10 Pelatih Terbaik Timnas Indonesia

Taufan Bara Mukti

Editor:

  • Timnas Indonesia pernah meraih kejayaan pada masa lampau.
  • Prestasi timnas Indonesia tak bisa dilepaskan dari peran pelatih yang memimpin para pemain.
  • Skor.id memilih 10 pelatih terbaik yang pernah menangani timnas Indonesia.

SKOR.id - Timnas Indonesia pernah mencapai prestasi pada masa lalu, capaian tersebut tak terlepas dari peran pelatih yang bertangan dingin.

Peran pelatih begitu vital dalam sebuah tim sepak bola, tak terkecuali bagi tim nasional.

Selain melatih taktik dan strategi, pelatih juga membentuk karakter bermain tim menjadi lebih kuat.

Bagi timnas Indonesia, setidaknya ada 10 pelatih terbaik yang pernah membesut tim Merah Putih.

Di antara pelatih-pelatih terbaik ini ada yang berjasa mengantar timnas Indonesia menjadi juara.

 

Ada pula yang gagal merengkuh gelar, namun cukup berpengaruh bagi sepak bola Indonesia.

Indikator penilaian pelatih terbaik ini didasarkan pada dua faktor yakni prestasi bersama timnas Indonesia dan mampu membentuk karakter tim yang kuat.

Pelatih dalam daftar ini merupakan pelatih yang memimpin timnas Indonesia di level senior.

Berikut 10 pelatih terbaik timnas Indonesia versi Skor.id:

1. Tony Pogacnik

Antun "Tony" Pogacnik ditunjuk menjadi pelatih timnas Indonesia pada 17 Februari 1954.

Jasa Pogacnik besar bagi timnas Indonesia. Pelatih berpaspor Kroasia dan Yugoslavia itu blusukan hingga ke daerah-daerah untuk mencari talenta terbaik Merah Putih.

Pogacnik juga turun langsung melatih teknik dasar para pemain timnas Indonesia, mulai dari menendang, menyundul, melakukan tekel, dan sebagainya.

Dari segi prestasi, Tony Pogacnik sukses membawa timnas Indonesia mencapai babak semifinal Asian Games 1954 di Manila.

Tak cukup sampai di situ, timnas Indonesia juga menembus babak perempat final Olimpiade 1956 di Melbourne.

Pada gelaran tersebut timnas Indonesia mampu merepotkan tim kuat, Uni Soviet, yang diperkuat kiper legendaris Lev Yashin dan akhirnya menjadi juara Olimpiade 1956.

Prestasi timnas Indonesia di bawah arahan Pogacnik makin mengilap sejak saat itu.

Bermaterikan pemain-pemain jempolan macam Andi Ramang, Rukma Sudjana, Maulwi Saelan, dan Wowo Sunaryo, timnas Indonesia meraih pencapaian tertinggi sepanjang sejarah yakni merebut medali perunggu Asian Games 1958.

Harapan pun membumbung tinggi, target emas dicanangkan untuk anak asuh Tony Pogacnik pada Asian Games 1962 di Jakarta.

Sayang, harapan tinggal harapan. Timnas Indonesia justru terlibat skandal suap paling memalukan atau yang dikenal dengan Skandal Senayan 1962.

Kasus tersebut membuat 10 pemain timnas Indonesia mendekam di penjara, dongeng indah Tony Pogacnik pun berhenti di situ.

Lelaki kelahiran 6 Januari 1913 itu akhirnya mengundurkan diri dari posisi pelatih timnas Indonesia karena cedera lutut pada 1964, dua tahun setelah skandal suap menimpa tim besutannya.

2. Alfred Riedl

Alfred Riedl adalah pelatih yang paling sering melatih timnas Indonesia. Lelaki asal Austria itu tercatat tiga periode menakhodai skuad Garuda (2010-2011, 2013-2014, dan 2016).

Di bawah arahan Riedl, timnas Indonesia dua kali menjadi runner-up Piala AFF yakni pada 2010 dan 2016.

4 Mei 2010 adalah kali pertama Riedl diperkenalkan sebagai pelatih baru timnas Indonesia oleh PSSI.

Kiprah Riedl bersama timnas Laos membuatnya dilirik untuk mengasuh timnas Indonesia.

Tanggung jawab tersebut tak disia-siakan oleh Riedl, pada tahun pertama ia nyaris membawa timnas Indonesia meraih gelar Piala AFF untuk kali pertama.

