Mengapa Rafael Nadal Sulit Dikalahkan di Lapangan Tanah Liat

Hedi Novianto

Editor:

  • Petenis Spanyol, Rafael Nadal, baru saja mengemas gelar juara ke-13 kali di turnamen tanah liat bergengsi, French Open 2020.
  • Tak ada petenis lain yang mampu mengoleksi gelar juara seperti Nadal di French Open.
  • Dominasi Nadal di lapangan tanah liat secara umum berhubungan dengan laju bola dan gaya bermainnya.

SKOR.id - Keberhasilan petenis Rafael Nadal menjuarai French Open untuk ke-13 makin menegaskan statusnya sebagai raja lapangan tanah liat.

Rafael Nadal menjadi petenis pertama yang mampu mencatat 13 kali juara di French Open. Apalagi karakter lapangan Rolland Garros, nama lain French Open, juga dikenal sulit ditaklukkan.

Keberhasilan menjuarai French Open untuk ke-13 kalinya bagi Rafael Nadal dicatat usai mengalahkan Novak Djokovic, dengan skor 6-0, 6-4, 7-5 pada Minggu (11/10/2020).

Dari skor itu bisa terlihat bagaimana Djokovic sebagai petenis nomor satu dunia pun tak berdaya di lapangan tanah liat dan relatif mudah menyerah kepada Nadal. Minimal untuk tahun ini.

Djokovic adalah satu dari hanya dua petenis yang pernah mengalahkan Nadal di Roland Garros. Djokovic, juara French Open 2016, juga selalu menang atas Nadal dalam tiga ajang Grand Slam sebelum ini.

Namun, khusus di French Open 2020, Rafael Nadal seolah tiada lawan. Terlepas petenis 34 tahun ini sekarang menduduki peringkat kedua dunia.

Gelar juara di French Open 2020 membuat Nadal sudah mengoleksi 20 gelar juara Grand Slam sekaligus menyamai rekor Roger Federer.

Dari total gelar juara itu, hanya tujuh kali yang direbut di lapangan rumput. Sisanya tentu saja French Open yang lapangan tanah liat.

"Hari ini kamu menunjukkan status sebagai raja lapangan tanah liat," ujar Djokovic dalam sambutan usai dikalahkan Nadal dalam final French Open 2020.

Para ahli pun menganalisis kehebatan Rafael Nadal yang sulit ditandingi di lapangan tanah liat. Mereka fokus pada bobot pukulan, kekuatan forehand, dan fisiknya.

Satu di antara kesimpulannya, Nadal punya taktik jitu ketika bermain di lapangan tanah liat. Rafa, sebutan akrabnya, mampu mendikte permainan dan meraih poin demi poin secara cerdik.

Secara keseluruhan ada tiga penyebab mengapa Rafael Nadal begitu ahli di lapangan tanah liat.

1. Karakter lapangan tanah liat

Dengan permukaan berupa tanah liat, bola melaju lebih lambat dan memantul lebih tinggi. Kecepatan bola bakal berkurang setelah mengenai permukaan lapangan tanah liat.

Secara kasar, permainan menjadi lebih lambat. Karena kecepatan geraknya tidak sehebat Djokovic atau Federer, Nadal akan mudah bermanuver dari posisi bertahan.

"Yang indah dari Lapangan tanah liat adalah Anda bisa memainkan berbagai gaya dan masih bisa menang," ujar Rafael Nadal.

Dengan bola yang lebih lambat, Nadal biasanya akan mengirim bola lambung ke belakang lawan. Lawan akan mengembalikan bola cukup tinggi sehingga bisa disambut Nadal dengan backhand.

Satu lagi, karakter lapangan tanah liat cocok dengan gaya main Rafael Nadal yang high topspin-based.

2. Kombinasi Servis dan Forehand

Rafael Nadal dikenal sebagai petenis yang tidak mengandalkan servis untuk mendulang poin. Bahkan kemampuan servis Nadal masih di bawah para rival dan menjadi kelemahan terbesarnya.

