Galatama Lahirkan Banyak Klub di Jakarta tapi Gagal Singkirkan Persija

Furqon Al Fauzi

Editor:

  • Lahirnya Galatama pada 1979 membuat sepak bola Jakarta menggeliat untuk menyaingi kenyamanan Persija.
  • Tercatat ada sekitar 13 klub yang berdiri dan bermarkas di ibu kota pada era Galatama (1979-1994).
  • Meski lebih dikenal sebagai kebanggaan Solo, Arseto lahir di Jakarta dari keluarga Cendana, Soeharto.

SKOR.id - Sepak bola Jakarta pernah bergeliat pesat pada era 1980-an hingga pertengahan 1990. Terutama sejak digulirkannya Liga Sepak bola Utama atau Galatama.

Pada kompetisi sepak bola semi-profesional itu, setidaknya ada 13 klub yang berdiri dan pernah bermarkas di ibu kota.

Tim-tim tersebut antara lain Warna Agung, Pelita Jaya, Tunas Inti, Indonesia Muda, Union Make Strength (UMS), dan Angkasa.

Berita Galatama Lainnya: PS Medan Jaya, Klub Kaya Era Galatama Malang Nian Nasibnya Kini

Lalu ada Jayakarta, Arseto, Buana Putra, Jakarta Putra, Cahaya Kita, Perkesa 78, dan BBSA (Bangka Belitong Sports Association).

Dari sejumlah tim itu, hanya sedikit yang berprestasi. Pelita Jaya bisa dibilang tim asal Jakarta tersukses dalam era Galatama.

Tiga gelar juara diraih Pelita Jaya pada musim 1988-1989, 1990, dan 1993-1994, yang merupakan edisi terakhir Galatama sebelum dilebur dengan Perserikatan.

Sedangkan Warna Agung merupakan juara Galatama edisi perdana, 1979-1980. Menariknya, laga final mempertemukan dua tim ibu kota, Warna Agung melawan Jayakarta.

Namun, Jayakarta harus mengakui keunggulan Warna Agung yang kala itu diasuh oleh dokter Endang Witarsa.

Warna Agung diperkuat sejumlah bintang sepak bola Indonesia saat itu, di antaranya Ronny Pattinasarany, Risdianto, dan Rully Nere.

Warna Agung juga mencetak pemain muda yang kemudian menjadi andalan timnas yakni Widodo Cahyono Putro.

Tidak hanya itu, Warna Agung bahkan tercatat sebagai satu-satunya tim yang mampu bertahan sejak edisi perdana Galatama hingga edisi 1994 tanpa berganti nama.

Sementara Jakarta Putra jadi tim yang hanya tampil satu musim yakni pada 1979-1980. Sebelum bubar, Warna Agung sempat ikut dalam Liga Indonesia 1994-1995.  

Sayang, Warna Agung tak mampu bersaing hingga akhirnya menempati juru kunci klasemen wilayah barat dan terpaksa terdegradasi.

Selepas itu kabar klub yang didirikan oleh pengusaha cat bernama Benny Muljono itu bak hilang ditelan bumi. Degradasi, suram, lantas lenyap.

Kesuksesan tim asal Jakarta, selain Persija dalam kompetisi Perserikatan yang dianggap tradisional, dilanjutkan Pelita Jaya 10 tahun kemudian.

Pelita Jaya bahkan merebut gelar juara Galatama dua musim beruntun pada 1988-1989 dan 1990. Pelita juga menjadi juara edisi terakhir Galatama musim 1993-1994.

Nama Pelita Jaya pada awal kompetisi Liga Indonesia 1994-1995 bahkan lebih harum ketimbang saudara tuanya, Persija dan Warna Agung.

Pelita kukuh di puncak klasemen penyisihan wilayah Barat di atas dua tim asal Bandung, Persib dan Bandung Raya serta Medan Jaya.

Sayang, perfoma Pelita Jaya melempem pada babak delapan besar dan gagal melenggang ke semifinal. Persib Bandung pada akhirnya keluar sebagai juara.