Penampilan timnas Indonesia yang gemilang di Piala AFF 2010 membuat ekspektasi suporter begitu tinggi kepada Riedl.

Sayang, suporter harus dibuat patah hati setelah di babak final kalah agregat 2-4 dari Malaysia.

Periode pertama Riedl berakhir pada 2011, ia kemudian melanjutkan perjalanan menjadi Direktur Teknik timnas Laos dan Kepala Pengembangan Usia Muda CS Vise sebelum kembali lagi ke tim Merah Putih pada 2013-2014.

Periode kedua Riedl di tim Garuda tak berakhir mulus, timnas Indonesia gagal lolos dari fase grup Piala AFF 2014. Riedl pun pergi lagi.

Pelatih yang mengembuskan napas terakhir pada 8 September 2020 itu kembali dengan membawa misi besar pada 2016.

Selepas Indonesia terbebas dari sanksi FIFA, Riedl kembali mengangkat prestasi timnas Indonesia menjadi runner-up Piala AFF 2016.

Di partai final, Indonesia kalah agregat 2-3 dari timnas Thailand. Itu menjadi kali terakhir Riedl berkiprah bersama timnas Indonesia.

3. Anatoli Polosin

Lahir pada 30 Agustus 1935 di Tashkent, Uzbekistan, Anatoli Polosin terkenal sebagai pelatih yang keras dalam menggembleng fisik pemain.

Dilansir dari berbagai sumber, para pemain bintang timnas Indonesia seperti Fachri Husaini, Jaya Hartoni, Eryono Kasiba, dan Ansyari Lubis pun sampai harus mundur karena tak kuat dengan latihan fisik ala Polosin.

Namun metode latihan Polosin tak sia-sia, timnas Indonesia sukses meraih medali emas SEA Games 1991 di Manila.

Kala itu skuad timnas Indonesia dihuni pemain-pemain seperti Ferry Raymond Hattu, Eddy Harto, Aji Santoso, Peri Sandria, dan Robby Darwis.

Timnas Indonesia menjungkalkan Thailand lewat babak adu penalti pada partai final SEA Games 1991.

Latihan Polosin memang terbilang keras. Para pemain timnas Indonesia kerap dibawa mendaki gunung untuk meningkatkan stamina.

Kalau naik gunung saja dirasa cukup berat, Polosin juga pernah meminta para pemain lari di jalan tol, keliling lapangan hingga belasan kali dengan menggendong rekan setim, dan sesi tambahan lari 15 menit setelah latihan selesai.

Satu hal lain yang menjadi ciri khas Polosin adalah Shadow Football, atau bermain sepak bola tanpa bola.

Metode ini awalnya mengundang pro dan kontra, namun medali emas SEA Games 1991 membungkam semuanya.

4. Ivan Kolev

Ivan Venkov Kolev, pelatih asal Bulgaria, menjadi juru strategi timnas Indonesia pada 2002.

Juara Piala Tiger 2002 (kini bernama Piala AFF) menjadi target yang dibebankan kepada Ivan Kolev kala itu.

Pemain-pemain berkelas pun dipanggil oleh Kolev, seperti Hendro Kartiko, Elie Aiboy, Budi Sudarsono, Zaenal Arif, dan Bambang Pamungkas.

Kiprah timnas Indonesia pada Piala Tiger 2002 pun terbilang moncer, 19 gol dilesatkan dan hanya kebobolan lima gol.

Akan tetapi antiklimaks terjadi di babak final. Bermain imbang 2-2 lawan Thailand hingga waktu normal berakhir, timnas Indonesia besutan Kolev kalah pada babak adu penalti.

Kolev juga pernah memimpin timnas Indonesia di Piala Asia 2004. Satu grup dengan Cina, Bahrain, dan Qatar, timnas Indonesia gagal lolos dari fase grup.

Ajang serupa kembali diikuti Kolev saat periode kedua menangani timnas Indonesia atau pada 2007.

Namun kembali kegagalan menyapa, timnas Indonesia menelan dua kekalahan dan hanya sekali menang pada Piala Asia 2007 sehingga terhenti di fase grup.

5. Peter Withe

Kehadiran Peter Withe mengubah gaya permainan timnas Indonesia. Memimpin di antara dua periode kepelatihan Ivan Kolev, Withe memperkenalkan gaya permainan umpan-umpan pendek ala Inggris, tanah kelahirannya.