Namun di atas lapangan tanah liat, kelemahan servis itu berubah menjadi kekuatan. Nadal biasanya melakukan servis di bagian kiri kotak.

Bagi lawan yang bertangan kanan, aliran bola dari sisi kiri servis akan menyulitkannya karena mengarah ke sisi backhand. Roger Federer pun mengaku kesulitan menerima servis Nadal di lapangan tanah liat.

Statistik menunjukkan bahwa Nadal selalu menyambut bola pengembalian lawan yang tinggi dengan kekuatan forehand hingga 79 persen.

Nadal juga mencatat poin hingga 71 persen ketika menyambut bola pengembalian lawan dari servisnya dengan forehand, dibandingkan 45 persen dengan backhand.

Jadi, ini kekuatan Nadal untuk merebut poin di lapangan tanah liat. Dia melakukan servis yang melebar dan menyambut bola pengembalian lawan dengan forehand.

Kehebatan Nadal dalam melakukan servis + 1 forehand melahirkan kombinasi tiga hingga lima pukulan hingga akhirnya menghasilkan poin. Keberhasilan meraih poin mencapai 63 persen.

Bandingkan dengan Novak Djokovic yang melakukan servis +1 forehand hingga 71 persen tapi hanya memenanginya 52 persen.

Kemampuan kombinasi servis dan forehand dinilai menguntungkan Nadal dari sisi usia. Ia akan lebih cepat meraih poin sehingga menghemat energi dan napasnya.

3. Meluncur

Rafael Nadal sebenarnya punya kecepatan kaki dan jangkauan lapangan yang masuk kategori terbaik. Namun akibat cedera lutut dan punggung pada 2014 serta usianya yang mulai uzur, kecepatan Nadal pun menurun.

Akan tetapi karakter lapangan tanah liat bisa membuatnya meluncur dengan cepat, misalnya untuk mendekati net demi menyambut bola pengembalian lawan dengan forehand smash.

Lapangan tanah liat membuat Nadal bisa memaksa lawan untuk terus berada di posisi terdalam (based line).

Lantas, jika Rafel Nadal bisa memanfaatkan karakteristik lapangan tanah liat, mengapa petenis lain tidak?

Kebanyakan petenis adalah spesialis lapangan keras atau rumput. Ketika mereka bermain di lapangan tanah liat, lawan seperti Rafael Nadal bisa mengarahkan bola ke backhand alias posisi paling kikuk bagi kebanyakan petenis.

Karena backhand adalah posisi di luar kenyamanan, kebanyakan petenis --bahkan Roger Federer-- bakal sulit mengendalikan pengembalian bola sehingga lawan bakal diuntungkan.

Sebaliknya bagi Rafael Nadal ketika bermain di lapangan keras atau rumput. Karena bola memantul lebih rendah, Nadal membutuhkan upaya lebih keras menjangkau sisi lain lapangan.

Bagi pemain dengan kecepatan yang mulai menurun seperti Rafael Nadal, laju bola yang lebih cepat di lapangan non-tanah liat bakal menyulitkan manuvernya.

Jadi, kombinasi pantulan bola tinggi dan lebih lambat memang lebih cocok bagi gaya permainan forehand ala Rafael Nadal. Dan itu hanya terjadi di lapangan tanah liat seperti French Open.

Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Rafael Nadal Lainnya:

Andy Murray: Tak Ada yang Bisa Kalahkan Rekor Rafael Nadal di French Open

Dewan Kota Sant Llorenç des Cardassar Berencana Adopsi Petenis Rafael Nadal

Source: New York TimesSportskeedaThe SportsmanLast Word on SportsSportstar

RELATED STORIES

Rafael Nadal: Saya Salah Satu Petenis Terbaik Sepanjang Sejarah

Rafael Nadal: Saya Salah Satu Petenis Terbaik Sepanjang Sejarah

Rafael Nadal merasa puas dengan perjalanan kariernya sejauh ini dan bertekad meraih gelar major lainnya.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Timnas putri U-19 Myanmar vs Timnas putri U-19 Indonesia pada perebutan peringkat ketiga Piala AFF Wanita U-19 2025 atau ASEAN U-19 Girls Championship 2025 di Vietnam pada 18 Juni 2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Timnas Indonesia

