- Roger Federer berbagi kisahnya semasa sekolah dalam wawancara dengan majalah L’Illustre.
- Roger Federer mengaku bukan termasuk siswa yang suka pergi ke sekolah.
- Bahkan, Roger Federer merasa hanya duduk mendengarkan di kelas itu membosankan.
SKOR.id - Sulit membayangkan Roger Federer lebih dari sekadar pemain tenis yang anggun, yang oleh sejumlah analis tenis dianggap sebagai yang terbaik sepanjang masa.
Pada kenyataannya, Roger Federer, mantan petenis nomor satu dunia itu mengakui semasa mudanya dia tergolong siswa yang biasa-biasa saja di sekolah.
Ketika usianya baru 12 tahun, Roger Federer juga harus memilih di antara menjadi pemain tenis profesional atau pemain sepak bola profesional.
Baca Juga: Roger Federer Ungkap Rencana Setelah Pensiun sebagai Petenis Profesional
Informasi itu diungkapkan petenis 38 tahun itu dalam wawancara dengan majalah mingguan berbahasa Prancis, L'Illustre, yang terbit pada Jumat, 21 Februari 2020.
Wawancara ini sendiri dilakukan sehari setelah laga tenis amal Match for Africa antara Federer dan Rafael Nadal di Cape Town, Afrika Selatan, pada awal Februari.
“Badan saya pegal-pegal. Ditambah lagi kulit saya juga terbakar sinar matahari,” ujar Federer, mengawali wawancara itu.
Lalu meluncurlah kisah soal pengalamannya di sekolah itu dari bibir suami Miroslava ''Mirka'' Vavrinec tersebut.
Pada dasarnya, pengalaman Federer hampir sama dengan yang harus dihadapi oleh setiap anak yang pergi ke sekolah.
Lalu, dengan malu-malu Federer mengakui sekolah itu melelahkan. Bahkan saat duduk di kelas pun dirasanya membosankan.
Baca Juga: David Jacobs, Petenis Meja Disabilitas Indonesia yang Ikut Liga di Spanyol
Meskipun begitu, dia berusaha sangat keras di sekolah dan untungnya para gurunya memiliki inisiatif untuk memberinya semangat.
“Sejujurnya, saya akan sangat senang jika bisa keluar dari kelas untuk pergi bermain tenis. Tetapi saya beruntung selalu memiliki guru yang baik.”
“Menurut saya, saya ini murid yang tergolong rata-rata.”
“Terus terang, kadang saya bosan hanya duduk-duduk mendengarkan di kelas. Jadi guru harus menggunakan tip motivasi terbaiknya untuk membuat saya tetap up to date.”