Petaka di Lintasan: 5 Pembalap F1 yang Meregang Nyawa akibat Insiden Fatal

I Gede Ardy Estrada

Editor:

  • Teknologi dan usaha preventif tidak menjamin 100 persen keselamatan pembalap F1 di sirkuit.
  • Ajang F1 telah menelan banyak korban sepanjang 69 tahun pelaksanaannya.
  • Ayrton Senna salah satu pembalap yang tewas akibat insiden fatal dalam perlombaan F1.

SKOR.id – Tak peduli seberapa keras usaha regulator dan betapa canggih teknologi digunakan, tidak ada jaminan ajang balap bisa berjalan aman 100 persen, termasuk Formula 1 (F1).

Sebab, pihak federasi, operator, maupun penyelenggara tak akan mampu memprediksi kemungkinan insiden yang bisa terjadi saat grand prix (GP) atau race (balapan) berlangsung.

Keselamatan pembalap selalu ada dalam menu pembahasan utama semua pihak terkait setiap tahun. Memastikan mereka aman adalah prioritas Federasi Balap Mobil Internasional (FIA) dan F1.

Sepanjang penyelenggaraannya, event balap mobil paling populer di dunia ini telah mencatatkan banyak kecelakaan fatal di lintasan, bahkan tak sedikit yang berujung kematian.

Total 52 driver F1 tewas selama 69 tahun pelaksanaannya sejak 1950 silam. Karena itu, solusi tak pernah berhenti dicari dan teknologi terus dikembangkan demi meminimalkan insiden.

Sekarang setiap mobil F1 memiliki sejumlah fitur perlindungan untuk mengurangi risiko cedera Lewis Hamilton dan kawan-kawan jika mengalami kecelakaan saat balapan.

Seluruh kendaraan dilengkapi airbag (kantong udara), sensor pemadam kebakaran, serta sistem halo di depan kemudi sebagai proteksi agar driver tidak terkena puing sisa kecelakaan.  

Baca Juga: Batas Anggaran F1 Bisa Dipangkas hingga Rp1,6 Triliun per Musim

Para pembalap F1 juga diwajibkan untuk memakai seragam tahan api dan penyangga leher untuk meredam ancaman cedera akibat kecelakaan yang mungkin dialami.

Meski level keamanan terus meningkat, dengan mobil yang bisa melaju lebih dari 300 km/jam, F1 tetap menyisakan ruang untuk terjadinya kecelakaan yang berujung kematian.

“Pertama harus dipahami, selalu ada risiko yang bakal Anda hadapi begitu berada di dalam mobil (F1) dan Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan,” kata juara dunia F1 empat kali, Sebastian Vettel.

Intinya, pembalap tim Ferrari itu menegaskan bahwa fokus para driver sangat vital. Berkendara melahap lebih dari 50 lap (putaran) bukan perkara mudah. Kesalahan sekecil apa pun bisa berakibat fatal.

Dan hal ini telah terbukti dan pernah terjadi pada gelaran F1. Dari berbagai sumber, Skor.id merangkum lima pembalap yang kehilangan nyawa akibat insiden fatal di lintasan.

Ronnie Peterson (Sirkuit Monza, GP Italia – 10 September 1978)

Karier Ronnie Peterson tergolong singkat di F1, hanya delapan tahun dari 1970-1978. Pembalap asal Swedia ini dikenal dengan julukan Superswede.

Bukan tanpa alasan Petersen mendapatkan nickname itu. Ia dianggap sebagai salah satu pembalap tercepat dalam sejarah F1. Caranya mengemudi sangat agresif dan sulit ditebak.

Kendati memiliki potensi, Ronnie Petersen dinilai minus determinasi yang dibutuhkan untuk menjadi juara dunia F1. Pencapaian terbaiknya adalah runner-up pada 1971 dan 1978.

Baca Juga: 5 Pembalap F1 Terbaik Sepanjang Masa Versi Nico Rosberg

Meski tak pernah juara dunia, Peterson sosok driver yang dikagumi karena kepribadiannya yang ramah dan sopan. F1 sangat terpukul saat tragedi menimpanya di Sirkuit Monza, pada 10 September 1978.

Insiden terjadi pada awal race GP Italia. Mobil juara dunia F1 1976 James Hunt menabrak Petersen. Lotus 78 yang dikendarai Superswede lalu menabrak pagar pembatas sebelum akhirnya terbakar.