Tidak ada gelar juara yang diraih Pelita sejak era Ligina. Pada musim 1999-2000, Pelita Jaya berubah nama menjadi Pelita Solo dan bermarkas di Stadion Sriwedari.

Setelah Pelita Solo, berubah menjadi Pelita Krakatau Steel, kemudian menjadi Pelita Jaya Purwakarta, Pelita Jabar, Pelita Jaya Karawang, dan Pelita Bandung Raya.

Kini, nama Pelita Jaya telah tiada. Tim yang berdiri pada 1986 dengan nama Pelita Jaya Jakarta, itu telah bertransformasi menjadi Madura United.

Pecinta sepak bola Tanah Air niscaya pernah dengar nama klub kaya raya, Arseto. Meski lebih dikenal dengan Arseto Solo, klub milik keluarga Cendana ini lahir di ibu kota.

Arseto didirikan oleh Putra Presiden kedua RI Soeharto, Ari Sigit, pada 1978 dan memilih Jakarta sebagai markas tim.

Namun, sejak 1983, setelah Presiden Soeharto mencanangkan 9 September sebagai Hari Olahraga Nasional, Arseto berkandang di Solo.

Arseto juga dijuluki The Cannon atau si Meriam, lantaran selalu semangat tak pernah lelah berjuang untuk menampilkan performa terbaiknya seperti meriam.

"Siapa pemain yang tak mau memperkuat Arseto saat itu. Kehidupan terjamin," kata Yunus Muchtar, mantan pemain Arseto dan timnas Indonesia.

"Kami semua satu tim saat itu pernah dibelikan sepatu keluaran luar negeri dan itu hanya kami yang pakai di Indonesia," Yunus menambahkan.

Sayang, Arseto hanya sekali menjadi juara Galatama, yakni pada musim 1990-1992. Namun Arseto pernah menjadi wakil Indonesia di Liga Champion Asia 1993.

Pada kejuaran tersebut Arseto menempati posisi tujuh besar bersama tim kuat Asia lainnya. Arseto kemudian menyatakan bubar pada 1998 menyusul lengsernya Soeharto.

Namun begitu, masih ada sisa-sisa sejarah Arseto berupa kantor manajemen dan mes pemain di Kadipolo. Sayang gedung tersebut tak terawat dan dibiarkan.

Mungkin, tidak banyak yang tahu jika tim Galatama, Perkesa 78, merupakan tim yang lahir di Jakarta. Perkesa 78 punya ciri khas bermaterikan pemain Papua.

Klub ini didirikan oleh Mayjen TNI (Purn) Acub Zaenal. Meskipun berawal dari Kebayoran, Jakarta Selatan, dalam Galatama edisi perdana Perkesa 78 tercatat sebagai tim asal Bogor.

Namun akibat suap, klub yang bermarkas di Cipaku itu tenggelam. Perkesa merupakan singkatan dari Persatuan Sepak bola Kebayoran dan sekitarnya.

Skandal suap yang mengubah Perkesa 78 terjadi pada 5 Juni 1979, dalam laga derbi ibu kota melawan Cahaya Kita di Stadion Menteng.

Lewat perantara sang kapten, Jafeth Sibi, para pemain Perkesa 78 mendapat suap sebesar Rp1,5 juta. Suap itu diberikan ke beberapa pemain.

Intinya, Perkesa 78 harus mengalah dari Cahaya Kita. Rata-rata pemain mendapatkan Rp80 ribu. Skandal ini terbongkar setelah Acub Zaenal mendapat sepucuk surat.

Setelah memecat Jafeth Sibi dan memberikan sanksi pada pemain lain yang menerima suap, Acub Zaenal bahkan berniat membubarkan Perkesa 78 saat itu juga.

Berita Galatama Lainnya: Indrayadi Kiper Pusri Galatama, Mengenang Momen Emas Dipanggil Timnas

Namun, setelah muncul desakan dari banyak masyarakat Papua yang berharap Perkesa 78 dipertahankan, Acub Zaenal kemudian mengurungkan niatnya.

