlambat pikiran Anda.&nbsp;Anda mungkin merasa lebih mudah untuk memulai dengan beberapa menit, lalu tingkatkan sedikit demi sedikit.“Saya meminta orang-orang &nbsp;memulai dengan waktu 5 menit sehari, dan menyarankan agar mereka menikmatinya untuk menambah waktu 10 hingga 15 menit.”“Yang paling penting adalah hal itu cocok dengan kehidupan mereka,” kata Diana Winston, Direktur Pendidikan Mindfulness di UCLA Mindful Awareness Research Center Los Angeles.Langkah 3: Merasa NyamanLepaskan pakaian atau sepatu yang membatasi perhatian Anda, dan ambil posisi duduk yang nyaman.Langkah 4: SantaiTutup mata Anda dengan lembut, dan tarik napas perlahan melalui hidung. Biarkan tubuh Anda rileks dengan melembutkan wajah, bahu, lengan, jari tangan, dan kaki.Langkah 5: Fokus pada Indra AndaBagaimana perasaan tubuh Anda? Apakah lengan Anda berada di samping tubuh, pangkuan, bantalan, atau lantai di bawah Anda? Apa yang bisa Anda cium?&nbsp;Apa yang bisa Anda dengar di sekitarmu? Berfokus pada tubuh Anda dapat membantu menenangkan pikiran yang melintas di benak Anda.Langkah 6: Latihan PernapasanSaat Anda siap, mulailah fokus pada napas Anda. Rasakan sensasi napas masuk dan keluar (tarik dan embuskan).Jika Anda merasa sulit untuk hanya fokus pada napas, katakan pada diri sendiri untuk “menarik napas” dan “mengembuskan napas” untuk mendapatkan ritme.&nbsp;Bagi sebagian orang, terus fokus pada sensasi tubuh dibanding napas masuk dan keluar memberikan titik fokus yang lebih baik.Langkah 7. Arahkan Kembali Pikiran AndaKetika pikiran Anda mengembara, arahkan diri Anda dengan lembut untuk kembali fokus pada napas Anda.“Salah satu kesulitan yang dihadapi orang-orang adalah mereka menyadari betapa aktif dan gelisahnya pikiran mereka serta sulit memusatkan perhatian pada pernapasan.”“Penting untuk mengetahui bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apa pun dan ini normal,” kata Winston.&nbsp;“Cobalah untuk tidak membiarkan hal ini membuat Anda frustrasi atau kehilangan semangat, karena hal ini terjadi bahkan pada meditator paling berpengalaman sekalipun.”Langkah 8. Melewati Garis FinisJika sudah siap, akhiri latihan Anda secara perlahan dengan membuka mata dan mengambil waktu sejenak sebelum Anda bangun.&nbsp;Ada yang suka diam-diam mengamati yang ada di sekitarnya, ada pula yang memperhatikan bagaimana perasaan tubuhnya sebelum bangun.<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/Skor_id_4e0fbe4a81.jpeg" alt="Meditasi membantu Anda untuk rileks dan fokus (Yusuf/Skor.id)."><figcaption>Meditasi membantu Anda untuk rileks dan fokus (Yusuf/Skor.id).</figcaption></figure>Tips dan Sumber MeditasiBagi mereka yang ingin memulai latihan meditasi, berikut beberapa tips bermanfaat untuk Anda mulai:1. Sesuaikan Harapan AndaMembaca tentang semua manfaat potensial meditasi dapat menjadi motivasi dan kegembiraan.&nbsp;Pada zaman yang serba-instan ini, bisa jadi membuat frustasi jika manfaatnya lambat datangnya, tapi jangan menyerah.“Untuk mencapai kesuksesan jangka panjang, Anda harus bersikap masuk akal terhadap ekspektasi Anda,” kata Tong.2. Temukan Meditasi TerpanduJika Anda baru dalam meditasi dan membutuhkan bantuan, ada banyak aplikasi yang didedikasikan untuk meditasi terpandu yang sesuai tujuan pribadi Anda.&nbsp;Meskipun ada yang gratis, sebagian besar aplikasi mengharuskan Anda mengunduhnya dan membayar untuk mendapatkan pengalaman penuh.&nbsp;Sebelum Anda membuat komitmen tersebut, sebagian besar aplikasi akan memberikan masa uji coba gratis.Sehingga, Anda dapat mengevaluasi apakah aplikasi tersebut cocok untuk Anda sebelum melakukan pembelian.