SKOR.id - Bek sekaligus kapten tim Persija Jakarta, Rizky Ridho, merespons soal golnya yang masuk dalam nominasi FIFA Puskas Award 2025.Seperti diketahui, gol yang dicetak Rizky Ridho ke gawang Arema FC pada laga Liga 1 2024-2025 di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, 9 Maret 2025, menjadi salah satu kandidat untuk menjadi gol terbaik dunia tahun ini. Sebelumnya, gol tersebut juga sudah terpilih sebagai gol terbaik Liga 1 musim lalu.Gol Ridho lahir dari sebuah serangan balik yang terangkai rapi. Berawal saat ia menguasai bola di dalam kotak penalti sendiri, Ridho langsung melepas umpan kepada Ryo Matsumura yang menunggu di ruang kosong. Dengan kecerdasan visi yang menjadi ciri khasnya, Ryo mengirimkan operan terobosan jauh ke garis tengah lapangan, tepat ke jalur lari Ridho yang tak pernah mengecilkan langkah. Tanpa mengontrol bola, sang kapten melepaskan tembakan jarak jauh yang melambung indah dan berakhir mulus di jala gawang lawan.Kini, lantaran gol yang dicetaknya itu, Rizky Ridho bersaing dengan berbagai pemain dunia untuk menjadi yang terbaik, di antaranya adalah Lamine Yamal (Barcelona) dan Declan Rice (Arsenal).“Alhamdulillah, saya bersyukur bisa masuk nominasi Puskás Award. Jujur, saya tidak pernah membayangkan gol itu akan sejauh ini,” kata Rizky Ridho, dalam rilis resmi Persija, Jumat (14/11/2025).“Saya ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan setim, tim pelatih, ofisial, dan seluruh Jakmania yang selalu mendukung. Gol itu lahir karena kerja sama tim, bukan semata-mata aksi individu. Semoga ini bisa menjadi motivasi bagi kami semua untuk terus berjuang lebih baik,” tambah bek Timnas Indonesia itu.Direktur Utama Persija, Mohamad Prapanca, menyambut kabar ini dengan rasa bangga. Ia senang Persija bisa memberikan ruang yang ideal bagi Ridho untuk mencapai level dunia. Prapanca pun berharap pencapaian dan pengakuan dunia itu bukan hanya digapai Ridho, tetapi juga para pemain lainnya.“Ridho menunjukkan bahwa mimpi tidak pernah mengenal batas. Gol itu adalah cermin dari kerja keras, disiplin, dan keberanian untuk mencoba hal yang tampak mustahil. Bagi Persija, ini adalah dorongan besar untuk terus melahirkan dan merawat talenta yang mampu menggapai panggung dunia. Kami bangga pada Ridho dan akan terus mendukungnya,” ucap Prapanca.Cara Vote Gol Rizky RidhoUntuk memilih gol Rizky Ridho, para pencinta sepak bola Indonesia bisa memberikan votingnya dengan mengunjungi laman FIFA.com atau langsung klik tautan <a href="https://www.fifa.com/the-best-fifa-football-awards/en/puskas-award">https://www.fifa.com/the-best-fifa-football-awards/en/puskas-award</a>. Setelah itu, lakukan login atau masukkan email aktif kalian.Setelah login berhasil dilakukan, pilih Rizky Ridho untuk meraih Puskás Award 2025. Periode voting dibuka mulai hari ini hingga 9 Desember 2025.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/fjfzQeyQqCc?si=tC4Clji3GdjPfRIh" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Gol Rizky Ridho ke gawang Arema FC pada Liga 1 musim lalu masuk dalam nominasi FIFA Puskas Award 2025.

