SKOR.id - Tidak hanya sepak bola profesional saja yang mempunyai polemik dalam bursa transfer pemain. Uniknya kompetisi akar rumput di Indonesia juga mempunyai masalah yang sama, salah satunya di Liga TopSkor Samarinda.
Hal itu diungkap dalam Sharing Time Liga TopSkor Samarinda pada 11 Juni 2023 lalu.
Pada kegiatan ini turut hadir Direktur Liga TopSkor M. Yusuf Kurniawan, Dirtek Asprov PSSI Kalimantan Timur, Iwan Setiawan, Koordinator Liga TopSkor Samarinda, Lyna Agustina, dan Ketua Liga TopSkor Kalimantan Timur, Anwar Sadat.
Pertemuan tersebut membahas terkait penyelenggaraan Liga TopSkor Samarinda musim 2023, termasuk juga kendala yang dihadapi para peserta.
Salah satunya terkait beberapa perpindahan pemain dari ssb ke akademi lain yang ikut dalam Liga TopSkor Samarinda.
Menurut para pelatih yang hadir dalam Sharing Time Liga TopSkor Samarinda itu, fenomena perpindahan pemain yang sejak awal sudah di bina dengan baik, kemudian memilih untuk pindah ke tim atau akademi sepak bola lain adalah tindakan yang tidak adil.
Namun, Bung Yuke sapaan karib Yusuf Kurniawan mengaku hal tersebut terbilang lumrah terjadi di pembinaan sepak bola grassroots karena tidak adanya peraturan yang pasti.
Bung Yuke mengungkapkan sebaiknya sebagai pelatih fokus saja dengan visi dan misi untuk meningkatkan dan menghasilkan kualitas pesepek bola muda.

"Kita ini ibaratkan seperti peternak setelah berhasil melahirkan bibit atau pemain nantinya, mereka (pemain) bisa akan pergi kemana saja untuk berkembang. Karena kita di SSB sistemnya tidak mengikat," ujar Bung Yuke.
"Kadang memang tidak etis rasanya kalau pemain yang sudah kita bina sendiri diambil tim lain. Tapi memang siklusnya kebanyakan akan seperti itu, karena tugas kita adalah hanya menghasilkan pemain berkualitas," ucapnya.
Tetapi terlepas dari hal tersebut, Bung Yuke melihat sosok pelatih di usia dini adalah salah satu pahlawan tanpa mahkota.
"Pelatih itu seperti pahlawan tanpa mahkota, karena tugasnya memang menghasilkan pemain. Seharusnya pemain ini yang bisa ingat ketika sukses dengan pelatih yang sudah membesarkannya," ungkap Bung Yuke.
Terkait perpindahan pemain, Bung Yuke memberikan beberapa saran kepada manajeman SSB, jika tidak ingin merasa dirugikan seharusnya membuat peraturan dengan menganut sistem transfer kompensasi training.
Sebagai informasi, sebenarnya pada FIFA Player Regulasi ada kewajiban klub atau Akademi memberikan 2,5 persen jika terjadi perpindahan pemain di usia muda. Tetapi federasi di sepak bola Indonesia belum diatur masalah itu.
Selain itu, bisa saja manajeman atau pembina dari SSB tersebut membuat komitmen kepada orang tua pemain.
Sehingga ketika nanti pemain tersebut dipinjam atau pindah nanti ada perjanjian hitam di atas putih.

"Kecuali pemain itu berbayar di akademi yang dituju. Kita akan susah menahan pemain tersebut. Contohnya saja seperti sekolah. Kalau kita sekolah mau pindah kemana saja bebas karena berbayar," kata Bung Yuke.
"Sebaliknya misalkan di SSB pemain tersebut mendapatkan beasiswa, kemudian dia pindah dengan sepihak kita bisa tuntut klub yang ambil itu. Tetapi balik lagi tidak bisa hanya verbal saja harus ada hitam di atas putih," ucapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Iwan Setiawan. Eks pelatih Persija Jakarta itu mengaku aturan transfer kompensasi training bisa menjadi 'bisnis' di dunia sepak bola grassroots.
"Transfer kompensasi training itu bisa menjadi solusi yang profesional dalam masalah ini. Karena di Jakarta juga sudah banyak yang menganut sistem ini," ujar lelaki yang mengarsiteki Persija Jakarta pada musim 2011-2012 itu.
Sebagai catatan, transfer kompensasi training ini sudah terjadi di Liga TopSkor Jakarta. Banyak pemain yang diambil oleh Persija Jakarta dengan aturan tersebut.
Jadi dalam perjanjian ssb dan juga Persija jika pemain tersebut bisa muncul di tim senior Macan Kemayoran, ssb tersebut akan mendapatkan kompensasi sesuai perjanjian.
Sebaliknya, jika pemain tersebut tidak bisa berkembang tentunya ssb asal pemain itu tidak mendapatkan apapun karena dia tidak bisa berprestasi.
Namun demikian si pemain tersebut sudah mendapat keuntungan karena mendapat fasilitas latihan dan pendidikan pelatihan gratis selama kontrak berlaku.