&nbsp;Winston merekomendasikan aplikasi UCLA Mindful sebagai tempat untuk memulai.Aplikasi berperingkat tinggi lainnya yang perlu dipertimbangkan meliputi:<ul style="list-style-type:disc;"><li>Calm</li><li>Headspace</li><li>Healthy Minds</li><li>Ten Percent Happier Meditation</li></ul>Temukan Ritme dan KonsistenlahBagi banyak orang, pengulangan adalah kunci keberhasilan penerapan kebiasaan baru dalam kehidupan sehari-hari.Meskipun meditasi mindfulness&nbsp;dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, tetap berpegang pada waktu dan tempat yang sama setiap hari dapat membantu menjadikannya praktik jangka panjang.Anda dapat melakukan ini dengan memasukkan meditasi ke dalam bagian tertentu dari rutinitas harian Anda.Misalnya, mulailah hari Anda dengan latihan mindfulness dengan mandi, bermeditasi, dan bersiap untuk hari itu.&nbsp;Sepulang kerja, biasakan berganti pakaian, bermeditasi, lalu menyiapkan makan malam.Menambatkan latihan Anda ke bagian rutinitas yang sudah ada dapat membantu menyiapkan Anda untuk kesuksesan jangka panjang.“Meditasi adalah perjalanan pribadi, jadi terbukalah untuk eksplorasi dan menyesuaikan latihan Anda berdasarkan apa yang paling cocok untuk Anda,” kata Winston.“Dengan latihan teratur, meditasi dapat menjadi bagian yang bermanfaat dari jadwal Anda.”Pertanyaan Umum tentang MeditasiPertanyaan: Bagaimana saya tahu bahwa saya “melakukannya dengan benar”?Jawaban: Tidak ada cara bermeditasi yang “benar” atau “salah”. Menurut Winston, setelah Anda mempelajari dasar-dasar meditasi kesadaran, "melakukannya dengan benar" berarti melakukannya dan terus melakukannya.Pertanyaan: Apakah saya perlu membeli barang apa pun untuk bermeditasi?Jawaban: Bisa saja kalau mau, tapi tidak perlu. Penggunaan minyak esensial dan aromaterapi populer di kalangan orang yang bermeditasi.&nbsp;Salah satu keindahan meditasi adalah meditasi dapat dilakukan dengan apa yang Anda miliki: tempat duduk yang tenang, motivasi, dan pakaian yang nyaman.Pertanyaan: Apakah saya perlu bernapas dengan cara tertentu?Jawaban: Tidak, tapi lakukan yang terbaik bagi Anda. Beberapa orang merasa menarik dan membuang napas secara berlebihan membantu mereka fokus, sementara yang lain menganggapnya mengganggu.Pertanyaan: Seberapa sering saya harus bermeditasi?Jawaban: Tidak ada jumlah hari atau waktu tertentu yang memberikan hasil terbaik.Banyak ahli setuju bahwa memulai dengan 5 menit beberapa kali seminggu dan perlahan adalah pendekatan yang baik.Pertanyaan: Haruskah saya menyetel pengatur waktu untuk memberitahu bahwa saya sudah selesai?Jawaban: Lakukan apa yang terasa alami bagi Anda. Beberapa orang merasa terbantu, terutama pada awalnya.Namun beberapa orang merasa bertanya-tanya kapan pengatur waktu akan berbunyi dapat mengganggu.Pertanyaan: Apakah saya harus bermeditasi sendirian?Jawaban: Jika Anda merasa kesulitan untuk melakukan meditasi sendiri, bergabunglah dengan kelas meditasi di komunitas Anda.&nbsp;Beberapa orang merasa termotivasi untuk memiliki teman di kelas yang dapat meminta pertanggungjawaban mereka.Pertanyaan: Mengapa saya tidak langsung melihat hasilnya?Jawaban: Ingatlah bahwa Anda melatih otak Anda untuk bekerja secara berbeda, dan jaringan saraf Anda memerlukan waktu untuk mengejar ketinggalan.&nbsp;Kemungkinan besar beberapa hasil, seperti rasa tenang, akan muncul lebih cepat dibandingkan, katakanlah, peningkatan nyata dalam fokus mental Anda.KesimpulanMenerapkan latihan meditasi secara teratur adalah cara efektif untuk membantu Anda menumbuhkan rasa tenang dan sejahtera, dengan secara diam-diam menghilangkan kebisingan dan kekacauan otak.&nbsp;Hal ini tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan Anda untuk berkonsentrasi, merasa lebih seimbang secara emosional, dan meningkatkan kejernihan.Tapi, juga dapat membantu Anda menjalani hidup yang lebih bahagia secara umum.“Keindahan meditasi adalah ia dapat memasuki jadwal sibuk dengan sedikit gangguan. Hal ini dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, sambil menjalani rutinitas harian Anda,” kata Winston.&nbsp;“Jangan berkecil hati dengan tantangan awal. Beri diri Anda waktu untuk mengembangkan rutinitas yang sesuai untuk Anda, sehingga Anda bisa hadir sepenuhnya.”<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/Qy8bhwpzlHg?si=acUVqO-LSZDTUAA_" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Buka kesadaran melalui meditasi dengan panduan pemula menuju kedamaian batin. 