Liga 1

Respons Rizky Ridho Usai Golnya Masuk Nominasi FIFA Puskas Award 2025

SKOR.id - Ketua Umum PSSI Erick Thohir memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada FIFA Players’ Voice Panel (PVP) yang terus menunjukkan komitmen kuat menjadi aktor kunci memerangi rasisme di dunia sepak bola.Isu ini hingga kini masih menjadi masalah serius yang terjadi di berbagai level — mulai dari stadion, dunia maya, hingga interaksi antar pemain, ofisial, dan suporter.FIFA PVP, yang beranggotakan 16 mantan pesepak bola dunia, menggelar pertemuan perdana di Rabat, Maroko, Senin (10/11/2025). Panel ini sebelumnya diluncurkan pada Kongres FIFA ke-74 di Bangkok, Thailand, Mei 2024, sebagai bagian dari program global bertajuk Global Stand Against Racism. Program tersebut mewajibkan seluruh 211 Asosiasi Anggota FIFA, termasuk Indonesia, untuk melakukan langkah nyata dalam memberantas rasisme — baik di dalam lapangan, di media sosial, maupun di lingkungan sepak bola yang lebih luas.Erick menilai kehadiran FIFA PVP menjadi tonggak penting dalam menguatkan kembali pesan moral bahwa sepak bola harus menjadi ruang inklusif, adil, dan bebas dari diskriminasi."Pertemuan FIFA PVP di Rabat diharapkan semakin menguatkan pesan anti-rasisme kepada masyarakat dunia. Sepak bola adalah olahraga global dengan jangkauan luas yang dapat menyatukan banyak bangsa, termasuk Indonesia,” ujar Erick di Jakarta, Rabu (12/11).Dukungan nyata Erick terhadap upaya FIFA juga terlihat ketika dirinya bertemu dan berdiskusi dengan salah satu anggota FIFA PVP asal Prancis, Mikaël Silvestre, di sela-sela Piala Dunia U-17 di Doha, Qatar.Dalam pertemuan tersebut, Erick menyampaikan harapan agar para mantan pemain dunia yang tergabung di panel tersebut dapat memberikan masukan penting bagi FIFA dan seluruh komunitas sepak bola global dalam memerangi rasisme dan kekerasan verbal di olahraga.Lebih jauh, Erick menekankan pentingnya refleksi terhadap situasi di dalam negeri. Ia menyoroti maraknya kasus bullying dan ungkapan bernada rasis di dunia olahraga dan media sosial di Indonesia sebagai alarm agar semua pihak lebih waspada dan bertanggung jawab.“Fenomena ini harus menjadi pelajaran bersama. Jangan sampai tindakan tidak etis di dunia maya maupun di lapangan justru mencoreng wajah sepak bola kita dan berujung pada sanksi atau denda dari FIFA,” jelasnya.PSSI berkomitmen untuk terus memperkuat edukasi dan kampanye anti-rasisme dan anti-bullying melalui kompetisi, pembinaan usia muda, serta media sosial. Bagi Erick, &nbsp;semangat keberagaman yang menjadi kekuatan Indonesia harus tercermin dalam perilaku seluruh elemen sepak bola nasional.<div class="raw-html-embed"><iframe width="695" height="391" src="https://www.youtube.com/embed/07uq4rgF90w" title="Dua Tahun Bersama PSSI, Mungkin Lupa! Ini yang Sudah Terjadi Dalam Sepak Bola Kita!! - #DISKORD" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

FIFA PVP, yang beranggotakan 16 mantan pesepak bola dunia, menggelar pertemuan perdana di Rabat, Maroko, Senin (10/11/2025).

liga jerman, liga inggris, liga italia, liga champions, liga spanyol

Bola Internasional

Erick Thohir Apresiasi Komitmen FIFA Players Voice Panel Terus Perangi Rasisme di Sepak Bola

