Skorpedia: Evolusi Sepatu Sepak Bola, dari Boot Pekerja hingga Berteknologi Tinggi

Dini Wulandari

Editor:

  • Sepatu bola telah mengalami evolusi ratusan tahun untuk menjadi instrumen penting penunjang perforna pesepak bola.
  • Sepatu bola ternyata pertama kali ditemukan di lemari King Henry VIII.
  • Di masa depan, sepatu bola diyakini akan menggunakan teknologi sensor dan makin protektif.

SKOR.id - Sepatu sepak bola telah menempuh perjalanan sangat panjang dari hanya boot pekerja hingga menjadi produk berteknologi canggih seperti sekarang ini.

Ditunjang teknologi, sains, dan seni, sepatu sepak bola saat ini adalah instrumen penting yang membuat pesepak bola mampu memaksimalkan kemampuannya.

Desainnya tidak lagi hanya sekadar melindungi pemain dari cedera melainkan juga mampu mengoptimalkan permainan sang pemain.

Sepatu sepak bola zaman ini begitu ringan sehingga memungkinan pemain menendang dengan sisi kaki dan mengangkat bola dengan jari kaki.

Untuk bisa menjadi seperti sekarang ini butuh proses ratusan tahun sejak sepak bola dikenal pertama kali pada abad ke-19.

Tidak banyak yang tahu bahwa sepatu bola pertama ternyata dibuat 500 tahun lalu dan digunakan oleh seorang raja Inggris, Henry VIII.

Sepatu itu merupakan pesanan khusus yang dikerjakan Cornelius Johnson, perajin sepatu lokal pada tahun 1525 dengan biaya 4 shilling atau sekitar 100 poundsterling saat ini.

Penampakan sepatu ini digambarkan sama sekali tidak mirip dengan sepatu sepak bola yang sekarang. Tingginya melebihi mata kaki, berbahan kulit keras, dan sangat berat.

Literatur tentang sepatu sepak bola tersebut juga tidak banyak, tapi dipercaya permainan sepak bola kala itu memiliki sedikit aturan dan banyak pelanggaran.



Sejarah sepatu sepak bola yang dapat dilacak sendiri berasal dari tahun 1800-an, saat sepak bola mulai populer di tanah Inggris.

Sejak saat itu, sepatu bola telah mengalami perubahan dramatis untuk memenuhi tuntutan yang terus meningkat dari olahraga paling populer di dunia ini.

Peningkatan kenyamanan, ketahanan, cengkeraman, dan bahkan pengikatan tali dan penggunaan teknologi, adalah bukti evolusi sepatu sepak bola.

Sepatu sepak bola saat ini memungkinkan para pemain bergerak lebih bebas, mudah mencetak gol, dan menghibur penonton daripada sebelumnya.

Era 1800-an

Tiga ratus tahun setelah penemuan sepatu bola King Henry VIII, sepak bola kian berkembang di Inggris meski masih tetap sebagai hobi, sebuah permainan tidak terstruktur dan informal.

Kebanyakan tim-tim yang ada merupakan perwakilan pabrik dan desa lokal di negara industri yang sedang berkembang.

Sepatu yang digunakan pun tidak khusus, hanya sepatu boot kerja yang keras, bertali panjang, dengan ujung baja yang diklaim sebagai sepatu sepak bola pertama.

Sepatu itu juga punya lempengan logam atau paku payung yang dipalu di bawahnya untuk meningkatkan cengkeraman ke tanah dan stabilitas.

Aturan yang dibuat oleh Asosiasi Sepak Bola pada tahun 1863 mengatakan sedikit tentang sepatu itu.

Hanya tertulis pelarangan penggunaan paku yang menonjol, pelat besi, atau "gutta percha" (plastik yang terbuat dari resin pohon) yang menjorok keluar sol atau sisi sepatu bot.

Akhirnya, undang-undang sepak bola menghapuskan sepatu boot model itu dan menggantinya dengan sepatu-sandal, yang disebut "soccus". Dan untuk pertama kalinya para pemain sebuah tim mengenakan sepatu yang seragam.

Aturan ini memperbolehkan penggunaan baja bulat atau "cleat" untuk pengganti paku payung sebagai pull.