All Culture

Panduan Meditasi untuk Pemula, Pelajari dan Jelajahi Manfaatnya

SKOR.id – Saat ini, stroke seperti sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Indonesia. Stroke adalah gangguan yang terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu, baik karena pembuluh darah yang pecah atau tersumbat.&nbsp;Hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan wajah atau anggota tubuh, serta gangguan berbicara. Namun, berbagai upaya bisa dilakukan untuk mencegahnya. &nbsp;Tidak bisa dipungkiri, usia menjadi faktor risiko signifikan terserang stroke. Mereka yang sudah berusia di atas 40 tahun lebih rentan terhadap stroke karena pembuluh darah otak cenderung menjadi kaku, tidak lentur.&nbsp;Namun, selain usia, ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi risiko stroke, yaitu faktor komorbid. Penyakit penyerta atau komorbid adalah kondisi tambahan yang dapat meningkatkan risiko stroke.&nbsp;Tekanan darah tinggi, diabetes, tingkat kolesterol yang tinggi, dan obesitas, adalah beberapa komorbid yang meningkatkan risiko stroke. Itulah mengapa sangat penting memperhatikan dan menjaga agar level komorbid di atas tetap dalam batas normal untuk mengurangi risiko stroke. &nbsp;Bila Anda sudah memiliki komorbid, tindakan yang tepat adalah menjaga supaya kondisinya tetap terkendali. Ini dapat dilakukan melalui perubahan gaya hidup, seperti berolahraga secara teratur, mengatur berat badan, berhenti merokok, dan mengontrol pola makan dengan membatasi gula, garam, dan lemak.Selain komorbid, stres adalah faktor lain yang perlu diperhatikan dalam mencegah stroke. Stres dapat mengganggu pola tidur dan makan, bahkan hingga keseimbangan tubuh. Jika Anda rentan terhadap stres, penting untuk mengidentifikasi penyebabnya dan mencari solusi untuk menghindarinya. &nbsp;Salah satu cara sederhana dan efektif adalah berbicara dengan teman atau keluarga sebagai bentuk sharing&nbsp;(curhat). Ini dapat membantu mengurangi tingkat stres tanpa biaya besar.Masyarakat harus menyadari bahwa stroke adalah sebuah kondisi serius yang bisa memiliki dampak yang signifikan pada kualitas hidup seseorang. Namun, stroke dapat dicegah melalui upaya yang tepat.Satu hal yang harus diingat, pencegahan menjadi kunci utama untuk mengatasi risiko stroke. Dengan mengelola kondisi komorbid dan mengatasi stres dengan bijak, Anda dapat mengurangi risiko stroke dan menjalani hidup yang lebih sehat. &nbsp;Hal lain yang peru diperhatikan, sebagai bagian dari upaya pencegahan, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kondisi Anda.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/-qTpSxWlkKg?si=PkCDcdNVdZA_OwV-" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Pencegahan menjadi kunci utama untuk mengatasi risiko stroke.