SKOR.id - Melalui Players Voice Panel (PVP), FIFA menggelar pertemuan perdana di Rabat, Maroko, Senin (10/11/2025), sejak peluncuran pertama pada Mei 2024 dalam kongres FIFA ke-74 di Bangkok, Thailand.Melalui program Global Stand Against Racism, ini menjadi langkah nyata FIFA dalam memberantas rasisme di seluruh lapisan, tak hanya lapangan tetapi juga media sosial.Program ini mewajibkan seluruh 211 asosiasi anggota FIFA, termasuk Indonesia, untuk mengambil langkah konkret berdasar lima pilar utama yaitu aturan dan sanksi, tindakan di lapangan, penegakan hukum pidana, pendidikan, dan suara pemain (player's voice).Players Voice Panel (PVP) menjadi representasi dari pilar kelima, dengan menempatkan pemain barik yang aktif maupun telah pensiun, sebagai garda terdepan dalam perjuangan melawan diskriminasi dan ujaran kebencian.FIFA Players Voice Panel diisi 16 anggota yang mewakili sepak bola pria dan wanita dari 14 asosiasi nasional, yang mencakup enam konfederasi.George Weah ditunjuk sebagai kapten kehormatan, diikuti nama-nama besar lain seperti Didier Drogba, Formiga, Juan Pablo Sorin, Mikael Silvestere, hingga Briana Scurry.George Weah melalui pidatonya menegaskan, rasisme bukan hanya sekadar amsalah olahraga, tetapi juga penyakit yang harus disembuhkan bersama."Kita semua harus menikmati permainan indah ini tanpa kebencian. Kita harus berjalan dan bernyanyi bersama di stadion, bukan saling menyerang. Rasisme adalah penyakit yang harus kita basmi dari sepak bola dan dari masyarakat," kata George Weah.PVP telah menegaskan komitmennya melalui pertemuan ini, di antaranya:* FIFA memperbarui Kode Disiplin (FDC) dengan menaikkan denda atas perilaku rasis hingga CHF 5 juta, * menerapkan prosedur tiga langkah anti-diskriminasi yang memungkinkan penghentian pertandingan jika tindakan rasis berlanjut, * memperkuat pengawasan media sosial melalui FIFA Social Media Protection Service, dan * memperluas program pendidikan lewat Football for Schools serta platform e-learning.Para anggota panel juga bertanggung jawab memantau kebojakan anti-rasisme, menggerakkan edukasi untuk pemain muda, dan mendorong perubahan budaya di dunia sepak bola.Kampanye global ini juga menjadi cerminan penting bagi Indonesia yang belakangan diwarnai maraknnya bullying dan ungkapan bernada rasis di media sosial.Fenomena ini akan berdampak serius jika tak ditangan, dan berisiko mendapat sanksi atau denda dari FIFA jika ditemukan pelanggaran dalam pertandingan resmi.Melalui semangat Global Stand Against Racism, Indonesia diharap dapat memperkuat karakter dala sepak bola.Baik dari pelatih, pemain muda, hingga suporter, agar nilai kesetaraan, hormat, dan keberagaman benar-benar menjadi budaya sepak bola nasional.Berikut ini 16 Anggota FIFA Players Voice Panel (PVP)* George Weah (Liberia) – Kapten kehormatan * Emmanuel Adebayor (Togo) * Mercy Akide (Nigeria) * Ivan Cordoba (Kolombia) * Didier Drogba (Pantai Gading) * Khalilou Fadiga (Senegal) * Formiga (Brasil) * Jessica Houara (Prancis) * Maia Jackman (Selandia Baru) * Sun Jihai (China PR) * Blaise Matuidi (Prancis) * Aya Miyama (Jepang) * Lotta Schelin (Swedia) * Briana Scurry (Amerika Serikat) * Mikael Silvestre (Prancis) * Juan Pablo Sorín (Argentina)<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/EFQ_Bs0f2jg?si=LNG0X1b-4zkAhWRB" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Melalui Players' Voice Panel (PVP), FIFA menggelar pertemuan untuk membahas pemberantasan rasisme.