Sepatu bot ini memiliki berat sekitar 500 gr dan dua kali lebih berat saat kondisi basah, dan memiliki enam pull di solnya. Dari sinilah evolusi sepatu bola dimulai.

1900 hingga 1940

Gaya sepatu bola relatif konstan sepanjang tahun 1900-an hingga akhir perang dunia kedua. Memasuki paruh pertama abad ke-20, mulai bermunculan produsen pembuat sepak sepak bola.

Di antara nama-nama besar tersebut adalah Gola (1905), Valsport (1920) dan Hummel dari Denmark (1923).

Perubahan mendasar baru terjadi saat Dasler bersaudara, Adolf dan Rudolf membentuk Gebruder Dassler Schuhfabrik (Pabrik Sepatu Dassler Brothers) di Herzogenaurach pada 1924.

Mereka mulai memproduksi sepatu bola pada tahun 1925 yang memiliki 6 atau 7 pull yang dapat diubah sesuai dengan kondisi cuaca saat bermain.

1940 hingga 1960

Setelah perang dua kedua berakhir, gaya sepatu bola bergeser secara signifikan karena perjalanan udara menjadi lebih murah dan lebih banyak laga internasional dimainkan.

Sepatu sepak bola pun menjadi lebih ringan dan lebih fleksibel dikenakan. Model sepatu ini makin populer saat dikenakan para pemain Amerika Selatan.

Keterampilan mereka dalam mengolah bola dan kemampuan teknis semakin terlihat saat mengenakan sepatu model ini sehingga membuat kagum banyak orang yang menyaksikannya.

Produksi sepatu bola pun bergeser untuk membuat sepatu bola yang lebih ringan dengan fokus pada menendang dan mengontrol bola daripada hanya memproduksi sepatu pelindung.

Pada 1948, akibat perbedaan prinsip Dassler bersaaudara pecah kongsi. Adolf membentuk perusahaan Adidas, sementara Rudolf mendirikan Puma pada 1948.

Di tahun pendiriannya, Puma meluncurkan sepatu sepak bola perdananya dengan nama Puma Atom. Jenis ini memperkenalkan pull dengan sekrup untuk pertama kalinya.

Puma terus mengembangkan penemuannya tersebut hingga akhirnya digunakan sekrup dari plastik atau karet. Teknologi ini juga rupanya diklaim Adidas yang merasa sebagai penemu pertama.

Namun, bentuk sepatu bola pada saat itu masih melebihi pergelangan kaki, tetapi sudah memakai campuran bahan sintetis dan kulit, menghasilkan dan bahkan sepatu yang lebih ringan untuk para pemain pada masa itu.

1960-an

Perkembangan teknologi tahun 1960-an membawa perubahan penting dalam desain sepatu bola yang tidak lagi menutupi pergelangan kaki.

Perubahan ini memungkinkan pemain untuk bergerak lebih cepat seperti diperlihatkan Pele saat mengenakan Puma di final Piala Dunia 1962.

Namun, Adidas dengan cepat muncul sebagai pemimpin pasar, posisi yang diklaimnya hingga saat ini. Di final Piala Dunia 1966, secara mengejutkan 75 persen pemain mengenakan sepatu bola Adidas.

Tahun 1960-an juga melihat beberapa pembuat sepatu sepak bola bergabung ke pasar dengan merek dan gaya mereka sendiri termasuk Mitre (1960), Joma (1965) dan Asics (1964).

1970-an

Era ini dimulai dengan final Piala Dunia 1970 yang ikonik di mana tim Brasil yang dikomandoi Pele mengangkat trofi bergengsi tersebut dengan mengenakan Puma King.

Dekade itu juga menjadi awal dikenalnya sponsorship sepatu sepak bola. Para pemain dibayar untuk memakai hanya satu merek.

Dari segi desain dan gaya, kemajuan teknologi menghasilkan sepatu bola yang lebih ringan, dan berbagai warna, termasuk untuk pertama kalinya, sepatu bola serba putih.

Pada 1979, Adidas memproduksi sepatu bola terlaris di dunia, Copa Mundial. Model ini dibuat dari kulit kanguru dan desain untuk meningkatkan kecepatan dan fleksibilitas.

Meskipun Adidas tetap dominan, beberapa pembuat sepatu sepak bola lainnya ikut meramaikan pasar seperti produsen dari Italia, Diadora (1977).