Ia pun segera dilarikan ke rumah sakit. Petersen mengalami tujuh patah tulang pada satu kaki dan tiga di kaki lainnya. Pada 11 September 1978, sehari usai GP Italia, Superswede wafat akibat embolisme.

Sebagai bentuk penghormatan, gitaris The Beatles George Harrison, yang dikenal sebagai penggemar F1, mempersembahkan lagu ciptaannya untuk Ronnie Petersen berjudul Faster.

Gilles Villeneuve (Sirkuit Zolder, GP Belgia – 8 Mei 1982)

Gilles Villeneuve adalah salah satu driver F1 paling populer. Ia memulai karier di ajang balap jet darat itu pada 1977 bersama McLaren. Berselang satu tahun pria Kanada tersebut hijrah ke Ferrari.

Malangnya, perjalanan Villeneuve hanya bertahan selama enam tahun. Kecelakaan tragis dalam sesi kualifikasi jelang GP Belgia di Sirkuit Zolder pada 8 Mei 1982 menewaskannya.

Ferrari 126C2 yang dikemudikan Gilles Villeneuve menabrak bagian belakang mobil March 821 milik Jochen Mass, lalu terlempar ke udara dengan estimasi kecepatan 200-225 km per jam.

Insiden tersebut menghempaskan mobil Villeneuve sejauh lebih dari 100 meter sebelum menukik tajam ke tanah dan hancur saat berguling di sepanjang tepi lintasan.

Saat itu, ia masih berada di kursinya. Namun helm yang dikenakan sudah terlepas, ditemukan 50 meter dari rongsokan mobil. Tim dokter Rumah Sakit St. Raphael mendiagnosanya mengalami patah leher.

Villeneuve hanya bertahan beberapa jam setelah kecelakaan fatal tersebut. Ia menghembuskan napas terakhir pada usia 32 tahun dengan pencapaian terbaik F1 sebagai runner-up 1979.

Nama Gilles Vileneuve diabadikan sebagai nama sirkuit di Quebec, Kanada. Legasinya di F1 dilanjutkan sang putra, Jaques, yang sukses menjadi juara dunia pada 1997 bersama Williams. 

Roland Ratzenberger (Sirkuit Imola, GP San Marino – 30 April 1994)

Sabtu, 30 April 1994 menandai akhir pekan kelam GP San Marino di Sirkuit Imola. Pada hari itu, Roland Ratzenberger kehilangan nyawanya dalam sesi kualifikasi final.

Sinyal buruk sudah terlihat pada putaran sebelumnya ketika pembalap Austria itu keluar jalur yang menyebabkan sayap bagian depan mobilnya, Simtek S941, mengalami kerusakan.

Alih-alih masuk pit stop, Roland Ratzenberger memilih terus melanjutkan kualifikasi dengan kondisi kendaraan yang tidak ideal demi meraih posisi di grid depan.

Karena kecepatan yang tinggi, sayap mobilnya patah dan masuk ke kolong Simtek S941. Akibatnya, Ratzenberger kesulitan mengendalikan kendaraannya yang lalu menghantam dinding pembatas.

Kala itu, Simtek S941 yang dikemudikan Ratzenberger melaju dengan kecepatan 314,9 km per jam. Nyawanya tidak terselamatkan begitu tiba di Rumah Sakit Maggiore, Bologna.

Baca Juga: Sirkuit Silverstone Tawarkan Trek Berbeda untuk Gelar Dua Balapan F1

Roland Ratzenberger meninggal akibat kerusakan tulang tengkorak pada musim debutnya di F1 tersebut. Ia baru sempat menjalani dua balapan, yakni GP Brasil dan GP Pasifik (Jepang).

Siapa sangka, kematian Ratzenberger pada usianya yang ke-33 tahun disusul oleh insiden tragis lain, yakni tewasnya Ayrton Senna dalam race di Imola, keesokan harinya.   

Ayrton Senna (Sirkuit Imola, GP San Marino – 1 Mei 1994)

Ayrton Senna dianggap sebagai salah satu pembalap terbaik dalam sejarah F1 meski kariernya berakhir tragis di GP San Marino. Insiden dalam balapan itu merengguh nyawanya dalam usia 34 tahun.  

