SKOR.id - Dunia perwasitan di Indonesia selalu menjadi sorotan di kompetisi dalam negeri. Meski jumlah wasit sudah ditambah pada musim lalu, dengan adanya 2 hakim gawang, sehingga ada 5 wasit yang bertugas di lapangan, tetap saja masih banyak keputusan kontroversial yang terjadi di pertandingan Liga 1 2022-2023.
Sehingga, itu menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi PSSI untuk dibenahi. Maka itu, PSSI telah bekerja sama dengan Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) untuk ikut dalam pengembangan wasit di Indonesia.
Turunan dari kerja sama itu, beberapa waktu lalu JFA pun sudah mengirimkan Yoshimi Ogawa (Anggota Komite Wasit JFA) dan Toshiyuki Nagi (Instruktur Wasit JFA) dalam menyeleksi wasit yang dipersiapkan untuk Liga 1 dan Liga 2 2023-2024.
Dari hasil itu, terlihat ada data wasit-wasit yang jumlah memimpin pertandingannya banyak pada musim lalu, ternyata banyak yang tidak lolos. Hal itu pun coba ditelusuri lebih dalam oleh Football Institute melalui riset yang mereka lakukan dengan melihat data dari musim 2020 hingga 2022-2023.
Dari data yang mereka dapatkan, banyak wasit yang tidak layak memimpin di kompetisi Liga 1 dan Liga 2, serta 58% wasit dengan penugasan tertinggi di kompetisi Liga 1 tahun 2022 tidak lolos dalam seleksi wasit 2023. Di mana 49% wasit tidak lolos seleksi wasit Liga 1, hingga 18% wasit Liga 1 terdegradasi ke Liga 2 menjadi salah satu kesimpulan Football Institute saat merilis hasil riset data dan tren penugasan wasit Liga 1 & 2 musim kompetisi 2020 hingga 2022-2023 serta kaitannya dengan hasil seleksi wasit 2023.
"Artinya musim kompetisi 2022 dipimpin oleh wasit yang tidak kompeten dengan fakta angka-angka di atas. Hanya 13% wasit lolos seleksi Liga 2, 37% degradasi ke Liga 3 dan 50% tidak lolos. Kemudian Liga 2 selama ini dipimpin oleh wasit yang tidak memenuhi kualifikasi sesuai angka-angka di atas," kata Budi Setiawan, founder dari Football Institute saat menggelar jumpa pers di Jakarta, Minggu (25/6/2023).
Perihal wasit dalam memimpin pertandingan menjadi isu yang tak pernah tuntas, selalu berkembang dalam persepakbolaan Indonesia. Sehingga masalah wasit ini tidak bisa dianggap sepele, karena kualitas pertandingan sepak bola tidak hanya ditentukan oleh dua tim yang bertanding, namun juga sang pengadil lapangan hijau yang menjadi indikator kesuksesan kualitas sepak bola Indonesia.
Budi mengatakan bahwa, tujuan hasil riset ini dirilis karena ingin melihat dalam tiga musim terakhir kompetisi, kualitas kepemimpinan wasit seperti apa melalui metodologi riset dengan samplingyang betul-betul akurat dari total 719 pertandingan Liga 1, mulai dari kompetisi musim 2020 hingga 2022-2023, serta pelaksanaan turnamen Piala Menpora hingga Piala Presiden.
"Sehingga salah satunya data ini menyajikan siapa yang paling sering bertugas dan siapa yang jarang bertugas," ucap Budi.
Terjadi Kejomplangan
Dalam data tersebut, tercatat 14 wasit yang dalam tiga tahun terakhir memiliki pertandingan secara dominan. Tiga wasit teratas antara lain seperti Thoriq M. Alkatiri dengan 34 kali memimpin pertandingan, yakni 19 kali di Liga 1 musim 2020 hingga 2021-2022 dan 15 kali di musim 2022-2023.