Prediksi dan Link Live Streaming Myanmar vs Indonesia di Piala AFF Wanita U-19 2025

Kedua tim mirip jelang perebutan peringkat ketiga ASEAN U-19 Girls Championship 2025, Rabu (18/6/2025) sore.

Taufani Rahmanda | 17 Jun, 07:56

12 Alumni Liga TopSkor di Timnas U-23 Indonesia.

Liga TopSkor

Belasan Alumni Liga TopSkor Ikuti TC Timnas U-23 Indonesia

Total 12 Alumni Liga TopSkor akan menjadi bagian dalam pemusatan latihan Timnas U-23 Indonesia untuk persiapan berlaga di Piala AFF U-23 2025.

Nizar Galang | 17 Jun, 07:40

Timnas U-23 Indonesia.

Timnas Indonesia

Dua Pemain Persib Batal Dipanggil Timnas U-23 Indonesia

Dua pemain Persib Bandung batal dipanggil mengikuti pemusatan latihan Timnas U-23 Indonesia. Siapa saja?

Rais Adnan | 17 Jun, 07:22

PSPS Pekanbaru - Hendy AS - Skor.id

Liga 2

PSPS Resmi Datangkan Kurniawan Dwi Yulianto, Tim Pelatih Komplet untuk Liga 2 2025-2026

PSPS Pekanbaru resmi merampungkan tim kepelatihan untuk musim baru usai gagal promosi pada Liga 2 2024-2025.

Taufani Rahmanda | 17 Jun, 05:36

cover bursa transfer Liga 1.

Liga 1

Update Bursa Transfer Liga 1 Menuju Musim 2025-2026

Aktivitas keluar-masuk pemain dan jajaran pelatih tim 18 klub Liga 1 2025-2026 pada awal musim, yang diperbaharui berkala.

Taufani Rahmanda | 17 Jun, 04:52

Kompetisi futsal putri kasta tertinggi di Indonesia untuk musim terbaru, Women Pro Futsal League 2024-2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Futsal

Women Pro Futsal League 2024-2025: Jadwal, Hasil dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Women Pro Futsal League 2024-2025 yang terus diperbaharui seiring berjalannya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 17 Jun, 04:48

Logo baru kompetisi futsal kasta tertinggi di Indonesia, Pro Futsal League 2024-2025. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

Futsal

Pro Futsal League 2024-2025: Jadwal, Hasil, dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Pro Futsal League 2023-2024 terus diperbaharui seiring berjalannya kompetisi.

Taufani Rahmanda | 17 Jun, 04:45

Team Vitality. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Esports

Pemain Team Vitality Sebut Indonesia Kekurangan Kompetisi Ladies

Team Vitality sendiri baru menjalani satu kompetisi ladies saja di tahun ini yakni Battle of Gamehers.

Gangga Basudewa | 17 Jun, 04:39

PMSL SEA Summer 2025. (PUBG Mobile)

Esports

Daftar 16 Tim di Grand Final PMSL SEA Summer 2025

Dari 16 tim, tujuh (7) tim merupakan perwakilan dari Indonesia di PMSL SEA Spring 2025.

Gangga Basudewa | 17 Jun, 04:39

 Enzo Fernandez, pesepak bola Chelsea. (Dede Mauladi/Skor.id)

World

Hasil Piala Dunia Antarklub: Chelsea Menang, Boca Imbang

Chelsea menang dan Boca Juniors imbang lawan Benfica menghiasi hasil Piala Dunia Antarklub 2025 hari ini.

Thoriq Az Zuhri | 17 Jun, 02:58

Load More Articles