Culture

Mengelola Komorbid dan Stres untuk Cegah Stroke

SKOR.id – Setiap tanggal 14 November, masyarakat memeringatinya sebagai Hari Diabetes Sedunia. Hari Diabetes Sedunia resmi diperingati sejak 2006 lalu. Hal ini dilakukan berdasarkan pada resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 61/225.&nbsp;Namun, Hari Diabetes Sedunia sebenarnya telah diperingati jauh sebelum itu. Tepatnya sejak 1991 silam yang diinisiasi oleh International Diabetes Foundation bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).&nbsp;Tanggal 14 November sendiri dipilih karena bertepatan dengan hari lahir Sir Frederick Banting. Bersama dengan sejawatnya Charles Best, Banting merupakan penemu insulin pada 1922 silam.Tahun ini, Hari Diabetes Sedunia mengambil tema “Access to Diabetes Care” atau akses terhadap perawatan diabetes yang setara. Artinya, setiap pasien diabetes harus mendapatkan akses perawatan yang tepat.&nbsp;Bukan rahasia lagi jika diabetes kini menjadi salah satu penyakit mematikan di dunia. Yang mengkhawatirkan, usia penderita diabetes tidak lagi didominasi mereka yang berusia lanjut.&nbsp;Mengacu laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Repubik Indonesia (Kemenkes RI), diabetes paling banyak dialami oleh penduduk usia 15 tahun ke atas.&nbsp;Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh tidak mampu memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehingga glukosa atau gula yang dikonsumsi tidak dapat diolah.&nbsp;Adapun diabetes tipe 2 adalah kondisi saat tubuh tidak dapat menggunakan insulin sebagaimana mestinya. Di luar itu, diabetes juga dapat terjadi di masa kehamilan atau diabetes gestasional.Mengutip laman resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, ada beberapa cara untuk mengurangi risiko penyakit diabetes, baik itu tipe 1 atau 2:1. Menjaga Berat BadanObesitas (kelebihan berat badan) menjadi salah satu faktor penyebab utama dari diabetes. Obesitas mengganggu kerja metabolisme yang akhirnya membuat sel-sel dalam tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik.&nbsp;Tubuh Anda jadi kurang atau sama sekali tidak sensitif terhadap insulin. Akibatnya, resistensi insulin yang berujung pada diabetes.Laporan hasil uji klinis National Institutes of Health (NIH) pun mengatakan bahwa menurunkan berat badan mampu mencegah risiko diabetes hingga 58 persen.2. Terapkan Pola Makan SehatSaat ini, banyak orang terbiasa mengonsumsi makanan cepat saji, berlemak, dan bergula tinggi. Untuk mencegah diabetes, Anda perlu mengatur kembali pilihan makanan ini.&nbsp;Untuk mencegah diabetes, pastikan piring makan Anda selalu mengandung nutrisi lengkap dan seimbang, yaitu karbohidrat, protein, serat, lemak baik, serta vitamin dan mineral.Anda juga perlu menghindari beberapa jenis makanan tertentu, yakni:&nbsp;<ul><li>Makanan tinggi lemak jenuh, seperti susu sapi berlemak, keju, es krim, sosis, nugget, kue, dan gorengan.</li><li>Makanan dan minuman kemasan.</li><li>Makanan tinggi natrium, seperti garam, bumbu masak instan, dan mie instan.</li><li>Makanan dan minuman tinggi karbohidrat sederhana, seperti permen, kue kering, minuman ringan, jajanan manis (martabak).</li></ul>Sebaliknya, sejumlah makanan yang baik bagi kesehatan dan wajib Anda konsumsi adalah:&nbsp;<ul><li>Karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, buah, sayur, dan biji-bijian.</li><li>Makanan tinggi serat, seperti kacang merah, kacang polong, buah, dan sayur.