Senna sukses menjadi juara dunia tiga kali bersama McLaren sebelum bergabung ke Williams pada 1994. Driver asal Brasil ini memutuskan tetap turun dalam balapan di Sirkuit Imola, 1 Mei tahun tersebut.

Padahal, sehari sebelumnya pembalap Simtek Roland Ratzenberger tewas dalam sesi kualifikasi. Kala itu, Senna pun vokal menuntut peningkatan prosedur keamanan kepada FIA dan operator F1.  

Pasca-insiden Ratzenberger pada 30 April 1994, profesor Sid Watkins menyarankannya mundur dari balapan. Kepala Medis FIA itu cemas dengan mental Senna setelah dua kecelakaan fatal di Imola.

Pertama yang membuat pembalap Jordan sekaligus kompatriotnya, Rubens Barrichello, nyaris meregang nyawa. Kedua yang menewaskan Ratzenberger. Namun saran Watkins diabaikan Ayrton Senna.

Saat memimpin balapan pada lap ke-7, mobil Senna keluar jalur di tikungan Tamburello lalu menabrak keras tembok pembatas dengan kecepatan 211 km/jam. Nyawa sang legenda tak tertolong.

Hasil otopsi menyebutkan Senna wafat akibat cedera parah pada kepala. Dalam mobilnya ditemukan bendera Austria yang hendak dikibarkan untuk menghormati Ratzenberger usai balapan. 

Jules Bianchi (Sirkuit Suzuka, GP Jepang – 5 Oktober 2014)

Setelah lebih dari dua dekade pasca tragedi Ayrton Senna, F1 kembali memakan korban. Jules Bianchi meregang nyawa pada 17 Juli 2015, hampir setahun pasca-insiden fatal di Sirkuit Suzuka.

Bianchi turun dalam GP Jepang pada 5 Oktober 2014. Kondisi sirkuit tidak ideal karena hujan yang disebabkan Topan Phanfone membuat lintasan tergenang dan jarak pandang terganggu.

Dalam balapan itu, Jules Bianchi mengendarai Marrusia MR03B yang menggunakan mesin Ferrari V6t. Pada lap ke-43, ia kehilangan kontrol mobil dan berbelok kencang menuju Dunlop Curve.

Bianchi lalu bertabrakan dengan traktor derek yang menyebabkan kerusakan parah pada MR03B. Menurut catatan FIA, kecelakaan terjadi dalam kecepatan 123 km per jam.

Pembalap Prancis tersebut sempat mendapatkan perawatan di lokasi sebelum dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Yokkaichi yang berjarak 15 km dari Sirkuit Suzuka dan ditempuh selama 32 menit.

Bianchi terpaksa dilarikan ke RSU dengan mobil ambulans karena transportasi menggunakan helikopter mustahil dilakukan mengingat kondisi cuaca ketika itu sangat buruk.   

Ia mengalami cedera kepala parah dan koma panjang pasca-operasi. Setelah sembilan bulan bertahan, Jules Bianchi menghembuskan napas terakhirnya pada 17 Juli 2015 dalam usia 25 tahun.

Source: Intents GPracing-elite.com

RELATED STORIES

Tragedi 1 Mei: Ayrton Senna Jadi Korban Keganasan Sirkuit Imola 26 Tahun Lalu

Tragedi 1 Mei: Ayrton Senna Jadi Korban Keganasan Sirkuit Imola 26 Tahun Lalu

GP San Marino di Sirkuit Imola pada 1 Mei 1994 merupakan yang terburuk dalam sejarah F1 karena tiga insiden besar terjadi.

Jelang F1 GP Jerman, Sebastian Vettel Khawatir Cuaca Ekstrem di Nurburgring

Jelang F1 GP Jerman, Sebastian Vettel Khawatir Cuaca Ekstrem di Nurburgring

Sebastian Vettel khawatir suhu dingin ketika F1 2020 mampir di Sirkuit Nurburgring, Jerman, Oktober mendatang.

4 Pembalap Asia Tenggara di F1, Rio Haryanto Salah Satunya

4 Pembalap Asia Tenggara di F1, Rio Haryanto Salah Satunya

Sepanjang sejarah, hanya ada empat pembalap Asia Tenggara yang berlaga di F1. Rio Haryanto asal Indonesia menjadi salah satunya.