World

FIFA Players Voice Panel Gelar Pertemuan di Maroko untuk Berantas Rasisme

SKOR.id - PSSI kembali membuat gebrakan dalam bidang manajemen penyelenggaraan pertandingan sepak bola.Bekerja sama dengan FIFA dan AFC, mereka menggelar Garuda Academy Executive Program: Safety, Security &amp; Crowd Management Course.Ini adalah program pelatihan pertama di dunia yang secara khusus dirancang dan dikembangkan oleh FIFA dan AFC untuk federasi sepak bola nasional.&nbsp;Program ini menandai langkah bersejarah dalam penguatan standar keamanan, keselamatan, dan manajemen penyelenggaraan pertandingan sepak bola.Garuda Academy Executive Program juga bakal menjadi model pengembangan kapasitas yang dapat diadaptasi oleh federasi lainnya di kawasan Asia dan dunia.Langkah PSSI ini menjadi kali pertama bagi sebuah federasi sepak bola nasional yang memiliki inisiatif menghadirkan program edukasi terstruktur di bidang Safety, Security, dan Crowd Management.Hal tersebut memang tengah menjadi isu krusial di dunia, terutama dalam penyelenggaraan pertandingan sepak bola.Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen PSSI untuk menyiapkan tenaga profesional berstandar internasional di bidang keamanan dan manajemen pertandingan."Bertemu dengan 50 peserta dan instruktur dari FIFA dalam Program Garuda Academy Safety Security and Crowd Management Course Batch 3 hari ini di Jakarta. Program pendidikan ini adalah program pertama di dunia dengan kurikulum yang dibuat secara khusus oleh FIFA dan AFC untuk Federasi atas inisiasi PSSI," ujar Erick Thohir.<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/erick_fifa_9f9b6e5a72.jpeg" alt="Ketua Umum PSSI Erick Thohir bersama para instruktur dari FIFA untuk Program Garuda Academy Safety Security and Crowd Management Course. (Dok. PSSI)"><figcaption>Ketua Umum PSSI, Erick Thohir (tengah), bersama para instruktur dari FIFA untuk Program Garuda Academy: Safety Security and Crowd Management Course. (Dok. PSSI)</figcaption></figure>“PSSI bertujuan agar kegiatan ini bisa menjadi pembekalan bagi klub, Asprov, Liga, pihak keamanan, dan semua stakeholder sepak bola Indonesia untuk memastikan bahwa sepak bola Indonesia bisa memiliki tenaga profesional dengan standar internasional di bidang Safety, Security, dan Crowd Management,” dia menambahkan.Perwakilan FIFA dan AFC menyambut baik inisiatif PSSI dalam mendorong pengembangan talenta melalui program edukasi yang berkesinambungan sebagai bagian dari transformasi sepak bola Indonesia.Brian Johnson, selaku Head of Safety, Security &amp; Access AFC, memberikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif PSSI dalam menyelenggarakan Garuda Academy Executive Program: Safety, Security &amp; Crowd Management Course di Indonesia.&nbsp;Ia menegaskan bahwa program ini merupakan langkah penting dan dapat menjadi contoh bagi federasi sepak bola lainnya di kawasan Asia.“Garuda Academy Executive Program: Safety, Security &amp; Crowd Management Course merupakan program inisiatif dari PSSI. Tentu saja kami dari FIFA dan AFC turut terlibat dalam pelaksanaan program ini dan saya ingin menegaskan bahwa kegiatan seperti ini belum pernah dilakukan di negara mana pun di kawasan AFC dan dunia. Jadi, ini adalah pertama kalinya diadakan di Indonesia,” ujar Brian Johnson.“Saya ingin mengajak semua peserta untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya untuk belajar, berinteraksi, memahami, dan memperoleh pengetahuan serta pengalaman dari kami berempat yang hadir di sini,” lanjutnya.Garuda Academy Executive Program: Safety, Security &amp; Crowd Management Course diselenggarakan oleh PSSI melalui PT Garuda Sepak Bola Indonesia (GSI) pada 4-9 November 2025 di Hotel Grand Sahid, Jakarta.&nbsp;Program ini juga mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) sebagai bagian dari upaya penguatan sumber daya manusia di bidang keamanan dan manajemen event olahraga nasional.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/EFQ_Bs0f2jg?si=ehqr_D8Y2gf4JCuK" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Gandeng FIFA dan AFC ,PSSI menggelar Garuda Academy Executive Program: Safety, Security & Crowd Management Course.

National

PSSI Jadi Federasi Pertama di Dunia Gelar Pelatihan Manajemen Pertandingan bersama FIFA dan AFC