</li><li>Sumber lemak baik, seperti daging ikan (tanpa kulit dan tidak digoreng), alpukat, zaitun, dan kacang almond.</li></ul>3. Jaga Porsi MakanMengatur porsi makan sehari-hari menjadi langkah pencegahan diabetes selanjutnya. Makan dengan porsi berlebih membuat Anda mengonsumsi lebih banyak kalori. Ini bisa meningkatkan berat badan dan risiko diabetes.Menggunakan piring yang lebih kecil bisa menjadi salah satu cara menjaga porsi makan dalam rangka mencegah diabetes. Makan dengan piring kecil membuat Anda secara tidak sadar jadi harus mengurangi porsi makan lebih sedikit daripada biasanya.Idealnya lebih baik makan sedikit demi sedikit tapi sering, ketimbang harus makan dalam jumlah banyak sekaligus.4. Berolahraga Secara RutinMelakukan banyak fisik, termasuk olahraga, yang dilakukan secara rutin dapat dijadikan sebagai cara ampuh untuk mencegah diabetes karena mampu menurunkan gula darah. Luangkanlah waktu minimal 30 menit setiap harinya untuk berolahraga.&nbsp;Olahraga dapat membantu membakar kalori untuk menghasilkan energi dan menyimpan glukosa ke otot sebagai cadangan energi. Dengan begitu, gula tidak menumpuk di dalam darah.Olahraga juga membantu tubuh Anda menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Ini tentu menghindarkan Anda dari risiko resistensi insulin.5. Setop MerokokHasil sejumlah riset menunjukkan bila diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling banyak dialami oleh perokok. Hal ini karena kandungan nikotin pada rokok dapat merusak sel pankreas yang berfungsi memproduksi insulin, sehingga akhirnya meningkatkan risiko diabetes.6. Perbanyak Minum Air Putih&nbsp;Mengonsumsi air putih secara rutin dapat membantu mengontrol gula darah dan kadar insulin dalam tubuh. Efeknya, risiko terkena diabetes akan semakin menurun.&nbsp;Sebaliknya, kurangi mengonsumsi minuman manis seperti soda, sirup, dan minuman tinggi gula lainnya. Sebuah studi observasional pada 2800 orang menyebut mereka yang lebih sering mengonsumsi minuman manis tinggi gula per hari memiliki risiko sebesar 20% menderita diabetes. Sebaliknya, mengonsumsi air putih dapat memberikan banyak manfaat.7. Manajemen StresStres yang tinggi juga dapat memicu tubuh menghasilkan hormon stres yang berkaitan dengan resistensi insulin. Jadi, sangat penting bagi Anda yang masih muda untuk mengelola stres dengan baik.&nbsp;Istirahat yang cukup, melakukan hal-hal yang kamu senangi, serta sering bersosialisasi dengan teman dan keluarga merupakan cara-cara yang bisa membantu Anda menghilangkan stres.8. Periksakan Gula Darah Secara Rutin&nbsp;Untuk menilai kadar gula darah, Anda perlu melakukan pemeriksaan gula darah secara berkala ke dokter. Tes gula darah penting dilakukan untuk memonitor kadar gula darah dan mendeteksi dini penyakit diabetes.&nbsp;Bagi Anda yang sehat dan tidak berisiko tinggi terkena diabetes, maka pemeriksaan gula darah dapat dilakukan setahun sekali.&nbsp;Tetapi bagi Anda yang tergolong berisiko tinggi terkena diabetes, seperti berusia 40 tahun ke atas, memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke, obesitas, atau keluarga menderita diabetes, maka dokter mungkin akan menyarankan tes gula darah dilakukan lebih sering.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/JTkXEPa-RZs?si=rnZBseUgcB22BQWM" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Bukan rahasia lagi jika diabetes kini menjadi salah satu penyakit mematikan di dunia.