1980-an

Perkembangan terbesar belakangan ini dalam hal desain dan teknologi sepatu bola dikembangkan pada 1980-an oleh mantan pemain, Craig Johnston.

Pria asal Australia yang sempat memperkuat Liverpool dan Middlesbrough itu yang menciptakan sepatu bola Predator, yang akhirnya dirilis oleh Adidas pada 1990-an.

Johnston merancang Predator untuk mengoptimalkan kontrol pemain terhadap bola ketika menggiring dan menembak.

Terbuat dari kulit, sisi atas sepatu juga menampilkan tonjolan-tonjolan karet yang membantu meningkatkan gesekan ketika menendang bola.

Hal ini memungkinkan pemain untuk menerapkan lebih banyak putaran

Pada 1980-an, untuk pertama kalinya Inggris memiliki produsen sepatu bola, Umbro (1985), lalu ada Lotto dari Italia dan Kelme dari Spanyol (1982).

1990-an

Pada 1994, Adidas resmi merilis Predator yang dirancang Craig Johnston. Berkas desain, gaya, dan teknologinya yang revolusioner, produk ini langsung sukses dan langgeng.

Predator sekarang menampilkan teknologi dan bahan ekstrusi polimer yang memungkinkan sol yang lebih fleksibel.

Pull konvensional digantikan oleh desain bilah yang menutupi sol, memberikan dasar yang lebih stabil bagi pemain.

Pada 1995, Adidas merilis teknologi traksi outsole berbilah mereka yang berbentuk bilah meruncing.

Puma memukul balik pada tahun 1996 dengan membuang lapisan busa, sehingga sepatu menjadi lebih ringan.

Tahun sembilan puluhan produsen sepatu sepak bola baru Mizuno merilis Mizuno Wave pada tahun 1997. Sepatu bola baru lainnya datang dari Reebok (1992) dan Uhlsport (1993).

Paling signifikan pada tahun itu, Nike, produsen olahraga asal Amerika Serikat mulai memproduksi sepatu bola. Mereka meluncurkan Nike Mercurial (1998), yang beratnya hanya 200g.

2000-an

Karena teknologi semakin maju, penerapan penelitian dan pengembangan baru terlihat di tahun-tahun memasuki milenium baru hingga saat ini.

Situasi ini telah menyebabkan penguatan posisi pasar dari tiga produsen besar pembuat dan penjual sepatu bola, Puma, Nike, dan Adidas (bergabung dengan Reebok sejak 2006).

Untungnya, masih ada ruang di pasar bagi produsen kecil yang tidak memiliki kontrak dukungan uang besar, seperti Mizuno, Diadora, Lotto, Hummel, dan Nomis.

Perkembangan terbaru sejak tahun 2000 telah melihat teknologi kontrol Nomis Wet menghasilkan sticky boot (2002), the Craig Johnston Pig Boot (2003), teknologi hiu oleh Kelme (2006) dan desain luar biasa dari Lotto Zhero Gravity (2006).

Dengan memproduksi sepatu khusus berteknologi maju yang memberikan perbedaan dari sepatu bola produksi massal dari 3 raksasa, para produsen kecil ini bisa tetap eksis.

Teknologi laser juga membantu menghasilkan sepak bola pertama yang disesuaikan sepenuhnya oleh Prior 2 Lever, yang mungkin merupakan perkembangan paling menarik dan inovatif terkini.

Sepatu sepak bola favorit saat ini termasuk Adidas F50, Tunit dan Predator, Nike Mercurial Vapor III, Air Zoom Total 90s dan Tiempo Ronaldinho, Reebok Pro Rage dan Umbro X Boots.

Sepatu Bola Masa Depan

Sekarang ini, perdebatan terkait kurangnya perlindungan yang diberikan sepatu sepak bola modern sehingga para pemain masih rentan cedera, terus berlangsung.

Namun, penelitian untuk menemukan sepatu bola paling ringan dan lebih protektif diyakini akan terus berlanjut.

Banyak kalangan memprediksi sepatu bola depan nantinya adalah integrasi dengan teknologi sensor, makin ringan dan lebih kuat, serta desain dan gaya yang lebih nyeleneh.