Perubahan yang dilakukan Withe juga terlihat dari skema permainan, para pemain mulai akrab dengan formasi 4-4-2.

Pada era Peter Withe muncul si Bocah Ajaib yang kelak menjadi legenda sepak bola Indonesia, Boaz Solossa.

Boaz mendapat debut di timnas Indonesia saat berusia 18 tahun pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2006 melawan Arab Saudi.

Di ajang tersebut timnas Indonesia menduduki peringkat ketiga dengan dua kemenangan dan satu kali imbang, sehingga menduduki peringkat ketiga fase grup Kualifikasi Piala Dunia 2006 zona Eropa.

Meski begitu di Piala Tiger 2004 timnas Indonesia cukup bertaji. Kombinasi Boaz Solossa dan Ilham Jaya Kesuma membuat permainan timnas Indonesia menjadi atraktif.

Tanpa tersentuh kekalahan, timnas Indonesian menduduki puncak klasemen Grup A dengan tiga kemenangan dan sekali seri.

Di babak semifinal, Malaysia pun dilibas dengan skor agregat 5-3. Anak asuh Peter White pun melenggang ke final.

Namun penampilan apik timnas Indonesia tak berlanjut ke final. Di tangan Singapura, Indonesia menyerah 2-5 dalam final yang berlangsung dua leg tersebut.

Withe kembali dipercaya memimpin timnas Indonesia di Piala Tiger 2007. Sayang, hasil yang diraih justru lebih buruk.

Timnas Indonesia terseok-seok dengan hanya meraih satu kemenangan dan dua kali imbang, hasil itu membuat Ilham Jaya Kesuma dan kolega gagal ke semifinal.

Tim Garuda pun menduduki peringkat ketiga dengan lima poin, sama seperti Singapura dan Vietnam, namun kalah selisih gol.

6. Bertje Matulapelwa

Soal pelatih tersukses timnas Indonesia, nama Bertje Matulapelwa tak boleh ketinggalan.

Bertje menjadi aktor di balik kesuksesan timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987 di Jakarta.

Menggantikan Sinyo Aliandoe pada 1985, Bertje ditunjuk untuk membawa timnas Indonesia memperbaiki prestasi di SEA Games.

Pada tahun pertama, lelaki kelahiran Ambon, Maluku, itu belum berhasil. Tim Garuda kalah tujuh gol tanpa balas dari Thailand di babak semifinal.

Grafik meningkat mulai ditunjukkan timnas Indonesia arahan Bertje pada Asian Games 1986 dan lolos dari fase grup bersama Arab Saudi.

Timnas Indonesia juga lolos ke semifinal setelah mengandaskan Uni Emirat Arab pada babak adu penalti.

Langkah Indonesia akhirnya terhenti oleh Korea Selatan pada babak semifinal, Garuda takluk 0-4.

Evaluasi dilakukan Bertje untuk tim asuhannya guna menyambut SEA Games 1987 yang berlangsung di Indonesia.

Bermodalkan pemain-pemain top seperti Rully Nere, Herry Kiswanto, Robby Darwis, Marzuki Nyak Mad, Jaya Hartono, Ribut Waidi, dan Ricky Yacobi, timnas Indonesia sukses menyabet peringkat pertama.

Gol tunggal Ribut Waidi di partai final mengantarkan Indonesia juara dengan memecundangi Malaysia, 1-0.

7. Endang Witarsa

Mantan pemain dan pelatih timnas Indonesia ini juga merupakan seorang dokter gigi. Lahir di Kebumen, 12 Oktober 1916, Endang Witarsa sempat dipanggil memperkuat timnas Hindia-Belanda pada Piala Dunia 1938, namun ia menolak karena fokus pada kuliahnya.

Selepas pensiun sebagai pesepak bola, Endang Witarsa ditawari menjadi pelatih timnas Indonesia pada 1966.

Timnas Indonesia kala itu dipersiapkan mengikuti Piala Aga Khan (turnamen tertua yang diakui AFC sebagai cikal bakal Piala Asia) di Pakistan.

Mempopulerkan pakem 4-2-4, Endang Witarsa membawa timnas Indonesia meraih piala pertama di ajang internasional setelah mengalahkan Dakka Sporting Club dengan skor 2-1 di final.

Dua tahun kemudian, Endang Witarsa juga membawa timnas Indonesia menjadi juara di Piala Raja di Thailand. Burma (nama sebelum Myanmar) ditundukkan 0-1 di partai final.