F1 GP Emilia Romagna 2020: Panitia Kantongi Izin untuk Datangkan 26 Ribu Penonton

Total 26.000 penonton akan memadati tribun Sirkuit Imola selama dua hari F1 GP Emilia Romagna 2020, 31 Oktober - 1 November.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Alumni Liga TopSkor. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Liga TopSkor

Alumni Liga TopSkor Sempat Bikin Syok Uzbekistan

Alummni Liga TopSkor, Muhammad Ferarri, sempat mencetak gol ke gawang Uzbekistan U-23 dalam pertandingan semifinal Piala Asia U-23 2024.

Nizar Galang | 30 Apr, 01:35

Erick Thohir

Timnas Indonesia

Erick Thohir Ingatkan Timnas U-23 Indonesia Masih Punya Kesempatan ke Olimpiade 2024

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengomentari kekalahan Timnas U-23 Indonesia di semifinal Piala Asia U-23 2024.

Taufani Rahmanda | 29 Apr, 19:11

Piala Dunia Futsal 2024. (Hendy Andika/Skor.id)

World

Update Daftar Tim yang Lolos Piala Dunia Futsal 2024

Berikut ini update daftar tim yang lolos ke Piala Dunia Futsal 2024 di Uzbekistan, yang akan terus diperbaharui.

Taufani Rahmanda | 29 Apr, 18:00

Indonesia U-23 (Timnas U-23 Indonesia) vs Uzbekistan U-23. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Timnas Indonesia

Skor Stats: Rating Pemain dan MotM Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan U-23 di Piala Asia U-23 2024

Timnas U-23 Indonesia takluk dari Uzbekistan U-23 pada semifinal Piala Asia U-23 2024, Senin (29/4/2024) malam WIB.

Taufani Rahmanda | 29 Apr, 17:54

Semifinal Liga Champions 2023-2024 mempertemukan Bayern Munchen dengan Real Madrid dan Paris Saint-Germain menghadapi Borusia Dortmund. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id).

World

3 Hal Menarik di Semifinal Liga Champions, Ada Persaingan Pemain Inggris

Ada tiga hal menarik menjelang laga semifinal Liga Champions musim ini, duel Jude Bellingham dan Harry Kane juga akan terjadi.

Pradipta Indra Kumara | 29 Apr, 17:42

Berbagai laga penentu dalam perebutan zona championship series Liga 1 2023-2024 yang melibatkan Madura United, PSIS Semarang, dan Dewa United FC, 30 April 2024. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

Liga 1

Prediksi dan Link Live Streaming Laga Penentu Championship Series Liga 1 2023-2024

Madura United vs Arema FC, Persija vs PSIS, dan Dewa United vs Borneo FC pada Selasa (30/4/2024) sore.

Taufani Rahmanda | 29 Apr, 17:04

Lexyndo Hakim

Basketball

Perbasi DKI Jakarta Gelar Raker 2024, Lexyndo Hakim Ingatkan Fokus Utama Kepengurusan

Lexyndo Hakim ingin tim basket DKI Jakarta menuai prestasi apik dalam ajang PON 2024 di Aceh-Sumatra Utara akhir tahun nanti.

Doddy Wiratama | 29 Apr, 16:57

Cover Piala Asia U-23 2024. (Hendy Andika/Skor.id)

Timnas Indonesia

Piala Asia U-23 2024: Jadwal, Hasil dan Klasemen Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Piala Asia U-23 2024, yang terus diperbarui seiring berjalannya turnamen.

Taufani Rahmanda | 29 Apr, 16:23

Kompetisi voli Proliga 2024

Other Sports

Rekap Pekan 1 Proliga 2024: 2 Kandidat Juara Ukir Start Apik, Rivan Nurmulki Top Skor

Jakarta LavAni Allo Bank Electric dan Jakarta STIN BIN mendapat dua kemenangan di pekan pertama Proliga 2024.

Doddy Wiratama | 29 Apr, 16:07

Stefan Effenberg memberikan pendapatnya seputar pertemuan Bayern Munchen dan Real Madrid di semifinal Liga Champions. (Yusuf/Skor.id).

World

Wawancara Stefan Effenberg Jelang Bayern Munchen vs Real Madrid

Berikut ini wawancara Stefan Effenberg, menjelang pertandingan semifinal Liga Champions yang mempertemukan Bayern Munchen vs Real Madrid.

Pradipta Indra Kumara | 29 Apr, 15:34

Load More Articles