Hari Diabetes Sedunia, Ini Cara-cara Mencegahnya

SKOR.id – Siapa yang tidak pernah mengalami hari-hari sedih? Perasaan sedih di dada mungkin terkait dengan situasi tertentu, atau mungkin muncul begitu saja tanpa alasan.&nbsp;Pada titik ini, kadang-kadang dikacaukan dengan depresi, tetapi ini adalah penyakit yang mengacu pada masalah yang lebih serius dan berkepanjangan. Pasti Anda akan bertanya pada diri sendiri: “Bagaimana saya tahu kalau saya mengalami depresi?”&nbsp;Di sini Skor.id mencoba merangkum dari berbagai sumber, apa saja hal yang perlu Anda ketahui tentang tanda-tanda depresi.Apa Itu Depresi dan Siapa yang Paling Terkena Dampaknya?Depresi adalah penyakit yang mengacu pada masalah yang lebih serius dan berlangsung seiring waktu. Patologi ini memengaruhi kehidupan sosial, keluarga dan pekerjaan masyarakat, karena dianggap sebagai salah satu kelainan paling umum yang membuat kehidupan sehari-hari penderitanya tidak valid.Salah satu profesor di Universidade Federal do Rio Grande do Sul, Christian Kieling MD Ph.D menyatakan, tingkat depresi yang dialami remaja akan meningkat 10 hingga 20 persen tiap tahunnya.&nbsp;Sejalan dengan itu, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa pada 2019, sekitar 300 juta orang di dunia mengalami depresi, dan 15,6 juta di antaranya adalah orang Indonesia.&nbsp;Namun rupanya, dari data tersebut, hanya ditemukan kurang lebih sembilan persen orang yang melakukan pengobatan ke profesional. Penyebabnya pun beragam, mulai dari stigma dan ketakutan untuk ke psikiater hingga besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk konsultasi. Padahal, konsultasi serta terapi adalah solusi paling tepat untuk mengurangi tingkat depresi secara perlahan.Jika dilihat dari populasi keseluruhan, WHO mencatat paling tidak 5% penduduk dunia mengalami depresi.&nbsp;Mengenai jenis kelamin dan usia, kondisi ini paling banyak muncul pada wanita (6% dibandingkan dengan 4% pada pria) dan meningkat seiring bertambahnya usia.&nbsp;Di sisi lain, episode depresi pertama biasanya muncul pada awal masa dewasa, dan berulang kemudian pada 50% atau 60% kasus. Durasinya mungkin berbeda tergantung orangnya, bervariasi, tapi bisa berlangsung dari bulan hingga lebih dari satu tahun.Kabar baiknya: untungnya depresi dapat diobati dan, melalui intervensi medis, pemulihan berjalan baik dan tidak meninggalkan gejala sisa.Tingkat DepresiAda berbagai tingkat depresi: ringan, sedang, atau berat. Ini akan tergantung pada jumlah dan intensitas gejala yang dihadirkan subjek. Pada gilirannya, ada berbagai jenis episode depresi tergantung pada kekambuhannya:&nbsp;<ul><li>Gangguan depresi satu episode: hanya muncul sekali seumur hidup.</li><li>Gangguan depresi berulang: muncul setidaknya dua kali sepanjang hidup.</li><li>Gangguan bipolar: episode depresi ini lebih kompleks, karena secara bergantian menggabungkan tahapan episode manik, yang muncul dengan gejala seperti euforia, iritasi, tingkat energi berlebihan, verbositas, gangguan, harga diri tinggi, perilaku impulsif dan sembrono.</li></ul>Jenis Depresi Paling UmumGangguan depresi satu episode adalah yang paling umum. Hal ini mempengaruhi 15% populasi yang, setidaknya sekali dalam hidup mereka, pernah mengalami situasi kesedihan yang permanen.&nbsp;Di ruang perawatan primer, diperkirakan antara 6% dan 8% orang yang dirawat telah menunjukkan kriteria klinis untuk dianggap sebagai diagnosis depresi berat.&nbsp;Bagaimana Anda Tahu jika Sedang Mengalami Depresi?Apakah Anda ingin tahu apakah Anda, seseorang di keluarga atau kelompok teman Anda mengalami depresi?&nbsp;Saat seseorang mengalami episode depresi, suasana hatinya ditandai dengan saat-saat sedih, perasaan hampa, kehilangan minat atau kesenangan pada aktivitas yang sebelumnya disukainya.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/YLBMTpYGuXw?si=fs6kK01ZpVlojFIZ" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Sekira 5% penduduk dunia memiliki minimal satu jenis depresi.