Seiring berjalannya waktu, Perkesa kerap berpindah markas tim mulai dari Mataram, Sidoarjo, dan Yogyakarta, lantas bubar seiring hilangnya Galatama pada 1994.

Klub Galatama yang Berdiri dan Bermarkas di Jakarta

  • Warna Agung (1979-1994)
  • Pelita Jaya (1986-1994)
  • Tunas Inti (1979-1987)
  • Indonesia Muda (1979-1984)
  • Union Makes Strength 1980-1984 
  • Angkasa (1980-1984) 
  • Jayakarta (1979-1982)
  • Buana Putra (1979-1982)
  • Cahaya Kita (1979-1982)
  • BBSA (1979-1980)
  • Jakarta Putra (1979-1980)
  • Arseto (1979)
  • Perkesa 78 (1978)

RELATED STORIES

Ini Anjuran Dokter Persija untuk Para Pemain Selama Bulan Ramadan

Ini Anjuran Dokter Persija untuk Para Pemain Selama Bulan Ramadan

Dokter tim Persija Jakarta, Donny Kurniawan membagikan tips aktivitas olahraga dan nutrisi makanan saat menjalani ibadah puasa.

Tak Pulang Kampung, Ini Kegiatan Otavio Dutra Saat Pandemi Virus Corona

Tak Pulang Kampung, Ini Kegiatan Otavio Dutra Saat Pandemi Virus Corona

Otavio Dutra mengaku tetap melakukan aktivitas, walaupun ditengah situasi pandemi virus corona.

Empat Striker yang Kerap Bikin Pusing Otavio Dutra, Lokal Hanya Satu Nama

Empat Striker yang Kerap Bikin Pusing Otavio Dutra, Lokal Hanya Satu Nama

Otavio Dutra mengungkapkan ada empat striker yang menurutnya kerap menghadirkan kesulitan setiap kali berhadapan dengannya.

Talenta Muda Brasil Tak Sebanyak Dulu, Otavio Dutra Ungkap Alasannya

Talenta Muda Brasil Tak Sebanyak Dulu, Otavio Dutra Ungkap Alasannya

Bek tengah Persija Jakarta Otavio Dutra, mengaku beruntung satu angkatan dengan beberapa pemain top asal Brasil.

Dua Pemain Muda Persija Siap Seimbangkan Pendidikan dan Sepak Bola

Dua Pemain Muda Persija Siap Seimbangkan Pendidikan dan Sepak Bola

Bek muda Persija Jakarta, Salman Alfarid dan Braif Fatari bahagia karena baru saja diumumkan lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA).

Rekor Gol dalam 40 Tahun, Masih Milik Niac Mitra dan Cahaya Kita

Rekor Gol dalam 40 Tahun, Masih Milik Niac Mitra dan Cahaya Kita

Niac Mitra masih menjadi tim yang mampu mencetak gol terbanyak dalam satu musim kompetisi sejak 40 tahun terakhir.

Warna Agung, Perjuangan Jawara Pertama Kompetisi Semi-Pro Indonesia dari Jakarta

Warna Agung, Perjuangan Jawara Pertama Kompetisi Semi-Pro Indonesia dari Jakarta

Warna Agung sudah tinggal nama, tetapi klub asal Jakarta ini adalah jawara edisi pertama Galatama, kompetisi semi-pro Indonesia.

Kisah Zulkarnaen Lubis yang Dijuluki Kevin Keegan dan Maradona

Kisah Zulkarnaen Lubis yang Dijuluki Kevin Keegan dan Maradona

Genap dua tahun yang lalu, tepatnya 11 Mei 2018, Zulkarnaen Lubis meninggal dunia.

Arema dan Sejarah Indah pada 27 Tahun Silam Jadi Juara Galatama

Hari ini pada 27 tahun silam, Arema Malang jadi jawara kompetisi semi-pro Galatama.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Liverpool akan kembali mengenakan seragam dari Adidas mulai musim 2025-2026. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Culture

Liverpool Kembali Pakai Adidas Mulai Musim 2025-2026

Ini bakal menjadi kali ketiga Adidas memasok seragam untuk Liverpool.