Ikuti juga InstagramFacebookYouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Skorpedia Lainnya:

Skorpedia: Istilah-istilah dalam Among Us yang Wajib Dipahami

Skorpedia: Panahan, Cabor Pertama yang Sumbang Medali dalam Olimpiade

Source: Wikipediafootballhistoryfooty-boots

RELATED STORIES

Skorpedia: Istilah Jet Ski Sebenarnya Muncul dari Pabrikan Kawasaki

Skorpedia: Istilah Jet Ski Sebenarnya Muncul dari Pabrikan Kawasaki

Jetski merupakan olahraga yang sangat populer di dunia. Meskipun tak berasal dari Jepang, istilah jetski populer karena pabrikan Kawasaki

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Profil tim Albania di Grup B Euro 2024 (Piala Eropa 2024). (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id).

World

Profil Tim Grup B Euro 2024: Albania

Berikut ini profi Albania, yang menghuni Grup B Euro 2024 (Piala Eropa 2024).

Pradipta Indra Kumara | 16 May, 11:12

Jakarta Marketing Week 2024

Other Sports

Vidio dan Box2Box Ajak Fans Diskusi soal Liga Inggris di Jakarta Marketing Week 2024

Final Premier League Live Podcast bersama Vidio.com, Box2Box dan komunitas suporter akan berlangsung di Grand Atrium Kota Kasablanka Mall, Jumat (17/5/2024).

I Gede Ardy Estrada | 16 May, 10:40

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)

Timnas Indonesia

Tiket Timnas Indonesia Tetap Laris meski Harganya Melambung, Sekjen PSSI Apresiasi Suporter

Sekjen PSSI, Yunus Nusi juga menjelaskan hasil penjualan tiket Timnas Indonesia akan digunakan untuk lima kelompok tim.

Nizar Galang | 16 May, 10:13

Pameran DXI 2024

Other Sports

Pameran DXI 2024 Siap Sapa Pencinta Olahraga Ekstrem di Jakarta Akhir Mei

Pameran Deep and Extreme Indonesia (DXI) tahun ini akan diselenggarakan di Hall A - B JCC, GBK Senayan, pada 30 Mei hingga 2 Juni 2024.

Arin Nabila | 16 May, 10:07

Liga TopSkor

Garnier Men Liga TopSkor U-17:BJSS Tak Gentar Hadapi Asiana

BJSS akan menghadapi Asiana pada pekan ke-12 Garnier Men Liga TopSkor U-17 2024, Minggu (19/5/2024).

Sumargo Pangestu | 16 May, 09:38

Piala Dunia Futsal Wanita 2025 di Filipina.

National

Bukan Indonesia, FIFA Pastikan Piala Dunia Futsal Wanita Edisi Pertama Digelar di Filipina

Sebelumnya sempat menyeruak kabar Indonesia ditawari FIFA menjadi negara penyelenggara Piala Dunia Futsal Wanita 2025.

Taufani Rahmanda | 16 May, 09:24

Kompetisi voli Proliga 2024

Other Sports

Update Proliga 2024 Sektor Putri: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Jadwal, hasil, dan klasemen Proliga 2024 untuk sektor putri dalam artikel ini akan terus diperbarui secara berkala.

Doddy Wiratama | 16 May, 09:15

Boston Celtics

Basketball

Boston Celtics Jadi Tim Pertama yang Melangkah ke Final Wilayah NBA 2024

Jayson Tatum dan kawan-kawan lolos ke final Wilayah Timur untuk tiga musim beruntun usai kalahkan Cleveland Cavaliers pada Game 5.

I Gede Ardy Estrada | 16 May, 08:28

Komite Lisensi Klub PSSI atau PSSI Club Licensing Committee.

National

Hasil Lisensi Klub Indonesia Musim 2023-2024, Hanya Tiga Tim yang Penuhi Kriteria Asia

Komite Lisensi Klub PSSI mempersilahkan klub untuk mengajukan banding sampai 23 Mei 2024.

Taufani Rahmanda | 16 May, 07:59

Liga 1 2023-2024. (M. Yusuf/Skor.id)

Liga 1

Liga 1 2023-2024: Jadwal, Hasil, Klasemen, dan Profil Klub Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Liga 1 2023-2024 yang terus diperbarui seiring berjalannya kompetisi, plus profil tim peserta.

Taufani Rahmanda | 16 May, 07:03

Load More Articles