 Kenali Jenis dan Tanda-tanda Umum Depresi

SKOR.id – Stres merupakan sebuah istilah yang akrab bagi sebagian besar dari kita, dan muncul dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.Mulai dari tekanan pekerjaan dan ujian sekolah hingga stres psikososial dan situasi fisik yang menantang. Ini adalah respons alami tubuh terhadap situasi ketakutan atau kewaspadaan.Ketika menghadapi stres, tubuh kita mengalami serangkaian perubahan penting.Yaitu tekanan darah meningkat, merasakan peningkatan energi, dan otak jadi lebih fokus karena pelepasan glukosa ke dalam aliran darah.Meskipun stres dapat bermanfaat dalam jangka pendek, namun jika berkepanjangan, stres dapat berdampak negatif pada kesehatan kita.&nbsp;Hal ini dapat memengaruhi status klinis dari gangguan endokrin yang sudah ada sebelumnya, serta respons sistem kekebalan tubuh, sistem pencernaan, sistem reproduksi, dan suasana hati.Stres erat kaitannya dengan pelepasan hormon dalam tubuh. Ketika kita mengalami situasi stres, wilayah kecil di dasar otak yang disebut hipotalamus diaktifkan.&nbsp;Aktivasi ini memicu sistem alarm dalam tubuh yang mengarah pada pelepasan dua hormon utama: kortisol dan adrenalin.Kortisol sangat penting untuk pengaturan metabolisme, respons&nbsp;imun, dan tekanan darah.Dalam situasi stres, kadar kortisol meningkat untuk memberikan energi tambahan dan fokus mental yang lebih besar.&nbsp;Namun, ketika stres menjadi kronis, peningkatan kadar kortisol dapat menyebabkan masalah seperti penambahan berat badan, gangguan tidur, dan ketidakseimbangan hormon.Adrenalin, juga dikenal sebagai epinefrin, adalah hormon yang mempersiapkan tubuh kita untuk mengambil tindakan segera.&nbsp;Hormon ini meningkatkan detak jantung, melebarkan saluran udara, dan mengarahkan aliran darah ke otot.&nbsp;Respons stres ini berguna dalam situasi jangka pendek, namun kehadiran adrenalin yang terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan kecemasan dan hipertensi.Dampak stres dan persepsinya bisa berbeda-beda pada tiap orang. Pengalaman individu memainkan peran penting dalam bagaimana tiap orang bereaksi terhadap stres.&nbsp;Selain itu, faktor psikososial dan biologis dapat memengaruhi perbedaan ini. Fluktuasi hormonal, khususnya, berkontribusi terhadap perbedaan respons stres antara pria dan wanita.&nbsp;Namun, stres tetap subyektif, karena apa yang dianggap stres oleh seseorang, mungkin tidak dirasakan oleh orang lain.Mitos dan&nbsp;Kebenaran tentang&nbsp;Kortisol dan&nbsp;StresAda beberapa mitos dan kebenaran seputar kortisol dan hubungannya dengan stres. Marta Leon, pakar nutrisi dan kesehatan hormonal wanita, menjelaskan beberapa di antaranya:Mitos 1: Kortisol&nbsp;Selalu&nbsp;Berbahaya bagi&nbsp;TubuhKortisol adalah hormon penting untuk kelangsungan hidup. Dalam situasi stres, kortisol memobilisasi energi yang diperlukan untuk merespons suatu ancaman, karena hal itu membuat kita waspada.