Tri Cahyo Nugroho | 25 Apr, 16:59

Sejumlah stadion di Inggris disinyalir berhantu. Di antara stadion-stadion itu, St Mary's dan Stamford Bridge masih dipakai hingga kini. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Culture

5 Stadion Sepak Bola Berhantu di Inggris

Tidak semua stadion yang dinilai berhantu itu memiliki aura menyeramkan.

Tri Cahyo Nugroho | 25 Apr, 15:42

Pelatih Barcelona, Xavi Hernandez (kanan), bersama Presiden Joan Laporta dan Direktur Olahraga Deco. (Hendy Andika/Skor.id).

La Liga

Batal Mundur Akhir Musim Ini, Xavi Hernandez Resmi Bertahan di Barcelona

Xavi Hernandez menyatakan dirinya telah memutuskan untuk tetap bertahan di Barcelona memenuhi kontraknya yang berlaku hingga Juni 2025 nanti.

Irfan Sudrajat | 25 Apr, 15:22

Erick Thohir

Timnas Indonesia

Perpanjang Kontrak Shin Tae-yong, Erick Thohir Singgung Generasi Emas Timnas Indonesia

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir menjelaskan soal pertemuan dengan Shin Tae-yong yang berujung diperpanjangnya kontrak sang pelatih.

Taufani Rahmanda | 25 Apr, 14:56

Gelandang legendaris asal Spanyol Andres Iniesta dan jam tangan khasnya dari Casio, G-Shock DW-5600AI-1. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Culture

Casio G-Shock DW-5600AI-1 Jam Tangan Khas Andres Iniesta

Casio G-Shock DW-5600AI-1 Andres Iniesta akan diluncurkan pada Mei 2024.

Tri Cahyo Nugroho | 25 Apr, 14:51

Kylian Mbappe menjadi duta merek Hublot untuk jam tangan resmi Piala Eropa 2024, Big Bang E Gen3 UEFA Euro 2024. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Culture

Kylian Mbappe Luncurkan Hublot Big Bang e Gen3 UEFA Euro 2024

Hublot Big Bang e Gen3 UEFA Euro 2024 hanya akan dibuat 100 unit.

Tri Cahyo Nugroho | 25 Apr, 14:43

PSIS Semarang vs Persikabo 1973 di pekan ke-33 Liga 1 2023-2024 pada 26 April 2024. (Yusuf/Skor.id)

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming PSIS vs Persikabo 1973 di Liga 1 2023-2024

Disertai 17 fakta menarik jelang pertandingan pekan 33 Liga 1 2023-2024 yang digelar Jumat (26/4/2024) sore itu.

Taufani Rahmanda | 25 Apr, 14:26

Liga 1 2023-2024. (M. Yusuf/Skor.id)

Liga 1

Liga 1 2023-2024: Jadwal, Hasil, Klasemen, dan Profil Klub Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Liga 1 2023-2024 yang terus diperbarui seiring berjalannya kompetisi, plus profil tim peserta.

Taufani Rahmanda | 25 Apr, 14:09

Uber Cup/Piala Uber

Badminton

Daftar Juara Uber Cup, Tim Putri Cina Kelewat Dominan

Tim putri Cina jadi yang paling sukses dalam sejarah Uber Cup dengan koleksi 15 gelar dari 28 edisi penyelenggaraan.

Doddy Wiratama | 25 Apr, 13:18

IBL All Star 2024

Basketball

Saling Sikut di IBL All Star 2024, Yudha Saputera Ingin Buktikan Kualitas ke Abraham Damar

Dua bintang basket Indonesia, Abraham Damar Grahita dan Yudha Saputera, ingin menunjukkan pertandingan yang menarik di IBL All Star 2024.

Arin Nabila | 25 Apr, 13:04

Load More Articles