Anomali, Penalti Liga Italia Meningkat Drastis karena Handball

Xaveria Yunita

Editor:

  • Jumlah penalti di Liga Italia musim ini meningkat pesat menjadi 170 dalam 35 pekan.
  • Ini merupakan rekor baru dalam gelaran kompetisi elite Italia tersebut.
  • Penyebabnya adalah penerapan VAR dan intepretasi berbeda terkait handball.

SKOR.id - Anomali diperlihatkan kompetisi kasta teratas Liga Italia musim ini. Wasit sangat rajin memberikan penalti sehingga jumlahnya melonjak dibandingkan tahun lalu.

Fenomena ini bertolak belakang dibandingkan dengan tiga turnamen top di Eropa, seperti Liga Jerman, Liga Inggris dan Liga Prancis. Di Liga Spanyol juga terlihat grafik penalti menuju atas hanya saja tidak sedrastis di Italia.

Penerapan Video Assistance Referee (VAR) ditambah dengan biasnya aturan handball dituding sebagai penyebab kenaikan penalti di Liga Italia menjadi 170 dari 35 pekan musim 2019-2020. Ini artinya setiap pekan rata-rata penalti yang dihadiahkan wasit 4,8.

Rekor sepanjang gelaran Liga Italia itu kemungkinan besar akan makin tajam karena Liga Italia menyisakan tiga pekan lagi.

Selama empat musim sebelumnya, terjadi fluktuasi hanya saja ada di kisaran 120-140. Pada musim 2015-2016, penalti yang diberikan wasit mencapai 121, setahun berikutnya terjadi kenaikan ke posisi 137.

Jumlah tersebut mengalami penurunan selama dua musim, yakni 126 (2017-2018) dan 122 (2018-2019).

Sementara itu, dalam dua musim terakhir, pelanggaran yang berbuah penalti di Liga Jerman, Liga Prancis dan Liga Inggris berangsur berkurang.

Menurut Transfermarkt, penalti di Liga Inggris musim ini sebanyak 87. Musim lalu, angkanya menyentuh 99. Di Liga Jerman yang sudah rampung lebih dulu, tercatat ada 68 penalti, lebih sedikit 23 dibanding periode sebelumnya.

Liga Prancis yang disetop mendadak akibat pandemi Covid-19, membukukan 87 penalti atau surut 45 persen daripada musim 2018-2019. Sebaliknya, Liga Spanyol memperlihatkan kenaikan dari 121 ke 148 musim ini.

Tak konsistennya wasit dalam menilai setiap pelanggaran, terutama dalam kasus handball, memantik polemik. Hampir 40 persen dari total penalti dari kasus sentuhan tangan, sebelum diterapkan VAR rasionya hanya 18 persen.

Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, dan juru taktik Napoli, Gennaro Gattuso, melontarkan protes keras akibat penalti akibat handball.

Gasperini mempermasalahkan dua gol Juventus yang berasal dari hukuman untuk sentuhan tangan Martin De Roon dan Luis Muriel. Skor 2-2 dari laga itu, membuat Atalanta makin jauh dari podium juara Liga Italia.

“Hanya di Italia, jika bola mengenai tangan secara tidak sengaja maka lawan diberi penalti. Aturan sama untuk semuanya, tapi intepretasinya jelas berbeda,” kata juru taktik bertangan dingin tersebut.

Gattuso mengeluhkan regulasi pelanggaran dengan tangan yang tidak jelas. Tak mungkin pesepak bola bergerak dengan tangan ‘dibelenggu’ di punggung.

“Ketika main sepak bola, tangan sangat penting. Saya tidak bisa memikirkan seorang pesepak bola harus bermain dengan tangan di punggung, itu sebuah hambatan. Musim ini, penyebab terbesar penalti adalah handball, aturan ini harus ditinjau ulang,” ujarnya.

“Siapa pun yang pernah bermain sepak bola tahu tidak bisa meletakkan tangan di sana. Hal ini dibahas 2-3 kali setahun dan terjadi selama dua tahun terakhir, tapi tak ada perubahan.”

Ketika bola mengenai bahu, wasit tidak akan mengintervensi. Beda cerita kalau bola menyentuh siku ke bawah.

Seandainya penyerang tak sengaja menyentuh bola dengan tangan, maka akan dihukum penalti kalau ia langsung mencetak gol atau penyerang atau timnya dalam posisi unggul (misal ada waktu sedikit dari sentuhan tangan).

Aturan IFAB (Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional) menetapkan aturan lebih detail terkait handball.

Penalti diberikan dalam kasus ketika tangan atau lengan dalam posisi tidak wajar dan meningkatkan volume yang ditempati tubuh, ketinggian lengan di atas bahu, dan saat pesepak bola jatuh, lengan/tangannya melebar secara menyamping atau vertikal menjauh dari tubuh.           

Tidak ada penalti saat bola menyentuh lengan atau tangan, datang dari kepala, badan, kaki pemain itu sendiri atau pemain lain yang berdiri sangat dekat. Tangan atau lengan dekat dengan tubuh dan dalam kondisi alami.