&nbsp;Namun, masalah seperti stres kronis dan ketidakseimbangan kadar kortisol dapat berdampak buruk pada kesehatan.Mitos 2: Kortisol&nbsp;Hanya&nbsp;Dilepaskan dalam&nbsp;Situasi&nbsp;Stres&nbsp;EmosionalKortisol memiliki pola siklus sepanjang hari. Suhunya rendah pada malam hari untuk memungkinkan tidur dan meningkat pada pagi hari untuk mengaktifkan kita.&nbsp;Oleh karena itu, tidak hanya stres emosional yang memicu pelepasan kortisol. Hal ini juga dilepaskan sebagai respons terhadap bentuk stres lain seperti latihan fisik, kurang tidur, dan fluktuasi kadar gula darah.Mitos 3: Kortisol&nbsp;Selalu&nbsp;Menyebabkan&nbsp;Penambahan&nbsp;Berat&nbsp;BadanMeskipun kortisol dapat berkontribusi pada penambahan berat badan, terutama bila meningkat secara kronis, hal ini bukanlah satu-satunya penyebab.&nbsp;Pola makan, tingkat aktivitas fisik, dan faktor lain juga memengaruhi berat badan.Mitos 4: Stres&nbsp;Hanya&nbsp;Menyerang Orang&nbsp;DewasaAnak-anak dan remaja juga mengalami stres, meskipun sumber stres mereka mungkin berbeda dengan orang dewasa.&nbsp;Situasi yang mungkin tampak kecil dari sudut pandang orang dewasa bisa menjadi sangat menegangkan bagi remaja, sehingga memengaruhi rasa aman dan percaya diri mereka.Mitos 5: Tidak&nbsp;Ada&nbsp;Cara untuk&nbsp;Mengendalikan&nbsp;StresMeskipun stres merupakan respons alami tubuh, stres dapat dikelola secara efektif.&nbsp;Menjaga pola hidup sehat, mempraktikkan teknik relaksasi, tidur cukup, mengonsumsi makanan seimbang, dan rutin berolahraga merupakan cara mengelola stres.&nbsp;Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menawarkan panduan manajemen stres yang memberikan keterampilan mengatasi masalah secara praktis.Stres dan hormon berkaitan erat, dan penting untuk memahami pengaruhnya terhadap kesehatan dan kesejahteraan kita.&nbsp;Dengan mengenali mitos dan kebenaran tentang kortisol dan stres, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengelola respons alami tubuh ini secara efektif.Serta, menjaga keseimbangan yang sehat dalam kehidupan kita sehari-hari.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/IKoPG2CoTfo?si=ZpCcKhJAxOPTSuVn" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" allowfullscreen=""></iframe></div>

Stres dan hormon berkaitan erat, dan penting untuk memahami pengaruhnya terhadap kesehatan.

Latest Articles - Stres

Panduan Meditasi untuk Pemula, Pelajari dan Jelajahi Manfaatnya

Mengelola Komorbid dan Stres untuk Cegah Stroke

Hari Diabetes Sedunia, Ini Cara-cara Mencegahnya

Kenali Jenis dan Tanda-tanda Umum Depresi

Hal yang Perlu Diketahui tentang Stres dan Hubungannya dengan Hormon