SKOR.id – Atlet muslimah berhijab kerap mengalami diskriminasi dalam dunia olahraga. Tak jarang mereka harus menghadapi regulasi yang melarang atlet wanita mengenakan hijab.
Terlebih, jika mereka tinggal di negara-negara atau wilayah yang mayoritas berpenduduk non-muslim.
Salah satu film yang mengisahkan perjuangan atlet muslimah berhijab mendobrak larangan tampil dalam kompetisi adalah dokumenter berjudul Life Without Basketball.
Film ini tayang perdana dalam festival film terbesar Amerika Serikat, DOC NYC, pada 10 November 2018 lalu.
Life Without Basketball juga mendapatkan penghargaan Festival Film Athena di New York, Amerika Serikat, pada 2019.
Film dokumenter ini mengisahkan perjuangan pemain bola basket muslimah Amerika Serikat, Bilqis Abdul-Qaadir, melawan larangan memakai hijab dari Federasi Bola Basket Internasional (FIBA).
Tim O'Donnell, co-producer dan co-director Life Without Basketball, merupakan pembuat film dokumenter nominasi Emmy Awards ini, dan pendiri perusahaan produksi Pixela Pictura.
Perusahaan produksi film yang berbasis di Boston ini dalam situs web-nya menulis tentang film tersebut.
“Bilqis Abdul-Qaadir memecahkan rekor dan penghalang perjalanannya untuk menjadi pemain bola basket Divisi I pertama yang bermain mengenakan hijab.”
“Ketika keputusan kontroversial mengakhiri kesempatannya bermain secara profesional, ia memeriksa kembali keyakinannya dan mengidentifikasi diri sebagai Muslimah Amerika.”
Bilqis Abdul-Qaadir dianggap sebagai salah satu pemain bola basket wanita terbaik yang berasal dari Massachusetts, Amerika Serikat.
Pemain kelahiran Springfield, 11 November 1990, ini memegang rekor skor sepanjang masa Massachusetts untuk kompetisi bola basket sekolah menengah wanita.
Ia merupakan wanita muslim pertama yang bermain dalam kompetisi bola basket perguruan tinggi National Collegiate Athletic Association (NCAA).
Bilqis Abdul-Qaadir lahir hampir satu abad setelah lahirnya pertandingan bola basket di Springfield, Massachusetts.
Gadis Muslim Afrika-Amerika ini memiliki karier bola basket sekolah dan perguruan tinggi yang tak terhentikan. Ia memecahkan rekor dan menghancurkan batasan dengan jilbabnya.
Atlet muslimah itu tumbuh bermain bola basket melawan anak laki-laki yang lebih muda di pusat komunitas lokalnya hingga usia 13 tahun.
Kemudian, orangtuanya mendorongnya untuk bergabung dengan tim basket Persatuan Atletik Amatir (AAU) setempat.
Pada tahun senior sekolah menengahnya, Bilqis mencetak rekor poin terbanyak dalam sejarah negara bagian Massachusetts, mengumpulkan 3.070 poin yang mencengangkan.
Catatan itu bahkan hampir 300 poin lebih banyak daripada posisi kedua Rebecca Lobo, yang kini menjadi pemain bintang Asosiasi Bola Basket Nasional Wanita (WNBA).
Bilqis kemudian hijrah ke Memphis University, kampus tempat ia menjalani sebagian besar kuliahnya sebelum pindah ke Indiana State University.
Bakat muda ini memutuskan melanjutkan karier profesional di luar AS usai kunjungannya ke Eropa, namun menghadapi larangan dari FIBA karena jilbabnya.
Alhasil, Bilqis pun harus merelakan melepas karier profesionalnya karena terganjal aturan tersebut.
Kendati begitu, Bilqis teguh pada keyakinannya tetap melanjutkan hidup sambil terus bermain basket dan melakukan kampanye tentang jilbab.
Kampanye itu kemudian makin meluas ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, hingga FIBA pun meninjau ulang aturan itu.
Pada Oktober 2017, FIBA akhirnya menghapus undang-undang larangan mengenakan penutup kepala (termasuk hijab).
FIBA kini sudah mengizinkan pemain dari semua agama, khususnya Islam, untuk mengenakan hijab atau penutup kepala masing-masing.