Indonesia juga menjadi juara Piala Anniversary 1972 di Jakarta. Tak tanggung-tanggung, Korea Selatan dicukur 5-2 pada partai puncak.

Pada tahun yang sama, Indonesia mengikuti Merdeka Games di Kuala Lumpur. Sempat tertinggal 1-2 dari Malaysia di partai final, timnas Indonesia bangkit dan akhirnya menang 3-2.

Gelar terakhir yang dipersembahkan Endang Witarsa bagi timnas Indonesia adalah Pesta Sukan di Singapura, masih pada tahun 1972.

Indonesia yang mengirimkan PSSI A dan PSSI B sukses membentuk "All Indonesia Final". PSSI A yang dipimpin Endang sukses menjadi juara.

Endang merengkuh lima gelar juara selama melatih timnas Indonesia, prestasi yang belum bisa disamai pelatih lain bahkan sampai saat ini.

8. Danurwindo

Masa kepelatihan Danurwindo memang tak lama, yakni pada 1995 hingga 1996, namun jasanya tak bisa dikecilkan juga.

Danurwindo memimpin timnas Indonesia di ajang Piala Tiger 1996, Piala Asia 1996, dan Kualifikasi Piala Dunia 1998.

Sosok yang berperan dalam program PSSI Primavera yang berguru di Italia itu menjadi pelatih yang memimpin timnas Indonesia di ajang Piala Tiger pertama.

Diperkuat sosok fenomenal kala itu, Kurniawan Dwi Yulianto, timnas Indonesia menembus semifinal Piala Tiger 1996 sebelum takluk 2-3 dari Vietnam dalam perebutan tempat ketiga.

Di Piala Asia 1996, timnas Indonesia gagal lolos ke babak selanjutnya usai menelan dua kekalahan dan satu kali imbang.

Gol akrobatik Widodo Cahyono Putro yang melegenda tercipta pada gelaran itu.

Meski gagal, Indonesia tak terlalu buruk saat tampil di Piala Asia pertama yang diikuti. Pasukan Danurwindo menahan imbang Kuwait 2-2 dan dua kali membobol gawang Korea Selatan.

Pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 1998, Indonesia finis di posisi ketiga dengan satu kemenangan, empat kali imbang, dan satu kali kalah dari tujuh laga yang dilakoni.

9. Nandar Iskandar

Nandar Iskandar menjadi pelatih timnas Indonesia pada 1999-2000.

Seusai membawa Persib meraih juara Perserikatan dan Piala Sultan Hasanal Bolkiah II 1986, Nandar Iskandar dipercaya melatih timans Indonesia.

Kepercayaan dari PSSI tak disia-siakan, Nandar memabwa timnas Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia 2000 di Lebanon.

Indonesia tak terkalahkan di babak kualifikasi, lawan-lawan yang dihadapi seperti Hong Kong dan Kamboja.

Di putaran final Piala Asia 2000 Indonesia gagal lolos dari fase grup karena kalah dari Cina dan Korea Selatan.

Nandar Iskandar juga membawa gelar Piala Kemerdekaan 2000. Itu mengakhiri dahaga gelar timnas Indonesia setelah menjuarai SEA Games 1991.

Pada Piala Tiger 2000, Nandar yang masih menjadi pelatih tim nyaris membawa timnas Indonesia menjadi juara.

Tampil gemilang di babak grup, Indonesia kalah 1-4 dari Thailand di babak final.

Nandar menjadi satu-satunya pelatih lokal yang pernah membawa timnas Indonesia ke final Piala Tiger/Piala AFF.

10. EA Mangindaan

Lelaki bernama lengkap Erents Alberth Mangindaan ini lahir di Sulawesi Utara, 22 November 1910.

EA Mangindaan menjadi pelatih lokal pertama yang memimpin timnas Indonesia, pada 1966-1970.

Ia menjadi asisten Tony Pogacnik sebelum dipercaya menjadi pelatih kepada timnas Indonesia.

EA Mangindaan memimpin Timnas Indonesia B saat terjadi "All Indonesia Final" di Pesta Sukan 1972 di Singapura.

Bertanding melawan tim Timnas Indonesia A yang dipimpin Endang Witarsa, Timnas Indonesia B kalah 1-2.

Sebagai bentuk penghormataan atas jasanya, nama EA Mangindaan diabadikan sebagai nama stadion di Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

Ikuti juga InstagramFacebookYouTube dan Twitter dari Skor Indonesia.