Pesepak bola jatuh ke tanah dan tangan atau lengan berada di antara tubuh dan tanah untuk menyangga tubuh, tapi tidak memanjangkan tangan.

Kerumitan tersebut membuat wasit kebingungan menganalisis gestur sentuhan bola dengan tangan. Mereka mesti melihat gerakan tangan atau lengan ke arah bola, jarak pemain dengan bola yang datang tak terduga serta posisi tangan.

Sementara itu, mantan wasit internasional dari Italia, Graziano Cesari, berkomentar, “Katanya imbas dari perubahan aturan agar kompetisi lebih seru, tapi secara pribadi, saya menentangnya. Direktur pertandingan dilemahkan karena kemampuannya mengintepretasikan dibatalkan.”

“Sekarang tendang saja ke lengan bek yang ada di area lawan, langsung jadi penalti. Itu aturan yang gila. Pelatih dan pemain menolak regulasi ini, meski mereka terlambat tahu. Mungkin musim depan aturan ini direvisi. Kalau tidak, ini bukan lagi sepak bola melainkan PlayStation…”.

Ikuti juga InstagramFacebookYouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Italia Lainnya:

Catatan Penalti Cristiano Ronaldo: Antara Kemampuan atau ''Keberuntungan''

Juventus Dapat Dua Penalti, Pelatih Atalanta Geram 

Source: TransfermarktTuttomercatowebFanpage

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Sabar Karyaman/Moh Reza Pahlevi

Badminton

Final Macau Open 2025: Head-to-Head Sabar/Reza vs Junaidi/Roy

Sabar/Reza akan berhadapan dengan Junaidi/Roy di final Macau Open 2025, bagaimana rekor head-to-head kedua pasangan?

Thoriq Az Zuhri | 03 Aug, 00:18

Pebulu tangkis muda Indonesia Alwi Farhan

Badminton

Final Macau Open 2025: Head-to-Head Alwi Farhan vs Justin Hoh

Alwi Farhan akan berhadapan dengan Justin Hoh di final Macau Open 2025, bagaimana rekor head-to-head kedua pemain?

Thoriq Az Zuhri | 02 Aug, 23:48

Skin Nathan MSC Pass 2025. (Moonton)

Esports

Daftar Lengkap Peraih Penghargaan di MSC 2025

Turnamen Mobile Legends, MSC 2025, telah usai. Berikut ini mereka yang meraih penghargaan di turnamen ini.

Thoriq Az Zuhri | 02 Aug, 23:36

Team Liquid. (Yusuf/Skor.id)

Esports

Daftar Prestasi Team Liquid PH usai Juara MSC 2025

Turnamen Mobile Legends, MSC 2025, menjadi koleksi gelar juara terbaru bagi tim Filipina, Team Liquid PH.

Thoriq Az Zuhri | 02 Aug, 23:25

Ilustrasi Cover PUBG Mobile. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Esports

PMWC 2025: Hasil, Jadwal, dan Klasemen Lengkap

Berikut ini adalah hasil, jadwal lengkap, format, dan klasemen lengkap turnamen PUBG Mobile tingkat dunia, PMWC 2025 alias PUBG Mobile World Cup 2025.

Thoriq Az Zuhri | 02 Aug, 23:02

Ilustrasi Cover Mobile Legends. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Esports

MSC 2025: Hasil, Jadwal, dan Klasemen Lengkap

Gelaran MSC 2025 sedang dihelat. Ini adalah hasil, jadwal, dan klasemen lengkap turnamen tingkat dunia Mobile Legends: Bang Bang ini.

Thoriq Az Zuhri | 02 Aug, 23:01

macau open '25

Badminton

Jadwal 2 Wakil Indonesia di Final Macau Open 2025, Sama-sama Ketemu Malaysia

Alwi Farhan dan Sabar/Reza berpeluang persembahkan gelar buat Indonesia di Macau Open 2025, Minggu (3/8/2025).

Teguh Kurniawan | 02 Aug, 19:08

Pebulu tangkis muda Indonesia Alwi Farhan

Badminton

Capai Final Macau Open 2025, Alwi Farhan Berharap Bawa Pulang Gelar

Pebulu tangkis Indonesia, Alwi Farhan, di ambang gelar juara BWF World Tour Super 300 perdana dalam kariernya.

Teguh Kurniawan | 02 Aug, 18:34

tim voli putri indonesia

Other Sports

Timnas Voli Putri Indonesia Dipastikan Gagal Juara Leg Pertama SEA V.League 2025

Kalah lagi lawan Thailand, Sabtu (2/8/2025), Timnas Voli Putri Indonesia tak mungkin lagi juara leg pertama SEA V.League 2025.

Teguh Kurniawan | 02 Aug, 16:56

Erick Thohir

National

Erick Thohir Apresiasi Dukungan Pemprov Jatim dalam Pengembangan Sepak Bola Daerah

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyambut baik kesiapan Pemprov Jawa Timur dalam menyukseskan Liga 3 dan Liga 4 musim depan.

Teguh Kurniawan | 02 Aug, 16:08

Load More Articles