SKOR.id - FIFA secara resmi menggelar pertemuan perdana Forum Konsultasi Pemain Profesional di Rabat, Maroko, Minggu (9/11/2025), yang juga bertepatan dengan hari final Piala Dunia Wanita U-17 2025.Pertemuan ini dihadiri oleh Presiden FIFA Gianni Infantino, Sekretaris Jenderal FIFA Mattias Grafström, serta perwakilan dari 30 serikat pemain profesional dari berbagai negara.Turut hadir pula anggota Panel Suara Pemain (Players’ Voice Panel), termasuk kapten kehormatan George Weah serta sejumlah legenda dan juara dunia sepak bola pria maupun wanita.Forum ini merupakan kelanjutan dari diskusi konstruktif antara FIFA dan serikat pemain yang sebelumnya digelar di New York, Amerika Serikat, pada Juli lalu dalam konteks Piala Dunia Antarklub FIFA.“FIFA berkomitmen untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kondisi kerja pemain di seluruh dunia dengan langkah-langkah konkret dan bermakna untuk memajukan sepak bola di masa depan,” ujar Presiden FIFA Gianni Infantino, dikutip laman resmi FIFA.“Komitmen ini diwujudkan melalui investasi besar lewat FIFA Fund for Professional Players, serta berbagai mekanisme konsultasi dan kerja sama dengan semua pihak yang benar-benar ingin memajukan sepak bola lewat dialog terbuka dan saling menghormati. Ini adalah gerakan nyata untuk para pemain, dan kami bangga akan hal itu,” tambahnya.Dalam forum tersebut, menghasilkan banyak poin penting yang disepakati.Di antaranya mengenai pembentukan Forum Konsultasi Pemain Profesional yang nantinya menjadi wadah konsultatif antara FIFA dan serikat pemain, dengan tujuan memperjuangkan kepentingan kolektif para pemain profesional di seluruh dunia.Kemudian terkait kesejahteraan pemain. Di mana FIFA dan serikat pemain menyepakati beberapa prinsip penting terkait jadwal dan kondisi kerja pemain.Mulai dari minimal 72 jam istirahat antarpertandingan, libur minimal 21 hari di antara dua musim kompetisi, satu hari istirahat per minggu, hingga pertimbangan khusus terhadap perjalanan jarak jauh lintas benua dan kondisi iklim ekstrem.Prinsip-prinsip ini akan dibahas lebih lanjut dengan pemangku kepentingan lain, khususnya terkait kalender pertandingan internasional.Mendirikan dan Mengelola Dana Khusus Pemain&nbsp;Bukan hanya itu, FIFA juga akan mendirikan dan mengelola dana khusus senilai USD20 juta untuk periode 2026–2029, bertujuan membantu pemain yang tidak menerima gaji karena klub mereka mengalami kesulitan finansial.Aturan teknis dan mekanisme pencairan akan ditentukan kemudian melalui konsultasi dengan serikat pemain.FIFA pun akan memasukkan perwakilan serikat pemain ke dalam beberapa komite resmi, agar suara pemain terdengar dalam proses konsultatif di tingkat tertinggi.FIFA akan membentuk mekanisme pendanaan khusus untuk membantu serikat pemain di berbagai negara, dengan syarat tata kelola yang baik.Dukungan ini akan difokuskan pada pelatihan dan edukasi bagi pemain muda dan profesional, pengembangan sepak bola wanita, serta penguatan kelembagaan serikat pemain nasional.Selain itu, FIFA dan serikat pemain akan membentuk kelompok kerja hukum untuk membahas berbagai isu seperti regulasi FIFA terkait status dan transfer pemain, mekanisme penyelesaian sengketa nasional, hingga standar minimum kontrak pemain profesional.Pertemuan lanjutan antara FIFA dan perwakilan serikat pemain dijadwalkan akan terus berlangsung dalam beberapa bulan mendatang guna memperkuat hasil forum pertama ini.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/JwvEIEmxEbw?si=aNZg7Xv9jU_uCxqi" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

FIFA juga mengumumkan akan mendirikan dan mengelola dana khusus senilai USD20 juta untuk pemain profesional.

FIFA Bentuk Forum Konsultasi Pemain Profesional, Ini Poin Penting yang Disepakati

SKOR.id - Komite Disiplin (Komdis) FIFA memastikan memberikan sanksi untuk dua pemain Timnas Indonesia, Thom Haye dan Shayne Pattynama. Itu diumumkan melalui situs resmi FIFA berdasarkan keputusan yang dirilis pada 5 November 2025.Dalam amar putusannya, Thom Haye dan Shayne Pattynama dinilai melakukan pelanggaran disiplin dalam hal perilaku tidak sportif terhadap ofisial pertandingan. Mereka melanggar Pasal 14, Ayat 14.1.j.Pelanggaran itu mereka lakukan saat Timnas Indonesia menghadapi Irak pada Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, 11 Oktober 2025.Akibatnya, baik Thom Haye maupun Shayne Pattynama dihukum larangan bermain dalam empat pertandingan bersama Timnas Indonesia. Plus denda masing-masing CHF5 ribu (sekitar Rp103 juta).Selain itu, PSSI juga tidak lepas dari hukuman Komdis FIFA. PSSI disanksi denda sebesar CHF50 ribu (sekitar Rp1.036.857.000,-). Itu lantaran PSSI dinilai melanggar Pasal 17, ayat 17.2.b terkait ketertiban dan keamanan dalam pertandingan, pelemparan benda ke lapangan.Seperti diketahui, dalam laga tersebut Timnas Indonesia kalah dengan skor 0-1 dari Irak. Kekalahan tersebut memupus harapan skuad Garuda untuk lolos ke Piala Dunia 2026.Itu setelah pada laga sebelumnya mereka juga kalah dari Arab Saudi dengan skor 2-3. Arab Saudi yang menjadi pemuncak Grup B lolos ke Piala Dunia 2026, sementara Irak yang menjadi runner-up harus menjalani lagi babak play-off melawan runner-up Grup A, yaitu Uni Emirat Arab.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/JwvEIEmxEbw?si=ZnBJDVrBySFL5VGV" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Kedua pemain Timnas Indonesia itu disanksi larangan bermain dalam empat pertandingan serta denda.