Kemudian Agus Fauzan Arifin dengan 32 kali memimpin pertandingan, melalui 20 kali di Liga 1 musim 2020 hingga 2021-2022 dan 12 kali di musim 2022-2023. Serta Steven Yubel Poli dengan 31 kali memimpin pertandingan, melalui 16 kali di Liga 1 musim 2020 hingga 2021-2022 dan 15 kali di musim 2022-2023.
Dari data itu, Budi menilai terjadi kejomplangan dari total 52 wasit yang memimpin pertandingan. Di mana ada satu wasit yang bertugas sebanyak 34 kali dan ada tiga wasit yang bertugas hanya sekali, seperti Agus Walyono, Ikhsan Prasetya Jati dan Zetman Pangaribuan dalam tiga musim terakhir.
"Data ini menunjukkan distribusi pertandingan yang tidak merata terhadap wasit Liga 1, di samping adanya wasit-wasit yang promosi di tengah jalan pada musim 2020 hingga 2021-2022, di mana mereka pada satu musim memimpin pertandingan hanya satu hingga tiga kali, sehingga menurut kami ini tidak lazim," ujar Budi Setiawan.

Data itu pun menyingkap ada beberapa klub yang dipimpin oleh wasit yang sama, seperti laga Arema FC yang dipimpin oleh wasit Ginanjar Rahman Latief sebanyak delapan kali, Agus Fauzan Arifin enam kali dalam pertandingan Liga 1 dan Piala Menpora musim kompetisi 2020, 2021-2022, sampai dengan 2022-2023.
"Dari data ini terlihat ada wasit yang kerap memimpin laga tim tertentu, seperti Thoriq M. Alkatiri. Dalam tiga tahun terakhir menjadi wasit tengah sebanyak 34 kali, Thoriq dominan memimpin di lima klub. Angka statistiknya, 60% selama tiga tahun menjadi wasit dalam laga lima tim tersebut, seperti Borneo FC Samarinda (11 kali), Persebaya Surabaya (9 kali), Bali United FC dan PSM Makassar (7 kali), serta Persija Jakarta (6 kali)," Budi memaparkan.
"Kemudian ada Agus Fauzan Arifin. Dari 32 laga yang dipimpinnya, sebanyak 50% pertandingan melibatkan 5 tim yaitu Borneo FC dan Madura United (8 kali), Arema FC (6 kali), serta Persebaya dan Persib Bandung (5 kali)," dia menambahkan.
Menariknya, terdapat tiga wasit yang terhukum pada musim 2022-2023 namun masih memiliki jam terbang tinggi dalam memimpin pertandingan. Seperti Faulur Rosy di-skors 10 pekan, Fariq Hitaba dan Yudi Nurcahya yang di-skors delapan pekan. Namun secara caps mereka masih paling tinggi, yakni dengan total penugasan 30 laga (Faulur Rosy) serta 27 laga untuk Fariq Hitaba dan Yudi Nurcahya.
Melalui data ini juga bisa melihat ada 12 wasit dengan penugasan tertinggi untuk memimpin klub yang itu-itu saja. Budi pun meminta kepada Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dan Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang pernah melakukan konferensi pers untuk membentuk task force pengawasan pengaturan skor.
"Jalan pertandingannya bagaimana, siapa yang memimpin pertandingan, sehingga ini menjadi data awal indikasi bisa jadi wasit-wasit yang bertugas memimpin tim-tim itu saja memang ada juragannya yang meminta untuk mereka mimpin,” ucapnya.
“Apakah wasit ini yang meminta, atau ada figur lain yang meminta, atau Komite Wasit yang minta hingga mungkin ada order klub tertentu kepada PSSI? Coba Pak Erick dan Pak Sigit, tengok data-data yang kami punya menjadi pertimbangan, jangan sampai satgas yang sudah dibentuk itu tidak ada tindak lanjutnya," tuturnya.
Budi pun mempertanyakan apakah tidak ada wasit lain yang menggantikan peran mereka, meski sudah dihukum oleh PSSI namun masih bisa mendapatkan jumlah penugasan yang tinggi.
"Hal ini menjadi tanya tanya besar sekaligus catatan dari Football Institute," katanya.