Berita Timnas Indonesia Lainnya:

Raja Sundulan Timnas Indonesia dari Era ke Era, Persib Dominan

Skandal Senayan 1962 Dibongkar Istri Pemain Timnas Indonesia

Marc Klok Ingin Berikan Banyak Piala untuk Timnas Indonesia

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Sepatu khas untuk Nikola Jokic dari 361 Degrees, Big3 Future model low-cut, dirilis dalam empat warna berbeda bertema Spongebob Squarepants. (M Yusuf/Skor.id)

Culture

Nikola Jokic x 361° Big3 Future “SpongeBob Squarepants” Tawarkan Keceriaan dan Performa

Sneakers bertema SpongeBob Squarepants ini mengambil basis 361° Big3 Future low cut yang kali pertama dirilis di Eropa dalam jumlah terbatas pada akhir Januari lalu.

Tri Cahyo Nugroho | 18 May, 17:21

PMSL SEA 2024 (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id).

Esports

PMSL SEA Summer 2024: Tujuh Tim Indonesia ke Super Sunday

Hanya Voin Donkey saja yang harus mengubur mimpi bermain di Super Sunday pekan kedua.

Gangga Basudewa | 18 May, 17:13

Liga Inggris 2023-2024 dimulai sejak 11 Agustus 2023 lalu. (Zulhar Kurniawan/Skor.id).

Liga Inggris

Liga Inggris 2023-2024: Jadwal, Hasil, Klasemen, dan Profil Klub Lengkap

Berikut ini klasemen Liga Inggris 2023-2024, jadwal dan hasil per pekan serta profil klub lengkap.

Irfan Sudrajat | 18 May, 17:11

Festival Seni Marseille, PAC, mengisahkan tentang cerita soal migran dengan sentuhan Olimpiade. (M Yusuf/Skor.id.jpg)

Culture

Festival Seni Marseille Ceritakan Kisah Migran dengan Sentuhan Olimpiade

PAC di Marseille lalu kental bernuansa Olimpiade Paris 2024.

Tri Cahyo Nugroho | 18 May, 17:00

Laga Brighton vs Manchester United di pekan ke-38 Liga Inggris 2023-2024. (Yusuf/Skor.id).

Liga Inggris

Prediksi dan Link Live Streaming Brighton vs Manchester United di Liga Inggris 2023-2024

Prediksi dan link live streaming Brighton vs Manchester United pada pertandingan pekan ke-38 Liga Inggris 2023-2024.

Pradipta Indra Kumara | 18 May, 16:53

Timnas putri Indonesia.

Timnas Indonesia

Timnas Putri Indonesia Jadwalkan Uji Coba Lawan Singapura di Jakarta

Timnas Putri Indonesia bakal melakoni laga uji coba internasional melawan Singapura pada 28 Mei mendatang.

Teguh Kurniawan | 18 May, 16:52

Nike Air Jordan 1 Mid "Subway" (Yusuf/Skor.id).

Sneakers

Air Jordan 1 Mid Subway, Tribute kepada Pekerja MTA New York

Slogan “Selalu Maju ke Depan” dan “Jangan Bersandar di Pintu” tertera di sepatu kets tersebut.

Kunta Bayu Waskita | 18 May, 16:25

Maxwell Jacob Friedman (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id).

Films

Alasan Maxwell Jacob Friedman Hanya Dapat Peran Kecil dalam Film The Iron Claw

The Iron Claw dianggap sebagai salah satu drama olahraga biografi terbaik sepanjang masa.

Kunta Bayu Waskita | 18 May, 15:47

borneo fc vs madura united - championship series liga 1 2023-2024

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming Borneo FC vs Madura United di Championship Series Liga 1 2023-2024

Borneo FC berniat revans saat menjamu Madura United pada leg kedua semifinal Championship Series Liga 1 2023-2024, Minggu (19/5/2024).

Teguh Kurniawan | 18 May, 15:20

Liga 3 Nasional atau putaran nasional Liga 3. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id)

National

Babak 16 Besar Putaran Nasional Liga 3 2023-2024 Digelar Tanpa Tim Tuan Rumah

Persaingan 16 besar Liga 3 Nasional 2023-2024 dipastikan tanpa tim yang diuntungkan sebagai tuan rumah.

Taufani Rahmanda | 18 May, 14:47

Load More Articles