Timnas Indonesia, timnas U-22, Timnas U-23, timnas U-16, timnas U-19

Timnas Indonesia

FIFA Sanksi Thom Haye dan Shayne Pattynama Larangan Bermain dan Denda

SKOR.id - Upaya Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) mengelak dari sanksi FIFA, terkait pemalsuan dokumen tujuh pemain naturalisasi, gagal.Induk sepak bola dunia tersebut menolak banding yang diajukan oleh FAM, dan tetap akan menjatuhkan sanksi yang sudah mereka tetapkan sebelumnya.Keputusan tersebut diambil setelah Komite Banding FIFA melakukan analisis mendalam serta mengadakan sidang internal.Hasilnya, diumumkan Senin (3/11/2025). Mereka sepakat bahwa apa yang dilakukan FAM terkait proses naturalisasi tujuh pemain Timnas Malaysia telah melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA mengenai pemalsuan data.Adapun para pemain yang dimaksud adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garces, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazábal Iraurgui dan Hector Alejandro Hevel Serrano.Mereka semua tetap akan dihukum tak boleh terlibat aktivitas sepak bola apapun selama 12 bulan ke depan. Selain itu, masing-masing juga diminta membayar denda sebesar 2000 Franc Swiss atau sekitar Rp41,2 juta.Sementara, FAM selaku federasi yang menginisiasi prosesnya, dijatuhi denda lebih besar, yakni 350 ribu Franc Swiss alias Rp7,22 milliar. &nbsp;FAM dan ketujuh pemain langsung diberi tahu oleh FIFA bersamaan dengan diketoknya keputusan ini. Mereka punya 21 hari untuk coba mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DQmOmLwElJ7"></oembed></figure>Tak lama berselang, FAM langsung memberi respons. Mereka mengaku kaget, dan akan segera bersurat kepada FIFA untuk mengetahui alasan di balik keputusan tersebut.FAM akan mempertimbangkan matang-matang sebelum membawa kasus ini lebih jauh ke CAS."Ini adalah pertama kalinya FAM menghadapi situasi seperti ini, dan pengacara serta manajemen kami sangat terkejut dengan keputusan tersebut," tulis Presiden FAM, Datuk Wira Mohd Yusoff Haji Mahadi, via media sosial."Namun, FAM akan terus memperjuangkan hak-hak para pemain dan kepentingan sepak bola Malaysia di tingkat internasional," tambahnya.Bagaimana kelanjutan kasus ini akan diketahui paling lama sebulan ke depan. FAM merasa punya dasar yang kuat untuk banding, kini mereka harus membuktikannya.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/4JMIIx4qDuk?si=mgHgUExw64bhxdk4" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

FIFA menolak banding yang diajukan Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) terhadap kasus pemalsuan dokumen tujuh pemain naturalisasi.

Tolak Banding FAM, FIFA Tetap Jatuhkan Hukuman kepada Federasi dan 7 Pemain Naturalisasi Malaysia