Selain itu, sebelumnya PSSI yang dibantu Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) menggelar seleksi terhadap wasit-wasit yang akan bertugas di Liga 1 2023/2024. Terdapat tiga tes yang dilalui, yaitu fitness test FIFA Kategori 2, tes video test dan tes Laws of The Game (LOTG).
Seleksi awal diikuti 161 wasit, dua asisten wasit FIFA, dan satu wasit AFC Elite Referee. Dari 55 wasit Liga 1 yang ikut serta, hanya 27 yang lolos, ditambah satu wasit AFC Elite Referee. Wasit dengan peringkat 18 teratas akan memimpin Liga 1 2023-2024. Sementara sisanya bakal mengisi kuota wasit di Liga 2 musim depan.
Menariknya, lima wasit top di Indonesia tidak lolos seleksi, seperti Iwan Sukoco, Oki Dwi Putra, Faulur Rosy, Nusur Fadilah dan Fariq Hitaba. Terkait hal tersebut, Budi Setiawan mengaku miris melihat kondisi itu.
"Ini menjadi pertanyaan kita juga, kok wasit dengan jumlah penugasan tertinggi ini bisa tidak lolos seleksi. Ada 49% wasit yang tidak lolos di Liga 1 yang banyak sekali memimpin pertandingan pada musim lalu. Artinya, kompetisi kita pada musim lalu dipimpin oleh wasit yang tidak cakap, tidak layak," Budi Setiawan menegaskan.
Oleh karena itu, Budi menegaskan PSSI harus memberikan pembinaan, penegasan kepada para wasit yang tidak lolos seleksi untuk tidak lagi main-main dalam memimpin pertandingan.
"Kalau mereka sadar menjadikan wasit sebagai profesi utamanya, mereka harus menjaga kualitasnya sebagai wasit, jaga kebugaran fisiknya, mendevelop dirinya terhadap Laws of The Game terbaru, introspeksi, bukan membiarkan," ucapnya.
Ke depannya, Budi berharap dengan adanya keterlibatan tim wasit Jepang, seperti Yoshimi Ogawa (Anggota Komite Wasit JFA) dan Toshiyuki Nagi (Instruktur Wasit JFA), bukan hanya membantu Indonesia menciptakan kualitas wasit yang bagus secara penugasan, namun memberikan pendidikan kepada para wasit Indonesia, apa-apa saja yang dibutuhkan oleh wasit profesional untuk memimpin Liga Indonesia.
"Tidak hanya memimpin Liga Indonesia, kita juga ingin wasit-wasit kita memimpin laga internasional, baik itu di AFC ataupun FIFA. Itu menjadi mimpi kita juga ada wasit asal Indonesia yang memimpin pertandingan Piala Dunia," katanya.
"PSSI bisa aware terhadap data yang Football Institute sajikan. Jangan hanya sisi komersialnya saja yang diperhatikan, namun masalah wasit ini menjadi isu yang selalu muncul dalam setiap musim kompetisi. Selalu saja ada insiden wasit melakukan kesalahan dan kejanggalan, meski dihukum oleh PSSI, tapi tetap mendapatkan caps yang tinggi," tambahnya.
Football Institute pun menilai Ini menjadi anomali, sedangkan wasit yang tidak melakukan kesalahan apa-apa mendapat caps yang lebih sedikit dari yang dihukum. Sehingga timbul pertanyaan ada faktor apa dalam melakukan penugasan terhadap wasit.
"Kita publik tidak pernah melihat KPI tersendiri dari PSSI dalam menugaskan wasit-wasit tersebut. tentunya di era keterbukaan sekarang ini, kita meminta kepada Pak Erick Thohir untuk tegas, karena wasit ini menjadi isu sentral, sementara ini komite-komite di PSSI belum ditentukan,” ujar Budi.
“Untuk itu, saya pun meminta Pak Erick untuk sekaligus menjadi Ketua Komite Wasit, jangan lagi anggota Exco yang lain, karena menurut saya kasus wasit ini extraordinary. Karena melalui hasil seleksi wasit kemarin menjadi early warning system," pungkas Budi Setiawan.