SKOR.id - Gelaran Piala Dunia U-17 FIFA 2025, yang akan berlangsung di Qatar pada 3–27 November, menjadi ajang ideal bagi para talenta muda untuk unjuk kemampuan dan mengambil langkah besar berikutnya dalam karier mereka. Termasuk dari kawasan Asia.Gelombang baru bintang-bintang muda Asia kini bersiap menarik perhatian dunia. Turnamen ini bukan sekadar arena pembuktian bagi generasi pesepak bola masa depan, tetapi juga panggung bagi para pemain muda Asia untuk memperlihatkan potensi luar biasa dan kualitas teknis yang mengesankan.Di seluruh benua, banyak nama muda yang sudah menunjukkan kemampuan teknis, visi permainan, dan karakter kompetitif sejak usia dini. Kini, mereka siap menguji diri di level tertinggi sepak bola usia muda dunia. Beberapa di antaranya bahkan sudah merasakan atmosfer kompetisi profesional bersama klub-klub besar di negara masing-masing — bukti kematangan yang jauh melampaui usia mereka.FIFA pun menyoroti sejumlah nama yang berpotensi menjadi kisah besar berikutnya dari Asia, meneruskan warisan generasi emas yang dulu pernah menginspirasi dunia sepak bola. Salah satunya adalah penyerang Timnas U-17 Indonesia, Fadly Alberto.Performa impresif Fadly Alberto bersama Timnas U-17 Indonesia di Piala Asia U-17 lalu menjadi salah satu penilaian penting bahwa dia akan bersinar di masa depan.“Pemain muda Bhayangkara Presisi FC itu tampil sebagai sosok penting dalam dua kemenangan bersejarah Garuda Muda atas Korea Selatan dan Yaman — hasil yang memastikan langkah Indonesia ke Piala Dunia U-17 2025,” tulis FIFA, dalam situs resmi mereka.“Di bawah arahan pelatih Nova Arianto, Fadly menunjukkan kematangan di luar usianya, memadukan visi tajam, ketenangan di area berbahaya, serta determinasi tanpa kompromi dalam setiap duel.”“Fadly bukan hanya pemain muda dengan potensi besar, tetapi juga simbol generasi baru sepak bola Indonesia — generasi yang berani bermimpi besar dan siap menulis babak baru dalam sejarah sepak bola Tanah Air di panggung dunia,” FIFA menegaskan.Seperti diketahui, Timnas U-17 Indonesia akan memulai perjalanan mereka di Grup H Piala Dunia U-17 2025 pada Selasa (4/11/2025). Pada laga tersebut, mereka akan menghadapi Zambia di Lapangan 7 Aspire Zone, Doha, Qatar, kick-off pukul 22.45 WIB.Selain melawan Zambia, tim Garuda Muda juga akan menghadapi Brasil (7/11/2025) dan Honduras (10/11/2025).<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/4JMIIx4qDuk?si=O2utCh9zkubof4yE" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

FIFA menilai Fadly Alberto menjadi salah satu talenta dari Asia yang bakal bersinar di Piala Dunia U-17 2025.

FIFA Soroti Kualitas Penyerang Timnas U-17 Indonesia Fadly Alberto

SKOR.id - Gelombang tanda tanya besar kembali menghantam Konfederasi Sepak bola Asia (AFC). Babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia yang seharusnya menjadi ajang sportivitas dan integritas, justru diwarnai kontroversi tajam.Federasi-federasi anggota mempertanyakan keputusan AFC yang menunjuk Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah tanpa proses bidding terbuka dan tanpa penjelasan publik.Dari penentuan venue, jadwal, hingga alokasi tiket, semua berlangsung seperti rahasia negara, bukan urusan sepak bola yang menjunjung asas keterbukaan.Media asal Amerika Serikat, The Athletic, pun turun langsung ke lapangan. Melalui jurnalisnya, Jacob Whitehead, mereka mengajukan enam pertanyaan resmi kepada AFC dan FIFA.Namun, tak satu pun pertanyaan dijawab. FIFA memilih diam, AFC pun bungkam. Berikut berbagai pertanyaan yang ditanyakan: Apakah AFC dapat secara terbuka membagikan kriteria dan skor bidding tuan rumah kualifikasi?Lalu Mengapa Arab Saudi dan Qatar diizinkan bermain di kandang sendiri, bukan di venue netral? Dalam kondisi apa keduanya ditetapkan sebagai unggulan teratas? Bagaimana jadwal pertandingan babak keempat ditentukan?Mengapa suporter Uni Emirat Arab mendapat kuota tiket lebih sedikit saat melawan Qatar? Terakhir, apakah AFC bersedia memberikan salinan lengkap peraturan babak keempat kualifikasi?<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/kualifikasi_piala_dunia_2026_zona_asia_2f1f75ce0a.jpg" alt="Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia."><figcaption>Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, saat Timnas Indonesia melaju hingga babak atau putaran keempat. (Grafis: Yusuf/Skor.id)</figcaption></figure>Adapun ini bukan pertama kalinya AFC terseret isu ketertutupan. Dari proses bidding turnamen, keputusan disiplin, hingga distribusi jadwal pertandingan, publik sering kali menganggap disuguhi kebijakan tanpa nalar publik.Dua negara kaya di Timur Tengah dinilai kembali mendapat keistimewaan tanpa penjelasan logis, sehingga muncul kewajaran jika banyak pihak menilai bahwa sepak bola Asia masih berjalan dalam bayang-bayang kekuasaan.Pada babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia tersebut, Timnas Indonesia masuk dalam Grup B dan harus menjalani pertandingan terpusat di Arab Saudi.Garuda menjalani laga pertama dengan bersua Timnas Arab Saudi pada 9 Oktober 2025 (kalah 2-3) dan sudah main lagi pada 12 Oktober 2025 menghadapi Irak (0-1), yang akhirnya harus mengubur mimpi ke Piala Dunia 2026.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/gZGqkfkJAXQ?si=TWDYh-9Y71BeMPV-" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Gelombang tanda tanya besar kembali mengarah kepada AFC terkati pelaksanaan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Media Amerika Tantang AFC Jelaskan Transparansi Tuan Rumah Babak 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026

SKOR.id - Tren lemparan ke dalam jarak jauh (long throw) yang kembali populer di sepak bola modern bisa segera menghadapi pembatasan baru.&nbsp;Menurut laporan The Guardian, Badan pembuat aturan sepak bola dunia, IFAB (International Football Association Board), dikabarkan tengah mempertimbangkan aturan waktu maksimal untuk melakukan lemparan ke dalam demi menjaga tempo permainan.Langkah ini muncul setelah lonjakan taktik lemparan jauh di Premier League musim ini, di mana banyak tim menggunakan momen lemparan ke dalam seperti situasi bola mati — lengkap dengan pemain tinggi di kotak penalti, dan pelatih lemparan khusus di tepi lapangan.Namun, strategi tersebut mulai menimbulkan keluhan. Selain dianggap memperlambat permainan, waktu efektif bola di lapangan (ball-in-play time) juga menurun drastis.Maka itu, muncul wacana pembatasan waktu pemain sebelum melakukan lemparan ke dalam.Aturannya bisa mirip seperti batas delapan detik untuk penjaga gawang memegang bola yang diberlakukan musim ini. Jika seorang pemain melanggar waktu yang ditetapkan, tim lawan bisa diberikan lemparan ke dalam atau bahkan tendangan bebas tidak langsung.Meski belum disahkan, pembahasan ini dilaporkan sudah masuk tahap serius dan bisa diuji coba di beberapa kompetisi tahun depan.Dalam satu dekade terakhir, lemparan jauh sempat menghilang, tapi kini kembali menjadi senjata mematikan bagi tim-tim Premier League seperti Luton Town, Nottingham Forest, dan Brentford. Dengan pemain seperti Ben Tozer atau Mads Bech Sørensen, bola bisa dilempar ke dalam kotak penalti sejauh 30–40 meter — menciptakan situasi berbahaya layaknya sepak pojok.Namun akibatnya, pemain sering butuh waktu lama menyiapkan lemparan: Menyeka bola dengan handuk, mengambil ancang-ancang jauh, hingga menunggu rekan di kotak penalti. Semua itu membuat ritme pertandingan melambat dan waktu efektif permainan berkurang.IFAB menilai pembatasan waktu lemparan ke dalam akan mendorong tempo permainan lebih cepat dan mengurangi time-wasting. Tujuannya sederhana: menjaga intensitas dan meningkatkan nilai hiburan pertandingan.Selain wacana soal lemparan ke dalam, IFAB juga tengah meninjau ulang aturan VAR untuk kartu kuning kedua.&nbsp;Dalam pertemuan baru-baru ini, IFAB sepakat bahwa VAR akan diizinkan untuk melakukan intervensi dalam kasus kartu kuning kedua yang keliru, dengan target agar aturan baru ini sudah bisa diterapkan pada Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko musim panas mendatang.Menurut laporan The Sun, para petinggi sepak bola menyetujui bahwa ofisial VAR harus diberi wewenang untuk campur tangan ketika seorang pemain menerima kartu kuning kedua secara tidak tepat.Usulan resmi untuk mengubah aturan ini akan diajukan pada Rapat Bisnis Tahunan IFAB di Heathrow, Januari mendatang, sebelum disahkan lagi dalam Rapat Umum Tahunan di Cardiff pada Februari. Jika lolos, perubahan ini akan mulai berlaku per 1 Juli 2026.Diketahui bahwa FIFA, yang memiliki empat dari delapan hak suara di dalam IFAB, ingin mempercepat penerapan aturan baru ini agar bisa digunakan sebelum Piala Dunia dimulai pada 11 Juni.Perubahan ini akan menjadi langkah besar dalam evolusi VAR, yang saat ini hanya diizinkan ikut campur untuk insiden penting seperti gol, penalti, dan kartu merah langsung.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/gZGqkfkJAXQ?si=-4kg0pz-ZCzzd1JC" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Taktik lemparan ke dalam jarak jauh kini kembali tren di sepak bola, namun juga memunculkan keluhan.

Latest Articles - FIFA